❁ Bab 23

639 24 4
                                    

"Aku masih tidak percaya Kerajaan Nekvera sudah melanggar hukum antar dimensi."

"Ya, tapi itu kenyataannya'kan?"

Sayup-sayup orang tengah berbincang terdengar oleh indra pendengaran setelah setengah kesadarannya mulai pulih. Kelopak mata itu mulai terbuka menampilkan setengah bulatan netra berwarna coklat sementara tangannya menyentuh kepala yang dirasa masih sedikit berputar.

"Hey, dia bangun."

Seorang wanita bermata lebar dengan netra mencolok berwarna hijau, telinga besar serta runcing adalah orang yang pertama ia lihat. Ia mencoba bangkit meski cukup kesusahan karna tubuhnya yang masih terlalu lemah.

"Biar ku bantu." ucap wanita itu sambil mendorong punggung nya untuk bangun dari tempat tidur.

"Mila dimana." lirih Carmila. Indra penciumannya kini menghirup kayu terbakar, tubuhnya pun mulai merasakan kehangatan. Kepalanya melirik kiri kanan, mencoba mengetahui keberadaannya sekarang. Rumah kayu berdesain vintage, sangat asing.

"Jangan terlalu memaksakan diri. Kau aman disini." wanita itu tersenyum tapi Carmila malah kebingungan. Menatap bergantian wanita dihadapannya dan sorang pria yang berpenampilan sama berada dibelakang wanita itu.

"Kalian ini siapa?"

Wanita itu melirik kebelakang. Tapi si pria hanya diam sambil mengangkat bahu. Mengetahui pria itu acuh tak acuh, ia menatap Carmila kembali. "Aku Lip, dia kakak ku Lim. Dia memang agak sarkastik, tapi dia baik. " katanya dengan suara lembut. "Kau sekarang berada dinegri Elf."

"Elf?" ucap Carmila, ia tidak mungkin salah mendengar.

"Sini, biar ku lihat luka di kakimu."

Dengan telaten Lip membuka dulu sedikit piama Carmila sampai pada betis sehingga luka yang ditutupi dedaunan herbal itu terlihat. Carmila baru menyadari baju yang ia gunakan sudah diganti. Cukup terkejut, apa mungkin saat dia diganti baju pria itu melihatnya. Matanya sontak melotot pada Lim, sementara pria elf itu tau akan tatapan yang Carmila berikan padanya.

"Jangan berfikir yang tidak-tidak. Adikku yang mengganti pakaianmu." sergah Lim dengan datar.

"Ya, dan itu juga aku yang memaksamu keluar." Lip menyahuti. Kini ia mengganti daun herbal yang tadi dengan yang baru pada kaki Carmila.

"Karna diluar sedang ada badai. Kau tega menyuruhku keluar kedinginan?!" bela Lim tidak ingin terlihat seperti pria mesum.

Carmila hanya diam, sementara matanya menyapu rumah minimalis ini. Memang, hanya ada satu ruangan. Tidak ada dapur, kamar mandi atau ruangan lainnya. Hanya ada 2 ranjang kecil, tunggu api dan dua kursi dengan meja kecil.

"Terimakasih." ucap Carmila setelah Lip selesai mengobatinya.

"Malam itu, cukup gelap." Lip mulai perbincangan sambil membereskan wadah-wadah bekas pengobatan. "Mungkin, kakakku mengira yang berisik itu rusa. Jadi dia menembakkan bius. Dan, bius itu malah terkena padamu. "

Mata Carmila menatap luka dikakinya sambil mengingat kembali rasa ngilu saat itu. "Ya, untung aja gak kena kepala." katanya sambil terkekeh kecil.

"Maaf kan kami." kata Lip sungguh-sungguh. "Sebenarnya apa yang kau lakukan malam-malam buta ditengah hutan? Kau dari Kerajaan Nekvera kan?"

Carmila diam sejenak sebelum membuka suara. "Sebenernya Mila udah gak tahan tinggal disana. Mila kabur."

"Apa kubilang!" seru Lim tiba-tiba memotong penjelasan Carmila. "Dia hanya akan membuat masalah untuk kita. Lebih baik, kita tinggalkan saja dia hutan malam itu. Tapi, kau tidak mau dengar."

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang