05: Gejolak Rasa

341 246 581
                                    

Haii selamat pagi dan selamat hari Sabtu!!

Ga kerasa ya sebentar lagi masuk sekolah😭

Liburan semester pada kmn nih? Apa cuma diem dirumah aja kayak aku wkwk

Sebelum lanjut jangan lupa vote dan ramaikan komentar di setiap paragrafnya 🔥🔥

Tandai typo ‼️

☆☆☆☆

Matahari belum memunculkan diri, langit masih terlihat gelap. Gadis pecinta warna ungu itu terbangun, melihat arloji yang menempel pada dinding menunjukkan pukul lima pagi. Zenia segera beranjak dari tempat tidurnya untuk mengambil air wudhu, melaksanakan sholat subuh.

Selang beberapa menit, Zenia sudah rapih menggunakan mukena berwarna ungu muda polos. Dia segera membacakan niat shalat lalu bertakbir.

Setelah melaksanakan sholat subuh, Zenia mengangkat tangannya ke udara, manadahkan sebuah doa kepada Tuhannya.

"Ya Allah.. semoga hari ini ibu tidak memarahi Zen lagi. Berikan kesabaran kepada ibu karena butiknya yang mengalami kebangkrutan."

"Kuatkan hati hambamu yang lemah ini. Zen yakin, engkau telah merencanakan semuanya di dalam garis takdir."

Kedua tangan itu segera meraup wajah Zen seraya mengaminkan doa-doanya yang sudah di sebut itu.

Selesai melaksanakan sholat, Zenia segera beranjak ke kamar mandi. Hari ini adalah hari Senin yang pastinya akan di laksanakan upacara pagi. Selesai membersihkan badannya, Zenia segera memakai baju seragam kebanggaan SMA STAR tak lupa pula dengan topi, dasi, dan almamater berwarna hitam.

Langkah jenjang Zenia menuruni anak tangga. Di bawah sana sudah ada Zoya dan Mawar yang sedang asik menikmati sarapan pagi. Ketika Zenia sampai dan ingin duduk di meja makan, Mawar malah memberi teguran kepada Zenia.

"Siapa yang nyuruh kamu ikut makan disini?" Pertanyaan itu membuat Zenia bungkam. Akhirnya Zenia mengurungkan niatnya untuk tidak bergabung bersama mereka.

"Eh Neng Nzen. Bibi udah siapin bekal buat kamu, dimakan ya?" Bi Mirna datang sambil membawa satu kotak bekal untuk Zenia.

"Bibi! Taruh bekal itu untuk Zoya! Anak pembawa sial seperti dia tidak pantas mendapatkan belas kasih." Bi Mirna maupun Zenia sentak terkejut dengan suara Mawar yang melantang jelas di telinganya.

Mau tidak mau, bi Mirna mengambil kembali bekal itu dari tangan Zenia. Saat ini hati Mawar sudah benar-benar di tutup oleh rasa kebencian. Ibu nya selalu menganggap Zenia anak pembawa sial. Padahal, setiap anak itu memberi keberuntungan bukan kesialan.

"Pergi kamu! Hari ini dan seterusnya saya tidak akan kasih kamu uang saku sepersen pun!" Tanpa menunggu lama, Zenia segera pergi dari rumah minimalis itu. Rasa sesak di dadanya tidak bisa di tahan, cairan bening itu sudah terjatuh ke bawah membasahi pipi Zenia.

Di luar halaman rumah Mawar sudah ada Altezza yang setia menunggu kedatangan Zoya. Setiap hari, cowok itu sering mengantar jemput Zoya ke sekolah ataupun di luar sekolah.

Zenia melewati Altezza begitu saja dengan air mata yang masih berjatuhan. Cowok dengan handband yang melingkar di kepalanya itu mengerutkan keningnya bingung. Banyak yang ingin di tanya kepada Zenia, tetapi laki-laki itu sadar. Memangnya dia siapa Zenia? Teman pun bukan.

SERPIHAN LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang