27. Akhir

274 28 2
                                    

Satu hari lagi telah berlalu, masih belum ada jawaban atas teka-teki mereka. Kemarin Lucas sudah memberikan keterangan sejujur-jujurnya ke pihak polisi, entah dipercaya atau tidak.

Yang lebih memberatkan sekarang adalah Hyunsik mogok makan dan keluar kamar. Papa Won tidak bisa berbuat banyak, putranya itu agak keras kepala.

Lucas dan yang lain juga sudah berusaha membujuk, tapi tetap saja. Hyunsik malah jadi lebih sensitif terhadap oranglain.

"Lo tau? Waktu lo ninggalin gua sendiri disini, beberapa kali gua sempet kepikiran buat bunuh diri juga."

Lucas menatap Seungdae. "Lo depresi emangnya?"

"Engga. Gua juga engga tau kenapa, tapi untungnya gua bisa nahan diri."

"Hmm.. Gua berusaha positif thinking, tapi susah banget. Gua takut, seandainya sampe enam hari kedepan gua udah harus pulang ke China dan masalah ini belom selesai, apa gua bakal baik-baik aja? Kejadian Johnny bikin gua parno," ucap Lucas

"Parno jangan ngajak-ngajak dong!"

"Yaa.. Kan gua cuma berbagi pikiran."

"Temen-temennya Hyunsik apa kabar tuh? Mereka baik-baik aja kan?" tanya Seungdae

"Maybe. Mungkin mereka lagi ngelanjutin s2 atau cari kerja? Kayanya mereka udah bisa ngejalanin hari seperti biasa."

"Bagus deh."

"Lo di Seoul sampe kapan?"

Raut wajah Seungdae berubah murung. "Kenapa lo tanya kaya gitu? Gua udah engga punya siapa-siapa, idup gua ga punya aturan. Ga ada yang nunggu gua pulang."

"Kerja? Lo ga kerja? Atau kuliah mungkin?"

"Iya, gua masih jadi bagian dari maskapai OCJ airlines kok. Tapi buat sekarang lagi cuti,"

"Nah tuh lagi cuti, berarti ada bates harinya dong."

"Iya, ada. Tapi rasanya gua mau berenti aja deh."

"Kenapa gitu?"

"Idup gua mungkin ga lama. Ga ada yang perlu dipertahanin dari kehidupan yang tujuannya cuma mati."

"Hey! Jangan ngomong kaya gitu. Semua orang idup emang buat mati, engga lu doang."

"Ya tapi kan, yang gua alamin beda."

Lucas menatap teman yang tak sengaja ia temui dua tahun lalu itu. "Menurut lu begitu?"

Seungdae hanya menaikan alisnya sebagai respon.

"Ya seenggaknya lo nikmatin idup dulu lah. Jalan-jalan kek, ngelakuin hal yang lo senengin kek, idup kok kaya robot, kaku banget."

Seungdae senyum meremehkan. "Seandainya segampang yang lo omongin. Gua pasti jadi orang paling bahagia didunia, ga punya beban tanggungan selain buat diri gua sendiri, kerjaan punya, mau ngapain aja bisa tanpa ada yang ngelarang, tapi itu semua tetep kerasa kosong asal lo tau. Idup tanpa beban emang kata lo enak banget apa?"

"Ya ya. Gua engga ada diposisi lo, jadi engga bisa ngebayangin," sahut Lucas

"Lucas?" panggil Seungdae

"Hmm?"

"Kalo seandainya lo ada diposisi gua, apa yang bakal lo lakuin?"

"Eum.." Lucas berpikir sejenak

"Ga usah belaga mikir kalo ujung-ujungnya jawab engga tau."

"Yeuh, tau aja lo. Haha.." Lucas tertawa garing.
"Engga deh, kayanya lo lagi ga mau becanda."

"Kalo gua jadi lo, mungkin gua bakal.. Kerja. Ya, kerja."

Seungdae mengerutkan kening. "Kenapa kerja?"

That Day || Xodiac [Publish Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang