Chapter 17: Savior complex.

1.1K 127 9
                                    

SEMINGGU berlalu sejak hari di mana Heeseung demam. Bungsu Lee itu telah kembali seperti sedia kala. Sangat aktif dan banyak bicara. Akan tetapi, satu hal yang berbeda adalah di mana untuk tiap malamnya Heeseung menolak untuk tidur seorang diri di kamarnya.

Heeseung memaksa Jaeyun untuk tinggal. Tidur berbagi tilam bersamanya. Bahkan, boneka pinguin kesayangannya pun Heeseung campakkan dan lebih memilih meringkuk di dekapan Jaeyun yang menjadi 'sendok besar' untuknya.

Jaeyun tak keberatan dengan itu. Bagaimanapun juga, ia adalah satu-satunya tersangka pada krisis kepercayaan yang akhir-akhir ini Heeseung tampakkan. Oleh sebab itu, alam bawah sadar Jaeyun menganggap bahwa ini merupakan keharusan baginya, untuk tidak merasa terbebani. Di samping, itu juga termasuk ke dalam tugas pokok yang Jaeyun miliki. Di mana ia tak lebih selayaknya nanny bagi Heeseung dan pengabdi keluarga Lee.

Bisakah seorang Jaeyun merasa keberatan, setelah deretan alasan tersebut?

Tidak. Oh, tentu saja tidak!

"Jayunie? Jaeyunie mau kemana? Jangan pergi-pergi! Di sini saja, temani Heeseung!" seperti malam-malam sebelumnya, Heeseung selalu mengatakan kalimat yang sama tatkala Jaeyun beranjak dari tilam, sekedar mengembalikan buku dongeng ke rak.

"Iya...Jaeyun tidak kemana-kemana. Hanya mengembalikan buku, Heeseung." dan akan berakhir dengan jawab yang sama.

Heeseung kembali menidurkan tubuhnya. Raut cemas di wajahnya sirna seketika. Kedua mata bambinya berbinar mengikuti langkah kaki Jaeyun yang mendekat. Menanti dengan sabar sosok itu untuk bergabung bersamanya di tilam.

"Heeseung! Heeseung mau dielus-elus kepalanya, Jaeyunie! Tidak mau ditepuk-tepuk pantatnya! Seperti bayi! Heeseung sudah besar! Tidak mau! Tidak mau!" protes Heeseung dengan bibir kecilnya yang mencebik. Sedikit mendongak untuk dapat menemukan manik hazel Jaeyun.

Kepala Jaeyun menunduk, menatap bagaimana sepasang obsidian itu berkilat memancarkan kemarahan ala anak-anak. Sama sekali tak melayangkan protes, manakala Heeseung berinisiatif menempatkan telapaknya yang semula menepuk halus pantatnya pada kepalanya sendiri. Menggerakkan telapak tangan Jaeyun maju dan mundur secara perlahan di atas surainya, lalu memejam bersama kurva tipis menghias wajah.

Heeseung terlihat seperti seekor anak kucing di matanya kini. Menggumam samar seraya bergerak-gerak kecil di rengkuhannya, menyamankan posisi. Jaeyun menikmati sensasi jemarinya yang menyisir tiap helai halus milik Heeseung. Membuat samar wangi buah strawberry terhirup oleh penghidunya. Sesekali Jaeyun terkekeh geli, ketika Heeseung semakin mendusal padanya. "Jaeyun wangi bunga-bunga! Heeseung suka!" itu yang selalu Heeseung katakan. Padahal Jaeyun hanya menggunakan sabun mandi murahan biasa tanpa menambahkan apapun pada tubuhnya.

Sementara di sisi lain, Heeseung yang pada awalnya begitu membenci ketika waktu tidur tiba, kini perasaan itu perlahan sirna. Ia kini menemukan sebuah alasan yang membuat sedikit rasa antusias memercik di relungnya. Iya, tak lain dan tak bukan ialah Jaeyun yang akan menemaninya tidur.

Tak dapat ditampik bahwa Heeseung selalu merasa sepi dan seorang diri selama ini. Bibi Park tidak pernah memperlakukannya seperti apa yang Jaeyun lakukan padanya. Itu hanyalah pelayanan standar sebagaimana seorang asisten rumah tangga pada anak majikannya. Mungkin benar, bahwa setidaknya Heeseung memiliki seseorang yang selalu ada di sampingnya, namun tetap saja, hubungan yang terjalin di antara Heeseung dan bibi Park jelas hanyalah hubungan memberi dan menerima yang formal dan terasa kaku.

Akan tetapi, bersama Jaeyun, Heeseung seperti menemukan bahwa ia bisa benar-benar bergantung padanya. Bukan berarti selama ini Heeseung tidak menggantungkan diri pada bibi Park, semuanya hanya terasa benar dan nyaman jika itu berkaitan dengan Jaeyun. Selalu ada ketulusan yang pemuda itu pancarkan dari sepasang hazelnya yang berpendar remang. Juga ketulusan yang selalu Jaeyun salurkan lewat tiap perilakunya, terutama ketika menuruti semua kemauan Heeseung. Berbanding terbalik dengan hela napas panjangnya yang merepresentasikan sebuah protes.

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang