Prolog

1.8K 68 4
                                    

Prolog

Fourth Nattawat Jirochtikul berhenti sejenak setelah keluar dari lift kapal di lantai tiga. Sekujur tubuhnya tegang dan ingin sekali, bersandar ke dinding sejenak untuk menenangkan diri. Tetapi ia tidak berani, karena kamera tersembunyi dimana-mana. Mulailah berjalan, bersikaplah normal. Setiap gerakanmu akan direkam. Tadi di lantai atas di dalam Gentleman's lounge nan mewah, dimana tidak ada kamera CCTV, ia mengubah penampilannya. Kini ia memakai hoodie berwarna hitam, wig berwarna pirang, lensa kontak berwarna coklat, kacamata hitam dan foundation dan lotion pewarna kulit untuk menutupi warna kulit terangnya di bagian wajah dan seluruh tubuhnya. Tak seorangpun yang melihatnya dalam rekaman CCTV nanti akan mengenalinya sebagai Fot Guntapon Wongwithaya nan kaya dan elegan yang pergi makan malam dengan mengenakan jas mahal seharga empat puluh ribu baht.

Meski dalam hati ingin berlari, Fourth berjalan pelan-pelan di sepanjang koridor dengan bahu tegap dan dagu terangkat tinggi. Tanpa menundukkan kepala untuk menyembunyikan wajahnya. Beberapa menit yang lalu temannya Ford meyakinkannya bahwa penyamarannya ini cukup bagus untuk mengelabui pengamatan dari jarak dekat nantinya. Oh Tuhan, mungkinkan ia dan temannya akan berhasil? Fourth menahan desakan yang tidak terkendali untuk tertawa. Kini dengan penampilannya sebagai
Fot Guntapon Wongwithaya, Ford sedang berada di suatu tempat di lantai atas, melangkah menuju ke area bebas kamera dimana ia bisa masuk ke toilet, berganti pakaian dan muncul sebagai dirinya sendiri.

Jantung Fourth berdentam di setiap Langkah kakinya, dan berkeringat dingin di sekujur tubuhnya. Langit-langit koridor, yang terlihat Panjang tak berkesudahan, terasa rendah dan menyesakkan. Di setiap tarikan nafasnya, Fourth berharap ia tidak akan mendengar suara pintu lift terbuka di belakangnya. Suaminya Lex, sepertinya memiliki Indera keenam jika menyangkut dirinya sehingga memungkinkan pria itu menebak langkahnya yang selanjutnya, bahkan terkadang sebelum ia sendiri mengetahuinya. Jika Lex sampai menangkapnya... Oh Tuhan, ia tak boleh memikirkan itu. Ia harus tetap tenang, tetap berpikir jernih. Satu kesalahan kecil saja bisa merusak segalanya.

Papan-papan bernomor di samping pintu kamar tampak kabur di mata Fourth. Dimana kamar nomor 3056? Punggungnya merinding, dan sensasi panas bercokol diantara kedua tulang bahunya. Ia menoleh ke belakang, mengira akan melihat suaminya, Lex yang tinggi, elegan dan berkelas , yang berperilaku baik dan senyum lembutnya telah mengelabui semua orang. Koridor di belakang Fourth kosong. Ia masih aman, dan akan tetap aman jika ia bisa menemukan kamar itu.

Rasanya seperti ia berjalan di sepanjang lapangan sepak bola sebelum akhirnya sampai di kamar yang benar. Dengan jemari bersimbah keringat, ia cari-cari kartu kunci dari plastic yang tadi ia selipkan ke balik saku hoodie hitamnya. Cepat...cepat... sambil menoleh ke dua ujung koridor untuk memastikan Lex tidak tiba-tiba muncul, ia menempelkan kartu tersebut di depan layar monitor sampai akhirnya lampu hijau kecil menyala. Karena kalut ingin cepat-cepat menghilang, ia pun nyaris terjungkal ke dalam kamar. Setelah menutup pintu, ia bersandar ke dinding, gemetar begitu hebat hingga lututnya terasa lemas.

Pelayan kamar telah menyalakan lampu dan meninggalkan handuk yang dilipat cantik di atas ranjang yang sudah disiapkan untuk beristirahat. Kamar itu sempit jika dibandingkan dengan royal suite di lantai sepuluh, dimana ia berdandan untuk makan malam tadi. Hampir-hampir tidak ada ruang untuk berjalan di antara ranjang berukuran queen size dengan jendela yang menghadap ke lautan. Di seberang area duduk yang hanya terdiri atas sebuah sofa pendek dan meja kopi, lemari dapur, meja rias, serta lemari pakaian berjajar di dinding. Namun bagi Fourth, kamar ini terlihat luar biasa, sebuah tempat persembunyian kecil di mana ia akan aman dari suaminya.

Ketika ia sudah cukup tenang kembali untuk bergerak, ia gantungkan tanda Do Not Disturb pada gagang pintu di luar. Lalu ia mulai menanggalkan pakaian sembari menghampiri koper yang diletakkan di atas sofa. Meski tak sanggup bernafas di ruang sempit yang membuat dadanya sesak, ia perlu mandi dan mengolesi badannya dengan lotion pewarna kulit sebelum keluar menuju balkon untuk menghirup udara segar. Memiliki kulit tan merupakan bagian dari penyamarannya. Mulai saat ini, Fourth Nattawat Jirochtikul sudah tidak ada lagi, dan digantikan oleh Fot Guntapon Wongwithaya.

Teman Fourth, Captain dan Satang yang bekerja di kapal ini, telah memenuhi janjinya. Koper itu berisi semua yang akan dibutuhkan Fourth agar pelariannya berhasil. Pakaian, lotion pewarna kulit, foundation, wig dan semua tanda pengenal palsu yang dibutuhkan. Fourth meraba segulung uang tunai yang diselipkan di balik kantong koper, menatap sebuah kartu visa yang bertuliskan nama samarannya, dan bersyukur karena di berkati dengan teman-teman yang begitu luar biasa. Semuanya sudah siap. Sekarang yang harus dilakukannya tinggal berusaha agar tidak menarik perhatian selama tujuh hari ke depan sampai kapal ini kembali ke Chiangmai. Rencananya begitu tiba di Chiangmai, Fourth akan segera membeli tiket bus menuju ke Bangkok.

Fourth masuk ke kamar mandi yang kecil dan mandi. Pada saat ia selesai membersihkan parfum mahal yang Lex minta ia pakai, kulitnya terasa perih, tapi ia merasa baunya masih melekat. Tanda dari Lex. Ingin menghapus tanda itu, ia menggosokkan kulitnya dengan sabun lagi, dan lagi. Akhirnya ia mulai menerima bahwa keinginannya yang tak terkendali untuk terus menggosok sampai kulitnya lecet berakar lebih kepada alasan-alasan emosional daripada Indera penciumannya. Ia ingin – tidak, harus- menghapuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan Lex Vongphipat dari hidupnya.

Setelah mengeringkan badan dengan handuk, Fourth mengoleskan lotion pewarna kulit ke sekujur tubuhnya dan mengenakan foundation yang warna sesuai dengan lotion pewarna kulit dan kemudian mencuci tangannya sampai bersih sebelum kembali mengenakan wig pirangnya, Sebelum mengenakan jubah mandi putih berbahan handuk yang ia temukan di dalam lemari pakaian, ia pasang kembali lensa kontak berwarna coklatnya. Baru kemudian ia merasa sudah aman untuk melangkah keluar menuju balkon dan membersihkan paru-parunya dengan udara laut yang lembap. Saat ia berpegangan pada kisi-kisi dan menatap bulatan oranye yang terbenam di ufuk barat, angin malam menerpa helaian-helaian rambut sintetis yang pirang di wajahnya.

Lex pasti sedang mencarinya sekarang, pertama-tama ke toilet pria lalu mungkin ke kamar mereka. Ketika gagal menemukannya, sampai beberapa lama Lex akan menunggu sebelum membuat pengumuman. Suamiku menghilang, Keinginan awalnya untuk tertawa kini digantikan rasa takut. Bagaimana kalau pencarian dilakukan ke seluruh kabin? Jika ada yang bisa membuat Kapten dan awak kapal ini kalang kabut, maka Lex Vongphipat yang kaya raya dan berpengaruhlah orangnya. Besok pagi, tim penegak hukum akan diturunkan ke kapal ini untuk membongkar misteri hilangnya Fourth.

Fourth memaksa dirinya berpikir positif. Jika mereka datang ke kamarnya, maka mereka hanya akan menemukan seorang pemuda kaku berkulit tan dengan mata coklat, gaya rambut pirang. Dan tak ada seorangpun yang akan mencurigai apapun.

Tak lama lagi, malam akan tiba. Bagi Fourth, yang begitu sering pergi ke teater bersama dengan suaminya selama dua tahun terakhir, matahari yang sedang terbenam tampak simbolis. Tirai telah ditutup. Mimpi buruk hidupnya telah berakhir, dan babak berikutnya akan dimulai.

Diterangi harapan, hari esok memanggil, selama dua tahun pernikahannya dengan Lex, Fourth selalu mengalami kekerasan fisik dan mental dalam rumah tangganya sampai satu hari ia di pukuli karena tidak sengaja memecahkan kristal kesayangan Lex yang berharga, hal itu menjadikan sebuah pertanda baginya ketika ia menemukan sebuah kota Bangkok di peta untuk merencanakan pelariannya. Ia tidak tahu kesulitan apa yang akan ia hadapi sesampainya ia disana nanti. Ia hanya tahu bahwa apapun itu akan lebih baik daripada yang baru saja ia tinggalkan.

To Be continued

[Completed] The Northern Star | GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang