Chapter 02: The end of Sim Jaeyun.

1.9K 211 7
                                    

HYUNDAI palisade hitam legam yang terlihat mewah dan gagah membelah jalanan Seoul dengan penuh percaya diri. Tidak ada obrolan di perjalanan menuju tempat mereka akan memilah baju. Tidak pula dengan radio dari mobil atau playlist musik yang biasanya akan orang-orang putar ketika mengendarai mobil. Jaeyun hanya dapat memainkan jemarinya. Merasa begitu kecil dan terintimidasi akan situasi dan kondisi yang ada saat ini.

"Tuan Park, tolong benarkan posisi kepala Heeseung. Nanti saat bangun dia pasti merengek sakit leher." dengan salah satu tangan sopir keluarga Lee itu membenarkan posisi kepala Heeseung yang jatuh ke bahunya sendiri.

Benar, satu lagi fakta tentang Lee Heeseung, pemuda itu selalu duduk di kursi penumpang sebalah pengemudi.

Harus.

Tidak mau tidak.

Persis seperti anak kecil yang begitu antusias dengan perjalanannya di mobil dan akan jatuh tertidur ketika telah kebosanan.

Mereka segera turun setelah sebuah toko dengan etalase kaca besar mempertontonkan gaun putih dan tuxedo khas pernikahan tampak nyata terpampang di sebelah kiri bahu jalan. Melihat pemandangan itu, jujur, Jaeyun merasakan bulu kuduknya berdiri.

Benar dia akan segera menikah?

Tolong tampar pipi Jaeyun sekarang juga! Takutnya ini hanya salah satu dari mimpi konyol Jaeyun setelah kelelahan meladeni orderan yang membludak di restoran cepat saji ketika akhir pekan.

Jaeyun turun lebih dulu. Menunggu nyonya Lee yang berusaha membangunkan Heeseung di kursi depan. Setelah peperangan alot antara ibu dan anak (jelas Heeseung juga seperti bayi lainnya yang jika telah tidur tak mau diganggu) akhirnya putra bungsu Lee turun dari mobil. Setia menenteng boneka pinguin kesayangannya di tangan kiri. Tangan kanan ia gunakan untuk mengusak kedua matanya yang masih terasa lengket antara kelopak satu dengan lainnya. Sementara nyonya Lee merapikan rambut jelaga Heeseung yang mencuat kesana-kemari.

"Oh, nyonya Lee! Selamat datang! Saya sudah menyiapkan pesanan anda jauh-jauh hari!" seorang pria berpenampilan nyentrik yang Jaeyun yakini sebagai pemilik butik ini sekaligus designer dari seluruh gaun dan tuxedo yang dipajang di seisi butik menyambut kedatangan mereka (khususnya nyonya Lee) dengan suara menggelegar dan antusiasme. Senyum lebar menghiasi wajahnya yang tampak jenaka.

Nyonya Lee, seperti bagaimana beliau menanggapi siapapun, hanya tersenyum lembut dan balas menyapa sekenanya. Mereka lantas digiring ke ruangan di mana baju yang akan Jaeyun dan Heeseung kenakan berada. Dua buah mannequin menjulang di tengah ruangan. Terdapat setelan tuxedo berwarna hitam dan putih saling bersisihan.

"Jaeyunie, bagaimana?" Jaeyun seketika menoleh ke arah nyonya Lee. Gerakannya terlalu cepat. Jelas, ia begitu terkejut ketika tengah percaya, setengah tidak percaya, dengan takdir yang saat ini Tuhan suguhkan padanya. Kini, leher Jaeyun sakit. "A-Apanya, ya? Nyonya Lee? Maksud saya...saya pikir bajunya bagus, kok! Saya suka! Saya serahkan semuanya pada nyonya Lee saja. M-Maksud saya, bukan berarti saya-" belum sempat Jaeyun menyelesaikan kalimatnya yang berantakan dan terkesan ngawur itu, nyonya Lee sudah lebih dulu meloloskan kekehan gelinya.

Oh, semesta...tolong telan Jaeyun bulat-bulat sekarang juga!

"Baiklah...baiklah, saya tahu maksud Jaeyunie. Bagaimana dengan Heeseungie? Suka tidak dengan bajunya?" semua mata beralih tertuju pada Heeseung yang malah terlihat mengobservasi seiri ruangan.

"Kok? Kok Jaeyunie tidak pakai yang seperti, yang seperti punya istrinya kak Heedo? Yang seperti itu loh!" telunjuk Heeseung mengarah ke sebuah gaun putih penuh manik-manik dan permata dengan bagian bawah yang mengembang besar seperti kelopak kamelia. Terdapat pula vail juga mahkota kecil yang anggun di kepala mannequin gaun tersebut.

Nyonya Lee dan sang pemilik butik hanya mampu tertawa menanggapi protes dari Heeseung. Mengesampingkan Jaeyun yang seketika perutnya terasa melilit mendengarnya. Membayangkan ia menjadi tontonan berpasang-pasang mata, mempertontonkan bahu dan separuh dadanya yang telanjang di hari pemberkatan!?!

Oh, ya Tuhan...merupakan kiamat yang terlalu dini bagi kehidupan Sim Jaeyun.

"Heeseungie, dengar ibu." bahu tegap Heeseung diraih oleh kedua telapak nyonya Lee. Memaksa pandangan Heeseung untuk menunduk dan bertemu dengan obsidian hitam sang ibu. "Istri kak Heedo itu perempuan, memang pakainya gaun. Tapi Jaeyun," kini pandangan nyonya Lee jatuh pada Jaeyun yang seketika berdiri mematung sebab kembali menjadi pusat perhatian. "Jaeyun itu laki-laki. Pakainya ya seperti yang nanti Heeseung pakai. Nanti pakai yang warna putih."

"Memang kenapa?! Memang kenapa kalau nanti Jaeyunie pakai yang seperti punya istrinya kak Heedo? Istri kak Heedo jadi cantik, jadi cantik sekali, kemarin-kemarin kok! Nanti Jaeyunie jadi cantik juga."

Okay, ini bukan saatnya untuk tersipu malu, Sim Jaeyun! Tepat tenang. Tarik napas dalam-dalam, hembuskan.

"Lee Heeseung?" Nyonya Lee menurunkan suaranya beberapa oktaf. Terdengar seperti tengah mendikte putra bungsunya. Sebuah ultimatum, tentu saja.

Lalu, dengan begitu saja Heeseung melemaskan otot-otot yang semula tampak menyembul di lehernya. Sebab ia begitu menggebu-gebu dengan keinginannya yang hendak mendandani Jaeyun mengenakan gaun lengkap dengan vail dan mahkota. "Tetapi nanti tetap ya? Tetap pakai itu yang di kepala, ya ibu ya? Nanti Heeseung! Nanti Heeseung mau juga buka itunya yang di kepala soalnya. Terus, terus cium Jaeyunie seperti yang kak Heedo kemarin! Hehe hehe, besok ya ibu ya?!" selayaknya bunga yang kembali merasakan siraman air, Heeseung yang awalnya tampak murung sebab penolakan dari nyonya Lee kembali antusias.

"Iyaaa...iyaaa, coba tanyakan dulu pada Jaeyun. Jaeyun mau tidak nanti pakainya. Heeseung tidak boleh nakal sama Jaeyun, okay? Kalau mau apa-apa tanya Jaeyun dulu, boleh atau tidak, mau atau tidak. Mengerti?"

"Ay ay captain!" ujar Heeseung seraya berdiri tegap dengan sikap hormat selayaknya seorang tentara yang siap menjalankan titah dari komandannya.

Lantas, apakah Jaeyun sanggup untuk menolak permintaan bayi besar itu? Mustahil.

;

Jaeyun's Question Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang