✥ Bab 27

368 15 0
                                    

Jangan lupa ninggalin jejak ya?

**✿❀ ❀✿**

.

.

.

Cairan kental hijau dan merah bercampur diatas tanah hitam yang tandus. Menetes dan mengalir dari luka-luka yang amat terasa sakit. Suara dentingan pedang dan geraman para orc. Orc satu ras  yang berhasil diperbudak oleh Raja abys Garon, membuat malam kali ini sangat mengerikan dengan peperangan yang memakan banyak korban.

Granz dengan pasukannya ditemani Eiden, berhasil mendominasi peperangan yang berkobar. Beberapa para orc dengan tubuh besar mereka kewalahan menghadapi Granz yang begitu sangat kuat dalam mengayunkan pedang. Pedang Granz bukan pedang sembarangan, laki-laki yang terkenal mempunyai senyuman menyeramkan itu menguasai pedang sihir. Tak heran para orc dengan tubuh dan kapak-kapak besar mereka mudah untuk dikalahkan.

Begitupun dengan Raja abys, Garon. Pria dengan tubuh setengah kadal itu melesat seperti bayangan. Membunuh pasukan Nekvera dalam ketakutan mereka sendiri. Gaya bertarungnya yang diam-diam muncul lalu menghilang saat mengahabisi satu persatu prajurit Nekvera tanpa terlihat. Sulit untuk diprediksi dan ditangkap dengan mata biasa. Dia sendiri pun sudah memusnahkan seperempat pasukan dalam hitungan jam.

"Eiden, di belakangmu!"

Granz dengan refleks mengayunkan pedang saat Eiden tidak menyadari ada kapak bergerigi dan juga tajam yang tiba-tiba akan mendarat pada bagian belakang kepala laki-laki itu.

Trang.. .

Bruk.. .

Srebbb. .

"Hampir saja!" ucap Eiden dengan napas yang tak beraturan. Orc yang hampir berhasil menghabisinya kini sudah tumbang.

Eiden, laki-laki itu terlihat sudah kelelahan. Baju zirah yang ia pakai sudah beberapa kali tersayat benda-benda tajam. Wajahnya penuh bercak darah berwarna hijau. Darah dari lawannya sendiri.

Granz tersenyum lebar. Tidak seperti Eiden. Laki-laki berambut putih itu terlihat lebih santai, bibirnya tidak pernah kehilangan senyuman. Senyuman yang selalu mematikan. "Sepertinya pasukan kita sudah banyak yang tumbang, ya?"

"Apa kita harus menyuruh pasukan kita untuk mundur?" tanya Eiden, kedua pedangnya terus ia arahkan kedepan. Matanya tajam menatap musuh yang akan menerjang.

Granz merendahkan pedangnya berbalik menatap Eiden kini dengan senyuman yang menyiratkan arti berbeda. "Kau tau aku tidak akan menyerah sampai aku membawa Tyrtilla kembali." ucapnya. "SERANG!"

Pedang yang selalu memenangkan peperangan itu kini Granz angkat tinggi-tinggi. Cahaya putih yang menyilaukan mulai muncul dari ujung pedang, berbarengan dengan tubuhnya yang mulai naik ke atas langit gelap nan berkabut.

Kekuatan besar kini muncul. Kekuatan yang bisa dirasakan siapapun saat melihatnya.

Eiden yang pertama melihat pemandangan itu diam membeku sembari menahan kapak besar dengan kedua pedangnya yang berada tepat didepan wajah.
"Ini dia. Serangan pamungkas andalan Pangeran Granz."

Orc yang mengarahkan kapak pada wajah Eiden ikut teralihkan perhatiannya. Dengan cepat Eiden mengambil kesempatan untuk menyerang.

Sreg.. .

Bruk.. .

Dyrex, laki-laki yang dikenal sebagai pengeran abys itu mulai bangkit setelah hanya melihat dan berdiam diri sambil menguap melihat peperangan berlangsung dari atas balkon utama kerajaan kini mulai bangkit melihat cahaya itu dari kejauhan. "Apa-apaan itu?" ucapnya yang sedikit penasaran.

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang