✾ Bab 21

573 23 0
                                    

"Pumil. Makanlah sedikit. Anda akan sakit nanti."

"Coba kamu bandingkan sama rasa sakit Tyrtilla sekarang."

Ona menghela napas berat. Disimpannya nampan makan pada meja nakas. Ia duduk dibawah lantai, mendongkakan kepala sementara mata nya menatap penuh kasih pada Carmila yang tengah duduk diatas ranjang.

Memang, Tuan Putrinya sekarang sangat susah untuk makan setelah perkumpulan anggota kerajaan kemarin. Ia tahu bahwa Carmila sekarang sangat terpukul juga depresi. Gadis berumur 18 tahun harus mengemban tugas yang berat. Apalagi pernikahan.

"Tidak ada banding-membanding. Menurut saya, anda dan Putri Tyrtilla sama-sama memikul beban yang setara. "

"Mila belum siap nikah." sahut Carmila cepat. Sudah muak dengan apa yang terjadi. Ia diam sejenak mengatur emosinya yang meledak-ledak. Gadis itu menghela napas panjang, sampai beberapa detik mata sembabnya baru menatap Ona. "Mau healing aja kali, ya? Mila mau main diluar."

Diam, kedua alis Ona bertaut heran. "Dalam keadaan sekarang sepertinya Pangeran Granz tidak akan mengizinkan."

"Kita gak bakalan tau kalo gak nyoba buat bilang. " Carmila mengusap air matanya dengan punggung tangan lantas beranjak dari duduk.

"Tunggu!"

Intrupsi Ona membuat Carmila diam ditempat. Ia berbalik. "Kenapa?"

"Maaf Pumil. " Ona bangkit dari duduknya sambil menunduk hormat. "Biar saya yang mencari pangeran Granz supaya kesini. Anda diam saja dikamar. Keadaan sedang tidak baik-baik saja."

Biasanya Carmila akan langsung lesu karna tidak bisa keluar. Tapi, sekarang ia malah tersenyum penuh arti sambil menganggukan kepala. "Baiklah."

❃.✮:▹ ◃:✮.❃

Langkah kaki Granz terbuka lebar. Mata teduh namun tajam membuat siapa saja yang menatap keberadaannya langsung tertunduk dengan hormat. Ia berpapasan dengan Eiden. Pengawal setianya itu sedang menunggunya tepat didepan salah-satu pintu.

"Dia baik-baik saja?"

Eiden tertunduk, tidak mengatakan apa-apa. Melihat pemandangan itu, Granz langsung membuka pintu berwarna hitam didepannya. Ia tahu ada yang tidak beres disini.

"Tyrtilla?" panggil Granz.

Suasana ruangan sangat hening. Dilihatnya kamar itu sangat berantakan. Ia sudah tahu bahwa sang pemilik yang melakukannya.

"Tyrtilla kau dimana?"

Tidak menghiraukan keadaan kamar yang kacau, langkah kaki Granz tertuju pada jendela yang terbuka.

"Siapa saja yang memperbolehkan masuk ruangan ini selain diriku dan raja?" tanya Granz pada Eiden.

"Beberapa pelayan Putri Tyrtilla dan Tuan Gin. Raja menyuruhnya menyegel kamar Tyrtilla. Dia satu-satunya orang yang bisa membuka segel itu sendiri." jelas Eiden.

"Ah, sial. Bagaimana bisa ini terjadi?"

Dengan tergesa Granz melangkah besar hendak bertemu dengan Raja. Memberitahukan bahwa Putri Tyrtilla sudah hilang entah kemana. "Panggil kroco itu juga. Sudah kuduga ada yang tidak beres dengannya."

"Baik."

Sementara disalah satu kamar yang lain. Carmila tengah menatap keluar jendela, menundukkan kepalanya sambil mengira-ngira ketinggian kamar yang ia tempati sekarang dengan lantai bawah.

"Kamu pernah melakukannya Carmila saat ditaman hiburan. Hanya dua kali lipat atau tiga kali lipat jauh nya." ucap Carmila pada dirinya sendiri. Mungkin tali yang ia buat sendiri cukup mengantarkannya untuk kabur dari kamar ini.

Tok tok tok.. .

Suara ketukan pintu membuat Carmila terperanjat. Ia segera menyingkirkan tali berupa kain-kain itu dibawah ranjang, setelah semua aman. Pintu terbuka tanpa ia suruh. Hal itu sudah biasa ia dapatkan. Jadi, ia merasa biasa-biasa saja perihal privasi.

Wajah Carmila malah kebingungan dengan kedatangan pria dihadapannya.

"Tuan Gin?"

"Oh, maaf. Saya salah kamar ternyata." ucap Tuan Gin dengan wajah yang kelewat santai.

Carmila malah makin bingung tapi ia hanya diam saja. Entah apa yang harus ia lakukan.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Itu suara Ona dari luar, terdengar oleh pendengaran Carmila. Ia segera mendekat pada pintu.

"Hanya salah kamar saja. Mungkin saya kelelahan. " jelas Tuan Gin.

Ona tersenyum hangat. "Bahkan seorang guru terpelajar sekalipun perlu mengistirahatkan otaknya. "

"Kau benar. " kata Tuan Gin. Mata pria itu terlihat berat untuk terbuka. "Hari yang begitu kacau, ya?"

Setelah mengatakan itu Tuan Gin berlalu pergi. Manik mata Ona kini beralih pada Tuan Putrinya. "Kayaknya Tuan Gin ling lung." ucapan Carmila membuat Ona tertawa kecil. "Eh, gimana kata Pangeran Granz?"

Wajah Ona berubah 360° "Saya sudah berusaha, tapi pangeran Granz tidak mengizinkan. "

"Udah Mila duga."

"Yaudah gak papa. Mila istirahat aja." kata Carmila sambil menguap. Agar Ona yakin ia butuh tidur.

"Perlu saya temani?"

"Ah, gak perlu." sahut Carmila cepat.

Ona mengangguk patuh. Lantas menutup pintu kamar Carmila dan menguncinya rapat-rapat.

Carmila berbalik menatap kebawah ranjang. Mempersiapkan mental dan fisiknya untuk kabur malam ini.

Nekad?

Percayalah dia sudah tidak takut kematian dihadapannya sekarang.

Carmila Di Kerajaan NekveraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang