Keputusan

925 67 3
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Berat sekali rasanya Rafi menjalani hari ini, ia yang berangkat pagi buta ternyata melupakan tugas yang sudah ia kerjakan beberapa hari lalu. Ia meninggalkan tugas itu di meja belajarnya, dengan terpaksa pemuda itu harus melangkah keluar kelas. Diusir dari kelas untuk pertama kalinya, ia harus berdiri di depan kelas selama pelajaran berlangsung. Untungnya ia berdiri membelakangi sinar matahari, walaupun bagian belakang kepala hingga kaki terasa cukup panas, Rafi yakin jika ia akan bertahan.

"Raf!" Pemuda itu mendengar suara yang memanggil namanya. Hanya saja, tiba-tiba telinganya berdenging nyaring. Diikuti dengan rasa lemas serta keringat dingin yang tak henti keluar dari pori-pori tubuhnya. Rasanya Rafi tak lagi berpijak pada lantai keramik berwarna hitam itu. Pandangannya mengabur, setelahnya ia tak bisa mengimbangi dirinya dan harus rela jatuh menghantam kerasnya lantai.

Raihan yang berencara keluar untuk memberi minum Rafi kaget karena pemuda itu tiba-tiba tumbang. Ia berlari cepat tetapi masih kalah cepat dengan gravitasi bumi. "Waduh, Raf. Sadar!"

Raihan menepuk pelan pipi Rafi yang dingin dan pucat, napasnya tak beraturan, detak jantungnya pun masih terasa. Ada perasaan lega di balik rasa khawatir Raihan. Karena suara ribut diluar, hampir seluruh manusia di dalam ruangan itu pun keluar untuk melihat betapa kasihannya pemuda itu.

"Bawa ke UKS!" Suara bu Tutik membuyarkan pikiran Raihan. Ia dengan cepat mengangkat tubuh ringkih milik Rafi itu.

Setengah sadar, Rafi masih mendengar teriakan Raihan dan Danis memanggil namanya. Hanya saja, jangankan untuk mengeluarkan suara membuka mata pun ia tak sanggup. Tubuhnya terasa sakit, bahkan ketika ia sudah terbaring diatas tempat tidur. Rafi merasa semuanya lambat, ia tak bisa mengatur napas dengan baik. Hingga akhirnya udara dingin memenuhi sebagian wajahnya.

"Raf..." suara Raihan kembali membuatnya tersadar, matanya masih berat untuk terbuka sempurna. Tetapi ia paham jika kini Raihan menatapnya. "Gue telepon nyokap lo, ya?"

"Ja...ng...anh..." suaranya teredam masker oksigen yang sedang ia gunakan. Ia ingin menolak permintaan Raihan. Tetapi Danis ternyata jauh lebih cepat dari dugaan, pemuda itu sudah memboyong Dhika ke ruang UKS.

"Kak!" seru Dhika ketika melihat keadaan Rafi yang memprihatinkan.

"Ma...aph." Dhika mengangguk saja, ia kemudian meremat kuat jemari Rafi yang dingin. "Ja...ngan, bunda."

"Iya, gue janji nggak bilang bunda. Asal lo cepat baikan." Setelahnya Rafi tak menjawab, ia tertidur atau bahkan pingsan Dhika tak tahu. Ia mengabari tentang keadaan Rafi pada Adhikari, walaupun ia sudah berjanji untuk tak mengabari Kara pemuda itu tetap harus memberitahu tentang keadaan Rafi pada ayahnya.

Setelah dua jam lamanya Rafi tertidur, kini ia terbangun dengan tatapan sedih dari Adhikari. Tempat ia bangun pun bukan lagi UKS, melainkan ruang rawat. Masker oksigen masih bertengger di wajahnya. Ia bahkan tidak merasa apa pun ketika harus pindah tempat tidurnya. "Udah enakan?" tanya Adhikari pelan pada Rafi yang terlihat linglung.

Elegi Tawa ✔️ [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang