➷ Bab 26

370 18 0
                                    

Carmila yang tengah duduk dikursi rias kini mengeryitkan kening menyapu penampilan Lip dari ujung kepala sampai kaki. Gadis elf itu bersiap akan pergi. Mungkin, akan berburu, Carmila tau saat menatap beberapa panah kecil lengkap dengan busur yang dibawa oleh gadis itu.

"Loh, mau pergi kok gak ajak Mila?" tanya Carmila sambil cemberut.

Lip menghela napas berat. "Hutan perbatasan itu sangat berbahaya untuk mu. Lebih baik kau jaga rumah saja, ya?"

"Itu benar, yang ada kau hanya akan buat repot saja." tambah Lim, Laki-laki elf itu baru saja masuk ke kamar membawa busur diranjang miliknya.
"Ayo pergi, jangan terlalu larut."

Lip dan Lim bergegas pergi, namun tangan Lip dicekal oleh Carmila membuat gadis itu mendadak menghentikan langkahnya.

"Boleh Mila ikut, ya? Mila takut dirumah sendiri." ucap Mila memelas. Lip menatap Lim di sampingnya. Tapi, Laki-laki itu malah memutar manik matanya malas dan berjalan pergi keluar.

Lip kini menoleh pada Carmila dengan senyum tipis. "Kau tau aku tidak akan tahan dengan tatapan memelas mu itu Tuan Putri Carmila."

"Ah, makasih. Sini-sini biar Mila aja yang bawa busur sama panahnya ya?" katanya dengan binar sambil meraih paksa alat berburu milik Lip.

"Dasar gadis manusia." katanya sambil geleng-geleng kepala.

Lip dan Carmila segera menyusul Lim yang jauh didepan. Malam ini, bulan cukup terang menerangi jalan. Tapi, Carmila tetap membawa senter yang ia bawa untuk kabur hari itu. Lip ternyata menyimpan juga memberbaiki senter miliknya. Karna ia tau semakin jauh mereka melangkah pohon-pohon ikut semakin rindang, semakin besar dan juga semakin banyak, maka akan semakin sulit untuk mereka melihat. Sampai akhirnya Lim yang berada paling depan menghentikan langkah kaki. Membuat orang yang berada dibelakangnya pun ikut terdiam.

"Jangan berisik." laki-laki elf itu mengintruksi lalu perlahan melangkahkan kaki.

"Ada apa?" bisik Carmila pada Lip.

"Hidangan untuk makan siang besok." jawab Lip dengan nada rendah. Carmila mengangguk mengerti, sepertinya indra pendengaran elf itu jauh lebih tajam dari pada miliknya. Ia sama sekali tidak mendengar apapun.

Lim menoleh ke arah kanan, matanya tajam menatap gelapnya malam. "Disana!"

Srakkk...

Srebbb..

Tak sempat Carmila mengedipkan matanya, tayangan yang seperti dipercepat 6 kali lipat matanya melihat bagaimana Lim dan Lip yang refleks berbarengan memanah ke arah gelapnya hutan.

"Apa itu kena?" tanya Lip pada Lim. "Tentu saja. Ayo!"

Lim mulai berjalan setengah lari memimpin mereka untuk segera mengambil buruan. Meski Carmila tidak tau apa yang sudah para elf panah tadi. Ia hanya mengikuti dari belakang. Apalagi ketika ia berjalan cukup jauh, berkisar antara 6 atau 9 meter dari tempat mereka membidik sampai pada Lim kini berjalan sedikit melambat itu berarti mereka sudah dekat dengan hewan buruan. Itu jarak yang cukup jauh bukan? Apalagi dengan keadaan gelap seperti ini. Manusia biasa tidak mungkin bisa melakukan hal itu.

"Ah, sial. Itu bukan rusa." ucap Lim ketika sesuatu yang tergeletak ditanah berada 2 meter dari pandangan mereka.

"Kau ini bagaimana? " kesal Lip menoyor kepala adiknya dengan tidak santai.

Lim meringis sambil mengusap kepalanya. "Aku membidik apa yang berisik. Itu saja!"

Mereka berjalan berbarengan. Senter ditangan Carmila berpusat pada sesuatu yang tergeletak itu. Setelah mereka semakin mengikis jarak. Mereka menyadari satu hal.

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang