8. Bertahan

312 56 0
                                    

"Kita kejebak di pulau ini?"

Leo mengangguk. "Kita satu rombongan, eh bukan bukan, tapi lo sama gua dan yang lain itu emang janjian buat liburan bareng,"

Hyunsik memegang kepalanya yang terasa semakin sakit saat berusaha mengingat.

"Ga usah dipaksa! Nanti juga lo bakal inget kok, tapi engga sekarang, mungkin?"

Hyunsik mengangguk ragu.

"Tangkep le!"

Leo dengan sigap menangkap buah jambu yang entah didapatkan dari mana oleh Donghae.

Leo memberikan buah tersebut ke Hyunsik. "Cepet atau lambat, kita bakal pulang kok. Buat sekarang ini, kita bertahan disini dulu,"

"Yang lain?"

Leo menggeleng. "Semoga mereka juga bisa selamet,"

"Leo!! Liat apa yang om temuin!" teriak Donghae dari kejauhan

Leo mendapati Donghae sedang memegang jala ikan yang sudah usang. "Udah pada bolong itu!!" sahut Leo dengan teriakan. "Lagi juga mau ngejala dimana? Kita kan ga punya perahu buat ke tengah laut!"

"Ga usah ngeremehin om!! Kamu liat aja ya!!"

Leo ingin bangkit mendekati Donghae, tapi sebelum itu Hyunsik sempat menahannya. "Apa lo kenal hape ini? Ini ada dikantong gua, atau emang punya gua." Hyunsik menunjukkan ponsel yang sudah retak disegala sisi

Leo mengambilnya dan memperhatikan dengan teliti. Tidak asing. "Lex? Kenapa hape Lex ada di Hyunsik?" batinnya

"Hape gua ya? Hehe, gua ga inget," Hyunsik langsung mengambilnya lagi

"Itu, eeum.."

"Leo!!" panggil Donghae

"Hah?" Leo akhirnya melupakan percakapannya dengan Hyunsik dan mendekati Donghae

Hyunsik menatap lekat punggung Leo yang berjalan menjauhinya. "Leo? Jangan pernah pergi ya.." gumamnya

Pandangan Hyunsik beralih ke ponsel yang ia pegang. Ia tidak bisa menyalakannya, mungkin baterainya habis atau memang sudah rusak. Dan di casing terdapat art sembilan orang yang berjalan membelakangi. "Siapa mereka?" gumam Hyunsik

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan. Donghae, Leo dan Hyunsik masih belum bisa melakukan apa-apa selain terus berusaha adaptasi dengan lingkungan yang asing.

Tak ada yang benar-benar menyadari keberadaan mereka bertiga disana. Padahal jarak pulau tersebut dengan pulau yang pernah ditempati yang lainnya tidak begitu jauh. Atau tim SAR yang berbohong kepada Zayyan dan yang lain kalau mereka berusaha mencari padahal tidak. Entahlah.

"Enam puluh tujuh hari." Leo menggores batu yang cukup besar disana dengan bebatuan kecil lain untuk menandakan hari

Kondisi mereka saat ini sungguh seperti gelandangan yang tidak ganti-ganti baju dan cukuran. Haha. Leo? Hyunsik? Kumisan? Anjir, bapack-bapack tamvan ㅋㅋ. Jangan dibayangin, nanti jantungmu pindah ke usus.

"Gua mau mati aja rasanya!" keluh Hyunsik sambil menatap langit senja dengan warna oren yang begitu cantik

"Lu udah inget sesuatu?" tanya Leo

"Cara masak aer? Bakar ikan? Atau manjat pohon?"

"Maksud gua, lu udah inget sesuatu tentang diri lu atau apa kek gitu,"

Hyunsik menggeleng. "Gua cuma inget beberapa detik sebelum gua ilang kesadaran waktu itu,"

"Apa tuh? Apa yang ngebuat lu sampe kaya gini?"

"Gua didorong dari tebing sama seseorang, cuma itu,"

Leo semakin bingung dan terkejut. 'Tapi kenapa? Apa mungkin itu salah satu dari kita? Apa mungkin Lex? Soalnya kan hape Lex dipegang Hyunsik.' batin Leo

"Orangnya? Lo inget ga orangnya kaya apa?"

"Gua ga inget apa-apa lagi,"

Suasana kembali sunyi. Hanya tersisa suara deru ombak yang menemani tenggelamnya matahari. Sampai langit benar-benar gelap, Donghae menyalakan api unggun yang selalu setia menemani mereka setiap malam.

"Malem ini, kita masih belom bisa pulang ya?" tanya Leo dengan wajah lelahnya

"Pulang ya?" beo Donghae. "Nanti kita pasti pulang kok. Entah pulang ke rumah atau ke yang Maha Kuasa,"

"Ga lucu om! Leo serius ini!"

"Kalian kangen pelukan orangtua kalian ga?" tanya Donghae sambil merentangkan kedua tangan

"Boleh?" tanya Hyunsik memastikan

Donghae mengangguk. Ia memeluk serta mencium pucuk kepala Leo dan putra kandungnya dengan air mata yang ternyata sudah membanjiri wajah.

"Kenapa om nangis?" tanya Leo

Donghae menggeleng.

Tidak ada yang pernah tahu sosok ayah Hyunsik, beliau jarang sekali ada di rumah. Karena itu Leo tidak mengenalinya. Begitu juga Hyunsik yang sedang hilang ingatan, dari sebelum amnesia pun dia tidak tahu kalau pilot yang membawa mereka adalah ayahnya sendiri.

Hyunsik lagi-lagi mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya.

Leo merangkul pundak Hyunsik. Hyunsik sering seperti ini kalau habis melakukan suatu hal.

Beberapa saat kemudian, Hyunsik kembali terdiam karena sakit kepalanya tiba-tiba hilang. "Gua capek le," gumam Hyunsik di sandaran pundak Leo

"Manusia idup itu pasti cape hyun,"

Di sisi lain, Donghae sedang sibuk menenangkan dirinya sendiri yang tiba-tiba merasa emosional.

"Berarti kalo gua ga mau cape, gua harus mati dulu ya?"

"Engga gitu juga. Perjuangan lu sampe di titik kedewasaan itu ga gampang, masa lu mau nyerah gitu aja sih!"

"Tapi gua cape hyun!! Kepala gua suka sakit engga tau sikon! Gua cape nahannya!" keluh Hyunsik

Leo hanya bisa memberi pelukan untuk menguatkan. Donghae? Entah mengapa ia merasa tidak berguna disaat-saat seperti ini.

Malam yang membosankan kembali terulang. Meski hilang ingatan, tapi penyakit insomnia yang Hyunsik derita masih bisa ia rasakan setiap malam. Ditambah lagi alas tidur yang hanya dengan dedaunan, lengkap sudah jika mereka disebut tunawisma.

"Bintang jatuh? Apa gua harus buat permohonan?" gumam Hyunsik

"Leo?" panggil Hyunsik yang melihat Leo masih terjaga

"Buat permohonan?"

Hyunsik mengangguk dan menangkupkan kedua tangannya didepan wajah. "Gua pengen bisa pulang, gua pengen pulang, gua pengen pulang. Gak apa-apa ingetan gua ga balik diwaktu deket ini, yang gua mau sekarang cuma pulang.. Tuhan.."

Berbeda dengan Hyunsik. Harapan Leo bukan untuk pulang. "Gua cuma berharap yang terbaik buat kedepannya, gua ga mau kejadian ini keulang lagi sama orang yang gua kenal. Dan semoga yang lain bisa nerima kepergian gua dengan ikhlas kalau seandainya gua pulang cuma bawa nama."

"Lo buat permohonan apa le?" tanya Hyunsik

Leo hanya menggeleng dengan senyuman.

"Kalo gua sih cuma pengen pulang, gua ga kuat. Hidup mandiri itu secape ini ternyata,"

"Ini bukan hidup mandiri, tapi hidup liar," bantah Leo dengan tawa hambar

Hyunsik ikut tertawa. Tawa Hyunsik lebih terdengar seperti tawa sedih yang dipaksakan untuk keluar. "Beda ya?"

"He'em,"

"Semoga Tuhan denger permohonan kita malem ini ya.." ucap Hyunsik

"Iya." sahut Leo dengan senyum sedikit dipaksa

"Night Hyunsik, semoga besok bisa lebih baik dari hari ini," ujar Leo sebelum tidur

"Night too Leo, jangan pernah tinggalin gua ya.. Gua takut ditinggalin lagi sama orang yang gua kenal,"

~~~

To be continued.
Voment!

Have a nice day soblis!💚

That Day || Xodiac [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang