❀ Bab 7

2K 105 2
                                    

Para bangsawan kerajaan Nekvera punya Ig, nih.

wttpd.carmila_dikerjaanekvera

**✿❀ ❀✿**

Granz dan Carmila berjalan beriringan. Satu langkah jalan milik Granz adalah dua langkah milik Carmila. Granz berjalan santai, sementara Carmila berjalan setengah lari.

Hari mulai terlihat gelap. Ini waktu-waktu berbahaya bagi Granz. Karna tanda kepemilikan di tangan Carmila akan secara aktif bekerja. Jadi, Granz buru-buru mengantarkan Carmila ke kamarnya.

Meski, dari tadi. Ona, pelayan setia Carmila berada dibelakang mereka. Dan bisa saja wanita itu yang menemani Carmila. Nyatanya Granz tidak mau. Alasannya sudah jelas kan. Ingin selalu didekat Carmila sesempat mungkin ia bisa yang manakala dirinya selalu sibuk berlatih sihir.

 Ingin selalu didekat Carmila sesempat mungkin ia bisa yang manakala dirinya selalu sibuk berlatih sihir

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata coklat Carmila melihat takjub istana Nekvera yang begitu indah. Sungguh luar biasa, bahkan rumah milik Dinda temannya yang besar itu kalah dengan istana tempat tinggal Granz. Mulutnya menganga saking tidak bisa ia deskripsikan istana indah ini pada Dinda saat mereka akan bertemu nanti.

Tapi, tunggu. Carmila akan berkata jujur pada Dinda? Jika dia menjadi putri disuatu kerajaan didunia lain?

Akankah Dinda percaya?

Siapakah orang tua Carmila yang ikut ke dunia manusianya nanti?

Dan, dia harus menjawab apa jika ditanya dimana sekarang dia tinggal.

Memikirkannya membuat Carmila pusing, tapi dia masih diam tidak berniat bertanya pada Granz.

"Pangeran Granz?"

Seruan itu membuat mereka bertiga menoleh pada sumber suara, lalu mendapati seorang pria berbaju rapi tengah berlari.

"Ada apa, Eiden?" Tanya Granz saat pria tadi sudah di hadapannya. Eiden adalah tangan kanan Granz yang bisa diandalkan, sekaligus sahabat dari masa kecilnya.

"A-ada masalah di tempat pe- pelatihan kuda." Katanya sambil sedikit ngos-ngosan. "Dew, kuda mu. Dia tiba-tiba lepas dan mengamuk. Kami tidak bisa menenangkannya."

"Ah, sial." Granz seperti merutuki dirinya sendiri. "Aku lupa ada janji dengannya. Dia mungkin marah akan hal itu."

"Pantas saja."

"Ayo." Granz bergegas diikuti Eiden dibelakang. Tapi, baru beberapa langkah mereka berjaln, Granz mendadak berhenti lalu berbalik menoleh pada Ona. "Tolong, jaga Carmila. Antar dia ke kamarnya."

Ona, si pellayan yang tidak beda jauh umurnya dengan sang pangeran mengangguk patuh. "Baik pangeran."

Granz dan Eiden dengan cepat pergi. Carmila yang dari tadi hanya diam mulai melirik Ona sambil tersenyum. "Namanya Ona, ya?" Kata Carmila yang baru tau nama asli pelayannya. "Kamu berapa taun? Kok kita kayak sepantaran? Pasti gak beda jauh umurnya sama Mila."

Ona tersenyum simpul. Tuan Putrinya terlihat polos dan sangat lucu. "Dua puluh, Tuan Putri."

"Oh." Carmila mengangguk dua tahun lebih tua ternyata. "Kalo pangeran Granz? Dua puluh juga." Tanya lagi Carmila yang memang penasaran.

"Bisa kita mengobrol sambil berjalan saja, Tuan Putri. Saya harus mengantar anda cepat-cepat kekamar." Kata Ona yang membuat wajah Carmila cemberut. Padahal, Carmila ingin berlama-lama melihat anterior istana Nekvera.

"Pangeran Granz berumur 21 tahun. Dan, laki-laki tadi, dia pengawal Pangeran Granz umurnya 22 tahun." Jelas Ona sambil terus menyamakan langkahnya dengan Carmila yang berjalan pelan.

Carmila lagi-lagi hanya ber oh ria.

Sampailah mereka pada anak tangga yang menghubungkannya dengan kamar Carmila. Tapi, mereka mendadak berhenti berjalan saat melihat satu perempuan cantik berdress hitam yang bersandar pada tembok di tengah-tengah anak tangga. Satu kata dikepala Carmila saat melihat perempuan itu. Menyeramkan.

Terdengar helaan napas berat dari Ona

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terdengar helaan napas berat dari Ona. Carmila tahu ada yang tidak beres disini. Perempuan tadi turun dengan anggun mendekati mereka yang tengah diam mematung.

"Ah, ini Putri Carmila?" Tanya Perempuan tadi sambil tersenyum merekah. Dia mengulurkan tangan pada Carmila. "Perkenalkan namaku Putri Tyrtilla Grantyrika dari Kerajaan Vervara."

Carmila yang tidak mengenali perempuan dihadapannya hanya bisa tersenyum canggung sambil meraih tangan putih mulus itu untuk berjabatan. "Carmila Faralakilla, panggil aja Mila."

"Dari dunia buangan." Sahut Tyrtilla dengan senyum smirk. "Aku sudah tahu itu."

Kerutan di dahi Carmila terlihat. Jelas gadis itu sedang keheranan. "Apa maksudnya dunia buangan."

"Tuan Putri Tyrtilla, Putri Carmila harus cepat pergi ke kamarnya oleh Pangeran Granz." Kata Ona sambil menunduk sopan.

"Diam!" Bentak Tyrtilla membuat kedua lawan bicaranya tersentak. Ia menoleh pada Carmila sambil mengulum kembali senyum manis.

"Maafkan aku. Aku hanya terbawa suasana." Manik mata hitam Tyrtilla kini menatap tajam pada Ona. "Kami hanya ingin berbincang sebentar dan aku juga ingin mengenali mesin pencetak anak kerajaan Nekvera."

"Maaf, maksud kamu mesin pencetak itu, Mila?" Tanya Carmila masih dengan wajah polosnya.

Tyrtilla hanya tertawa ringan sambil memutarkan cincin berbentuk ular dijari manisnya seakan sengaja agar Carmila menatap kesana. "Aku hanya becanda. Jangan dimasukan kehati."

"Maaf menyela Putri Tyrtilla. Kami harus segera pergi kekamar. Hari sudah mulai gelap." Dengan mental yang di kumpulkan, Ona berani berkata demikian pada Putri Tyrtilla yang terkenal menakutkan. Lantas menatap Carmila disampingnya.
"Putri Carmila, saya sudah membuatkan tomat kesukaan anda dikamar."

Wajah Carmila langsung berbinar setelah mendengar kata tomat dari Ona. Dia langsung mengangkat dress putihnya lalu menaiki anak tangga dengan cepat. "Wah.. . Asikkkkk tomaattttt. " Seru Carmila kegirangan. Ona hanya mengikutinya dari belakang.

Mengiraukan Putri Tyrtilla yang diam menatap tajam kearah mereka berdua.

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang