07: Pengkhianat

371 228 870
                                    

Hai kids.. this is my syell 🤣

Bacanya tarik nafas dulu takut shok hehe

Sebelumnya janlupa votmen di setiap paragrafnya 🔥🔥

Oke letsgo!

_o0o_

Air mata terus berjatuhan tak kuasa menahan sakit. Jantungnya berdegup tak karuan kala melihat benda yang ada di genggamnya. Ia tidak menyangka akan seperti ini. Menyesal. Satu kata terlintas begitu saja atas apa yang sudah ia perbuatkan. Ia tidak tahu akan menjelaskan apa kepada laki-laki yang sekarang masih menjadi kekasihnya.

Tak membutuhkan waktu lama, seorang laki-laki gagah nan jangkung datang dengan raut wajah yang cemas. Tadi kekasihnya sudah menelpon dengan kondisi yang terus menangis didalam kamar mandi.

Altezza memegang kedua bahu Zoya seraya untuk menenangkan kekasihnya. Zoya terus menangis dengan perasaan yang sangat amat menyesal. Bodoh, Zoya akui dirinya bodoh.

"Oya, kenapa? Ada apa? Cerita sama aku."

Bukannya menjawab Zoya segera memeluk tubuh Altezza dengan suara isakan yang mulai kencang di dalam kamar mandi perempuan.

"Ada apa Zoya? Jangan bikin aku khawatir." Ucap Altezza lagi berharap kekasihnya segera menceritakan semuanya yang sudah terjadi.

Zoya melepaskan pelukannya secara perlahan. Ia menyodorkan sebuah tespek yang dimana tertara dua garis merah. "A-aku hamil, maaf."

Kedua bola mata Altezza membulat. Kepalanya menggeleng tidak setuju dengan kalimat yang baru saja di lontarkan Zoya. Dadanya sesak bak di hantam batu berukuran besar. Seperti mimpi, namun ini beneran terjadi di detik yang sama.

"Nggak! Pasti kamu prank aku kan? Iya aku baru inget, sekarang hari anniversary kita yang kedua tahun, sayang. Bilang sama aku kalo itu bukan hasil tes kamu." Suaranya bergetar sambil menangkup wajah Zoya sesekali mengusap air matanya.

"Aku minta maaf, Al. Tapi semua ini beneran terjadi." Gadis itu tak kuat menceritakan semuanya kepada Altezza. Ingin memeluk pun, Zoya sangat sungkan karena ini kesalahannya.

Dug!

Altezza menendang tempat sampah yang ada di dekatnya. Ia bingung harus berbuat apa jika semuanya sudah terjadi. Hubungan yang sudah lama di bangun, kini hancur karena sebuah tespek yang menunjukkan dua garis merah. Hancur, sangat. Altezza terpukul akan hal ini.

"SIAPA YANG UDAH BERANI BIKIN KAMU KAYAK GINI?!"

"Chan..dra..,"

Jawaban Zoya membuat Altezza kembali menatap sang kekasih. Raut wajah yang tadinya ikut sedih, kini berubah seperti iblis yang menyeramkan saat Zoya menyebutkan satu nama yang paling dibenci oleh Altezza.

"Sekarang gue paham siapa yang bodoh diantara kita," setelah mengucapkan itu, Altezza menarik lengan Zoya secara kasar keluar dari kamar mandi. Ntah akan dibawa kemana gadis itu, yang pasti Altezza tidak akan tinggal diam dengan semua ini.

Sepertinya keberuntungan sedang berpihak padanya. Seorang laki-laki dengan pakaian yang terlihat berantakan itu sedang berjalan santai di lorong perpustakaan. Dengan cepat Altezza menghampirinya tanpa memperdulikan Zoya yang kesakitan akan cengkeramannya. Untung saja, sekolah masih sepi tidak terlalu banyak murid yang berlalu lalang.

SERPIHAN LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang