❁ Bab 5

2.4K 199 2
                                    

Aku tu gak pernah tau kenapa banyak yang baca cerita tapi gakaada yang ninggalin jejak buat Vote.

Satu vote dari kalian itu berharga banget buat aku bikin cerita yang epic. Tolonglah, kasing jejak ditanda bintang gitu:)

**✿❀ ❀✿**

Hari-hari berlalu. Carmila masih berdiam diri didalam kamar besarnya. Bukan, tapi lebih ditepatnya dikurung dalam kamar megah bernuansa putih dan ruby itu. Carmila menatap wajah pucatnya dipantulan cermin. Tangannya kini mengusap pipi yang entah berapa kali bibir Granz mendarat disana. Tak lupa ia mengoleskan lipbalm pada bibir keringnya.

Ahir-ahir ini Granz jarang menemuinya. Tapi, Carmila sama sekali tidak peduli selama boneka Dinda menemani nya disini, ia jadi sedikit tidak merasa kesepian. Hanya sedikit. Meski begitu, sesekali ia juga ingat pada Dinda temannya. Apa kabar dia? Carmila ingin sekali bertemu dengannya, bahkan dia belum mengucapkan salam perpisahan pada gadis itu.

Carmila berngkit dari duduknya lantas berjalan kearah pintu. Ia langsung mengetuk benda kotak berwarna putih dihadapannya.

"Iya, Tuan putri." Terdengar jawaban dari balik pintu. Itu adalah pelayan yang selalu setia berada diluar kamar Carmila. "Apa anda membutuhkan sesuatu?"

"Pangeran Granz lagi sibuk apa gak sekarang?" Tanya Carmila. Bukan nya rindu atau apa. Carmila hanya ingin meminta sesuatu pada laki-laki itu.

"Anu, Tuan Putri. Pangeran Granz sepertinya sedang berlatih sekarang, dia tidak suka diganggu ketika sedang berlatih. Biasanya dia akan selesai berlatih saat sore tiba."

Carmila langsung menghela napas berat. "Oh, gitu." Katanya sambil memijat pelipisnya yang terasa pusing, itu karna Carmila keseringan menangis.

"Apa Tuan Putri ingin saya ambilkan sesuatu?" Ucap sipelayan yang membuat Carmila diam sejenak. "Boleh minta tolong, gak? Mila kayaknya mau tomat terus dikasih gula. Tapi, Mila gak mau gula putih, maunya gula merah. Ada gak, ya?"

"Tentu, Tuan Putri. Saya akan ambilkan."

Terdengar suara orang melangkah jauh diluar kamar Carmila. Mungkin, sipelayan itu sedang membuatkan tomat pesanannya.

Tak lama terdengar suara ketukan pintu.

Tok, tok, tok

Mata Carmila berbinar berjalan mendekati benda kotak besar itu. Kepalanya sudah membayangkan buah tomat segar yang asam manis terasa menggiurkan. Dan saat pintu terbuka wajah Carmila seketika berubah mengetahui itu bukan pelayan dan tomat pesanannya. Melainkan Ratu Riana.

"Hai, Carmila?"

Ratu Riana langsung masuk. Wanita itu tengah menggendong bayi perempuan yang membuat mata Carmila tidak bisa melepaskan pandangan.

"Amoora sayang, ini calon istri paman Granz. Bilang Hallo.. ." Tangan Amoora digerakan seperti orang menyapa oleh Ratu Riana. Amoora langsung ingin turun dari pangkuan ibunya.

Saat Ratu Riana menurunkan Amoora. Bayi cantik yang sudah bisa berjalan itu langsung merentangkan kedua tangannya kearah Carmila.

"Gen-dong. Up, up,up."

Carmila yang mengerti jadi menoleh pada Ratu Riana. Ratu Riana yang tengah tersenyum menatap Carmila langsung mengangguk pertanda Carmila boleh menggendong putri kecilnya.

Saat Amoora sudah digendong Carmila. Kedua tangan kecil bayi lucu itu memegang wajah pucat Carmila, mata Amoora menatap lamat wajahnya dari mata hingga bibir gadis itu. "Pumil, Can-tik." Kata Amoora dengan nada gemas khas bayinya.

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang