❀ Bab 31

269 13 2
                                    

Seekor gagak bertengger diatas pagar kayu yang sudah tua membuat seorang gadis yang tengah menikmati suasana heningnya sore menolehkan kepala pada burung hitam itu.


Seekor gagak bertengger diatas pagar kayu yang sudah tua membuat seorang gadis yang tengah menikmati suasana heningnya sore menolehkan kepala pada burung hitam itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Angin berhembus cukup kencang menerpa kulit wajah sang gadis. Rambut hitam legamnya seperti mengikuti arus ilalang yang bergerak, mereka tumbuh liar ditanah merah basah kiranya karna semalam turun hujan.

Kaki jenjang itu melangkah pelan pada rumput yang dulunya adalah jalan pengantar kedamaian dan kebahagiaan rakyat Vekvera. Dan rumput ini juga yang menjadi saksi kekejaman yang dunia lakukan sehingga membuat perubahan yang sangat mengerikan.

Muncul asap hitam yang menyelimuti sang gagak, makin lama makin tebal dan makin besar membentuk seorang pria.

"Dia belum mati. Aku bisa merasakannya. "

Dyrex, sang gagak tadi diam sejenak lantas menghela napas panjang. "Aku membiarkannya hidup." katanya sambil menggaruk pangkal hidung.

"Kau lupa? Aku yang berkuasa sekarang. Jadi semua orang harus mematuhi perintahku. " Tyrtilla menatap wajah Dyrex tajam.

Setelah peperangan besar selesai. Garon, yang tadinya adalah Raja abys, yang paling berkuasa kini tak menduduki tahta lagi. Pria kadal itu sadar, orang yang sudah mati tidak patut menjadi yang paling berkuasa. Karna, jika bukan karna Tyrtilla. Dia, dan juga semua budak-budak abysnya sudah musnah.

Tyrtilla yang membangkitkan mereka layaknya mayat hidup.

Abys sekarang memiliki pemimpin yang kuat dan juga cerdas, yaitu Tyrtilla.

"Kau tidak mau menikah denganku?" Dyrex menaikkan sebelah alisnya.

"Ini bukan saatnya membuat lelucon!" kata Tyrtilla dengan penuh penekanan.

"Aku berniat menghabisi si gadis manusia itu didepan matanya langsung."

Tyrtilla malah tersenyum sinis mendengar pengungkapan Dyrex.

"Bertarung semenit saja dengan Granz kau sekarat dan mati. Bagaimana bisa kau menghabisi gadis manusia belahan jiwanya."

Dyrex memeluk pinggang Tyrtilla dari belakang, lalu mencium punggung gadis itu lembut. Tyrtilla bisa merasakan tubuh Dyrex yang mendingin, tidak hangat seperti dulu. Gadis itu tersenyum kecut.

"Aku punya dirimu, Tyrtilla." kata Dyrex sambil memejamkan matanya.

Tyrtilla hanya diam membiarkan Dyrex yang kini meremas pelan dadanya.

"Bisa kau hentikan itu?"

Dyrex tertawa yang seperti biasa terdengar menjengkelkan ditelinga Tyrtilla. "Memangnya kenapa? Jangan salahkan aku jika dadamu itu besar dan enak dipegang."

Tyrtilla refleks menyiku perut Dyrex sampai laki-laki itu meringis lantas melepaskan remasan tangan pada dadanya.

"Dimana dia sekarang?" tanya Tyrtilla kembali pada topik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang