21. Aneh

68 26 463
                                    

Aloo guys! Maaf telat update lagi ga enak badan 🤧🤧

Inget ya cerita ini genre angst bukan romance jadi kita balik ke setelan awal 🤪 bab ini udah mulai yg aw aw gitu dehh siapin mental aja 😙

Nathan masih muncul sedikit" blm banyaaaakk

Dah ya happy reading 💐
Tandai typo ‼️

_o0o_

"Aku sudah merasakan berbagai rasa sakit. Tapi kali ini sakit sekali, Tuhan."
~Zenia Queen Azalla.

Sudah beberapa menit yang lalu, pembelajaran sudah dimulai. Di depan sana ada guru kimia yang terkenal baik dan tegas. Guru itu baru saja menjelaskan materi baru, tanpa menunggu di pahami, segera diberi tugas mandiri.

Sepertinya setiap mata pelajaran punya prinsip masing-masing. Contohnya guru Matematika, materinya susah gurunya juga killer. Lalu Kimia, baik tapi dikit-dikit langsung diberi soal. Padahal murid seperti Altezza susah sekali memahami secara cepat. Dia akan paham jika dijelaskan secara perlahan.

Berbeda dengan Zenia. Dia terlihat santai mengerjakan soal-soal materi baru yang tadi ditulis di papan tulis. Dilihat dari wajahnya tak menunjukkan bahwa dirinya sedang kesulitan, justru dia mengerjakan secara enjoy.

Altezza terus memandangi wajah tenang itu dengan seksama. Zenia benar-benar cantik dilihat dari segi manapun. Rasanya dia tidak menyesal mengajak Zenia menjadi pacarnya. Harusnya dari dulu Altezza berpacaran dengan Zenia bukan Zoya.

Andai saja Zenia tidak homeschooling, mungkin Altezza sudah kenal lama dengan gadis itu. Ah rupanya Altezza pun tidak tahu bahwa dulu Zenia melakukan homeschooling.

"Altezza!" Altezza tersentak kaget saat guru itu memanggil namanya dengan keras. "Ngapain kamu liatin Zenia terus? Bukannya kerjain soal!"

Altezza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Anu Bu.. saya nggak ngerti. Bisa jelasin sekali lagi nggak?"

Helaan nafas panjang keluar dari mulut guru cantik itu. Seperti yang dibilang tadi, bahwa guru itu baik. Dengan sukarela dia mau menjelaskan kembali materi yang sudah dijelaskan. Karena guru itu sadar, bahwa Altezza-lah anak yang mempunyai yayasan ini. Jadi tak ada guru yang berani melawan perintah Altezza.

"Bawa kursi kamu ke depan. Ibu jelasin di sini." Final guru itu.

Sedangkan Altezza memutarkan bola matanya malas. Dia salah mengambil alasan. Harusnya tadi meminta bantuan kepada Zenia supaya bisa berduaan dengan Zenia. Kalau gini caranya, Altezza tidak bisa memandangi wajah cantik Zenia.

"Ayo sini kedepan. Katanya nggak paham." Tegur guru itu melihat Altezza yang masih duduk tanpa pergerakan.

Dengan malas, Altezza bangkit dan menarik kursi miliknya untuk di pindahkan ke depan. Urusan paham atau tidak, lebih baik ia ikuti kemauan guru itu.

Di sisi lain, Nathan tersenyum puas melihat Altezza berpindah tempat duduk. Itu tandanya, dia bisa melihat Zenia tanpa penghalang tubuh Altezza lagi.

Dari kejauhan saja kecantikan Zenia dapat di lihat. Apalagi dari dekat, mungkin bisa mengganggu detak jantung Nathan. Namun, senyumannya memudar saat mengingat tadi pagi bahwa Zenia dan Altezza berpacaran.

Nathan juga memperhatikan saat Altezza membonceng Zenia menggunakan sepeda listrik. Zenia sangat bahagia berada di dekat Altezza. Bahkan raut wajahnya tak menunjukkan keraguan sedikitpun tentang Altezza yang sewaktu-waktu akan kembali dengan masa lalunya.

SERPIHAN LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang