❀ Bab 24

500 29 12
                                    

Warning 18+

Hawa dingin menusuk tulang,
menyelimuti seluruh penjuru kerajaan Vekvera. Pangeran abys yang dikenal dengan nama Dyrex itu kini tengah berdiri sambil memiringkan kepalanya menatap gadis beraura hitam tengah memijat pelipisnya pelan. Gadis itu kini menengadahkan kepalanya pada langit yang gelap mencoba menjernihkan isi pikirannya. Meski baju yang dikenakan terbuka menampilkan bahu serta punggung yang mulus tapi terlihat gadis itu tidak merasakan dingin sedikit pun.

"Butuh beberapa penderitaan untuk menghilangkan penderitaan yang lain. Benar begitu?"

Sang gadis berbalik menatap Dyrex dengan wajah datar namun bisa dilihat kekesalan dan amarah disana. Sihir penghilang ingatan pria itu membuatnya pusing untuk beberapa hari. "Kau membunuh ayahku."

Dyrex mengepakkan sayap hitamnya membuat angin berhembus cukup kencang mengikis jarak antara dirinya dan gadis itu.
"Kita buat revolusi baru, sayang. Lagipula ayahmu itu sangat lemah untuk memimpin sekarang. Kerajaan ini membutuhkan pemimpin tirani sepertiku dan Raja Abys, Garon."

Tyrtilla menepis tangan berurat itu dari pipi tirusnya. Netra merah menyala itu menatap sang pangeran abys tanpa ada rasa takut sementara lidah bercabangnya beberapa kali keluar. Dyrex membiarkan ingatan ayah Tyrtilla yang kini sudah mati dan hanya menghapus ingatan bagaimana kejadian ayahnya mati didepan gadis itu sendiri.

"Tau apa kau tentang penderitaan? Yang kau tau hanya membuat orang- orang menderita saja."

Setelah mengatakannya ia melenggang pergi dengan perasaan campur aduk. Bahkan stok air matanya sudah habis, yang bisa ia lakukan hanyalah diam dan membiarkan hatinya mengobarkan niat balas dendam.

Balas dendam pada Kerajaan Nekvera. Sampai detik ini bala bantuan tak kunjung datang kemari.

Tapi, baru beberapa langkah Tyrtilla berjalan. Angin kembari berhembus dari kepakan sayap milik Dyrex membuat rambut dan dress yang ia kenakan melambai-lambai. Sayap hitam yang Tyrtilla perkirakan berdiameter dua itu membuat daun-daun kering melayang untuk beberapa saat. Sepersekian detik laki-laki itu sudah berada dihadapannya. Dyrex menampilkan senyum seringai yang membuat Tyrtilla ingin menggigit bibir itu dengan racun ularnya.

"Singkirkan wajahmu dari pandanganku. " ucap Tyrtilla dingin.

"Aku rasa, aku tidak pernah menghilangkan ingatan tentang perjanjian kita. Kau bisa pulang karna ku. Sekarang aku ingin menagih janjimu, ingat itu, hm?" Dyrex mengangkat sebelah alisnya.

Tyrtilla diam membeku. Ia mengingat-ingat kembali perjanjian bersama Dyrex. Matanya kini membola saat ia ingat pernah berkata akan menyerahkan tubuhnya pada laki-laki itu. Sialan!

"Untuk apa aku menyerahkan tubuhku pada orang yang sudah membunuh ayahku."

Tyrtilla mendelikkan matanya pada Dyrex saat kaki itu mulai melangkah ingin pergi. Tapi, dengan cepat Dyrex memangku tubuh Tyrtilla lantas membawanya terbang kebangunan tertinggi. Tyrtilla yang tidak menduga hal ini pun berteriak agar diturunkan. Tapi, Dyrex sama sekali tidak mendengarkan.

"Apa yang kau lakukan. Turunkan aku!"

"Aku mau sesuatu, aku dapatkan itu!" Dyrex baru melepaskan Tyrtilla dari pangkuannya saat mendarat dibalkon salah satu kamar. Tangan Tyrtilla ia seret masuk kedalam ruangan lantas mengunci dan menghimpit tubuh Tyrtilla pada dinding membuat Dyrex bisa melihat wajah gadis itu dengan jelas.

Deru nafas bisa mereka rasakan satu sama lain. Dyrex menatap lamat wajah gadis di hadapannya. Aura hitam dari sang gadis sudah membuatnya tertarik dari awal. Mata lebar nan tajam, pipi tirus dengan bibir tebal yang selalu mengeluarkan lidah ular dengan bisa yang mematikan. Netra hitam Dyrex kini beralih kebawah lalu tersenyum menggoda memandang dada milik gadis itu. "Cukup besar untuk gadis seusiamu."

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang