Chapter 10: Kiss me goodnight!

1.3K 158 12
                                    

SUARA tawa Jaeyun memenuhi ruang tengah siang itu. Melihat Heeseung yang terduduk manis di hadapannya, tampak begitu lugu dan penurut, ketika ia berusaha memotong ujung-ujung rambut di dahinya yang telah melebihi alis.

Kedua manik sehitam jelaga Heeseung bertemu di tengah. Menjuling. Mengikuti pergerakan ujung gunting yang tajam.

"Jaeyunie! Jaeyunie! Lihat, Jaeyunie! Rambut Heeseung rontok! Rontok, Jaeyunie! Itu rontok seperti daun-daun di musim gugur! Nanti tumbuhnya menunggu musim semi, ya Jaeyunie? Lama sekali, Heeseung tidak mau botak, Jaeyunie!" Heeseung melayangkan protesannya dengan nada histeris. Tubuh masih bertahan di posisinya. Terduduk kaku, takut-takut jika ia bergerak sedikit saja maka ujung gunting yang lancip dan berkilat-kilat di depan matanya itu akan berbelok dan melukai wajahnya.

Sontak saja hal itu membuat tawa Jaeyun semakin pecah. Ia menyimpan guntingnya dan menghentikan kegiatannya sebentar. Menikmati gelak tawanya yang belum juga mereda.

"Oh, Heeseung! Tidak rontok, anak baik. Itu hanya dipangkas sedikiiiit saja. Supaya Heeseung tidak gerah." jelas Jaeyun seraya dengan telaten mengusap lembut permukaan wajah Heeseung yang dipenuhi dengan sisa-sisa pangkasan rambutnya.

Refleks Heeseung memejamkan mata. Heeseung meloloskan 'oh' panjang. Tampak tak keberatan lagi. Jaeyun hanya menggeleng maklum. Heeseung mode penurut tak lebih layaknya anak manis yang harus diberi hadiah sebagai apresiasi.

Ngomong-ngomong soal apresiasi, sebuah ide terbersit di kepala Jaeyun. Matanya mengerling pada bibir tipis Heeseung yang mengatup rapat.

Bagaimana kiranya reaksi Heeseung jika Jaeyun mengecupnya di sana? Sebab sejauh ini ia hanya memberikan di pipi atau dahi dan reaksi Heeseung tampak hanya senang biasa.

Apakah yang kali ini akan sama?

Memanfaatkan momen yang ada, di mana Heeseung sedang memejamkan matanya, mula-mula Jaeyun masih berlagak membersihkan sisa-sisa pangkasan rambut di area pipi dan hidung Heeseung. Ia melirik Heeseung yang dengan sabar menunggu dan terus memejam mata. Mungkin takut sisa pangkasan rambutnya sendiri akan masuk ke mata.

Usapan halus ujung-ujung jemari Jaeyun bergerak ke samping, menangkup rahang tegas Heeseung dengan dua telapak tangannya, lalu dengan keberanian yang dimiliknya, Jaeyun mulai mendekatkan wajahnya. Perlahan namun pasti, Jaeyun mampu merasakan hembus napas hangat Heeseung menerpa wajahnya. Membuat bulu kuduk Jaeyun meremang. Bergidik geli.

"Jaeyunie kenap-"

Dapat ia rasakan tubuh Heeseung yang menegang. Dan jujur saja, tubuh Jaeyun juga demikian. Kedua mata mereka saling bertemu. Sama-sama membola.

Jaeyun segera menarik tubuhnya menjauh. Mengamati gerak-gerik Heeseung yang kemudian tertunduk dan duduknya berubah gusar. Jemarinya memainkan ujung kaus yang ia pakai. Tampaknya pemuda Lee mencoba menyembunyikan rona di kedua pipinya.

Wajah Heeseung kembali terangkat ketika suara kikik geli Jaeyun mengudara. Dia mengintip figur Jaeyun yang duduk bersila di depannya. Sisa pangkasan rambut milik Heeseung sudah disingkirkan dan tidak lagi mengotori lantai.

"Jaeyunie...Jaeyunie, kenapa?" tanya Heeseung dengan suara lirihnya.

Jaeyun hanya mendengung. Mencoba menunggu kelanjutan kalimat dari Heeseung. "Kenapa Jaeyunie menikahi Heeseung lagi?"

Heeseung kebingungan ketika Jaeyun semakin terbahak kencang di depannya. Apa yang salah, memangnya?

"Kenapa?! Kenapa?! Kenapa, Jaeyunie?!" desak Heeseung bertubi-tubi. Jaeyun mengusap sudut matanya yang berair. Menggeleng pelan, Jaeyun sepertinya harus mengalihkan topik yang ada daripada harus mencari jawab yang sekiranya mampu dengan mudah Heeseung terima perihal kecupan di bibir tadi.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang