Rafisqy Prawara Mahendra

4K 139 7
                                    

"Kak, sepatu gue kemana?" Rafi yang masih bersiap memakai dasi itu terlonjak kaget karena teriakan Dhika dari luar kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak, sepatu gue kemana?" Rafi yang masih bersiap memakai dasi itu terlonjak kaget karena teriakan Dhika dari luar kamarnya. Pemuda itu menatap adiknya dengan wajah datar, walaupun telapak tangannya harus mengelus dada yang berdebar tak wajar.

"Lo ngomong pelan aja gue udah denger."

Dhika menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Merasa bersalah dengan apa yang ia lakukan terhadap sang kakak. "Sorry, sorry. Gue tugas hari ini."

Rafi mengambil sepatu yang ia taruh di belakang pintu, menyerahkan sepatu hitam tersebut pada adiknya. "Nih, lain kali biasa aja dong."

Deretan gigi rapi dan putih milik Dhika terlihat menyungingkan senyum pada Rafi yang duduk di sampingnya. "Iya kak maaf ya. Dia... nggak berulah kan?"

Gelengan Rafi membuat rasa bersalah Dhika menguar begitu saja. Ia merasa takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada kakaknya. "Ya udah, nggak usah mikir macem-macem. Keluar yuk, katanya lo tugas hari ini."

Keduanya keluar dari kamar Rafi dan menuju ruang makan. Kamar Rafi berada di lantai bawah, sedangkan Dhika di lantai dua. Kesehatan Rafi yang sering menurun, membuat kedua orang tuanya dengan sengaja menyediakan kamar di lantai satu untuknya. Rafi bersyukur karena dipertemukan dengan ayah dan ibunya. Karena, kasih sayang mereka tak pernah kurang sedikit pun untuknya.

"Pagi!" seruan suara nyaring dari Dhika membuat meja makan tak lagi hening. Ayah dan ibunya sudah siap menunggu kehadiran kedua buah hatinya.

"Duh seneng banget ya ini anak bunda. Mau tugas lagi ya hari ini?" Anggukan semangat dari Dhika membuat senyum Kara mengembang sempurna.

"Keren banget anak bunda." Ia mengelus sayang kepala Dhika yang masih tatanan rambutnya sudah rapi sehingga pemuda itu merengut kesal.

Ketiganya tertawa melihat Dhika yang kesal. "Sudah, sudah! Yuk makan dulu." Ayah mengajak semua orang untuk menyantap makanan yang sudah tersedia.

Hening karena mereka menganut paham jika ketika makan tak ada yang boleh bersuara. Namun, dalam hening mereka Rafi tiba-tiba terbatuk.

Uhuk... Uhuk...

Rupanya pemuda itu tersedak, ia mengambil air dengan cepat dan berusaha meredakan batuknya yang menyiksa. Tangannya gemetar ketika memegang gelas, dengan cepat Adhikari—ayahnya, mengambil alih gelas tersebut dan membantunya minum dengan perlahan.

"Pelan, kak. Pelan," ucap Adhikari sembari mengelus punggung anak sulungnya. "Sesak kak?" tanyanya kemudian, sedangkan Kara dan Dhika menatap khawatir pada Rafi.

Setelah tenang, Rafi menjawab dengen gelengan. Rasanya ia masih lemas dan tidak memiliki tenaga untuk menjawab.

"Ayo makan lagi sayang, pelan-pelan ya." Rasanya Rafi tak berminat untuk melanjutkan sarapannya. Tetapi ia juga tidak ingin berakhir di ranjang UKS untuk kesekian kalinya.

Elegi Tawa ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang