Tanda kepemilikan.
Tanda yang akan diberikan seorang pria bangsawan jelmaan ular pada orang yang akan senantiasa hidup bersama selamanya. Yakni, pada pasangan mereka. Umumnya seorang pria yang sudah cukup umur yang wajib melakukan tanda kepemilikan pada seorang gadis pilihannya.
Ada beberapa larangan pria tidak cukup umur melakukan tanda kepemilikan pada seorang gadis. Dikarnakan efek dari tanda itu membuat si pria yang masih labil belum bisa mengendalikan hawa nafsu di dalam dirinya. Efek itu biasanya akan aktif saat malam hari tiba. Hal yang tidak diinginkan bisa dicegah dengan memisahkan si pria dan si gadis dengan jarak yang sudah ditentukan.
Tanda kepemilikan mempunyai efek kuat akan pasangan. Sang pria akan sangat terikat pada sang gadis. Rindu berlebih, sayang berlebih, cinta berlebih bahkan sang pria tidak akan memiliki rasa apapun pada wanita lain selain gadis yang sudah diberi tanda olehnya. Terkesan berlebihan. Namun, begitu kenyataannya. Hal ini dilakukan karna kerajaan Nekvera sangat menjungjung tinggi kesetiaan.
Memejamkan mata sejenak sebelum melanjutkan bacaannya. Tyrtilla menghela napas berat. Tangannya pun kini meremas sudut buku yang berada dipangkuannya. Pantas saja Raja Marchell memaklumi Granz ketika laki-laki itu tidak bersikap adil padanya. Itu dikarnakan efek dari tanda yang Granz berikan pada Carmila. Tanda yang seharusnya ia lah yang mendapatkannya. Tanda yang seharusnya kini sudah berada ditangannya.
Tapi, takdir berkata lain.
Jika Carmila dan Granz diikat dengan tanda kepemilikan. Lain halnya dengan Ia dan Granz yang hanya diikat oleh cincin pertunangan.
"It's, nor fair!!"
➷♡➹
Tyrtilla?
Mendengar namanya dipanggil. Sang empu langsung tersadar lantas berpijak pada dunianya kembali. Penglihatan yang tadinya memburam karna genangan air kini mulai bisa ia fokuskan. Tak lama ada sesuatu yang hangat meluncur bebas pada pipinya.
Sial, dia menangis?
Buru-buru ia usap air mata itu kasar dengan punggung tangan. Tidak ada yang boleh melihat ia selemah ini. Mendongkakkan kepala, manik mata hitamnya itu sekarang menangkap keberadaan orang yang menjadi sebab masalah muncul dalam hidupnya.
"Pergilah!"
Tyrtilla menutup buku yang berada dipangkuannya lantas berdiri menuju salah satu rak buku tanpa menatap dua orang dihadapannya lagi.
Diam. Hanya terdengar suara detik jam perpustakaan yang menenangkan. Sementara manik mata coklat Carmila menatap gerak-gerik Tyrtilla. Gadis berambut hitam legam itu sedang mencari buku lain tanpa menaruh buku yang sebelumnya ia baca.
"Lagi baca buku, ya? Buku apaan?" Tanya Carmila yang memang penasaran.
Tyrtilla langsung menghentikan aktivitasnya sejenak. Gadis itu langsung memeluk buku dipangkuannya seperti tidak boleh ada orang yang melihat apa yang ia baca. "Jangan ganggu aku."
Nada bicara Tyrtilla terdengar dingin menusuk ke indra pendengaran, ia bahkan tidak mempedulikan keberadaan orang diruangan itu dan malah sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
"Mila percaya Ular yang Mila temui dihutan itu bukan Tyrtilla."
Lagi. Tyrtilla diam membeku. Entah apa yang ada dipikirannya sekarang. Tapi, kali ini ia baru mau menatap lawan bicaranya. Wajah Tyrtilla yang dingin nan datar sekarang membuat Ona harus menundukan kepala. Berbeda dengan Carmila yang menampilkan senyuman hangat.
"Suruh Tuan Putrimu agar pergi, Pelayan!!" Titah Tyrtilla tegas pada Ona.
Pelayan setia Carmila itu langsung mengangguk patuh. "Putri Carmila, anda suka buku seperti apa. Mari, saya antar."
"Gak papa, Ona. Mila mau sama Tyrtilla aja."
Tyrtilla menghela napas berat, sabarnya kini mulai hilang. Ia menatap tajam Carmila dengan mata merah runcing ularnya. Carmila yang mulai terbiasa kini hanya diam tanpa terlihat rasa takut sama sakali pada wajahnya.
"Jangan membuat hidupku lebih sulit. Dasar manusia lemah!"
Setelah mengucapkannya Tyrtilla melenggang pergi dengan rasa sedih, marah, kecewa semuanya campur aduk. Carmila yang menatap kepergian gadis itu memiringkan kepala bingung.
"Emangnya Mila nyusahin Tyrtilla, ya?"
Pertanyaan dari Tuan Putrinya itu membuat Ona tersenyum menenangkan.
"Putri Tyrtilla sepertinya sedang banyak tugas dari sekolah. Jika Putri Tyrtilla sudah keras belajar, maka dia akan cepat emosi." Jelasnya. "Jangan terlalu dipikirkan, Tuan Putri.""Ah, gitu, ya?"
Melihat Tyrtilla. Carmila jadi ingat pada temannya Dinda. Yang dulunya Dinda adalah anak brandalan yang susah diatur. Dingin, pendiam, kurang bersosialisasi seperi tidak mempunyai perasan, kini bisa berubah hanya dengan berteman baik dengannya. Selalu mendengarkan adalah obat penenang bagi orang-orang seperti mereka. Mungkinkah Tyrtilla juga akan sama seperti Dinda? Mengingat kelakuan mereka tidak berbeda jauh.
"Padahal Mila mau nanyain tentang cincin couple yang dipake Granz sama Tyrtilla."
Kata Carmila pelan yang masih terdengar oleh telinga Ona.
*+:。.。 。.。:+*
KAMU SEDANG MEMBACA
Carmila Di Kerajaan Nekvera
Fantasy[ KALO SUKA DUKUNG. CARANYA NGEVOTE❗❗] Bukan lapak vulgar 🙂 Tapi boong🗿 Dipaksa melahirkan banyak anak untuk menyelamatkan sebuah kerajaan. Carmila, si gadis SMA 18 tahun yang polos dan lugu tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa hal mengerika...