Chapter 1

1.1K 56 4
                                    

Chapter 1

Hanya suara detak jam dinding dan dengungan kulkas tua yang mengisi keheningan di kos, yang baru ia sewa seminggu yang lalu dam ia lengkapi dengan perabotan murah. Piring dan mangkuk, alat makan, serta peralatan masak yang tidak serasi menghiasi rak-rak dan laci-laci yang baru saja digosok sampai bersih di dapurnya. Karpet-karpet dari toko barang-barang murah menutupi bagian-bagian yang sudah usang di lantai, yang sudah ia bersihkan dan gosok dengan lilin sambil merangkak. Di sana sini, dinding ia cuci dengan begitu penuh tenaga hingga catnya mengelupas, tapi sekarang semua permukaan sudah bersih dan setiap ruangan dilengkapi beberapa perabotan bekas.

Karena kos itu dan semua isinya sudah tua, Fourth mencoba membeli hiasan dinding, taplak meja dan bantal hias serta kain penutup yang nyaman untuk menyamarkan torehan, goresan dan lubang pada sofa. Hasilnya, kos itu pun terasa nyaman dan terlihat menarik, sebuah tempat yang bisa ia sebut sebagai rumahnya sampai kondisi keuangannya membaik.

Memperbaiki kondisi keuangannya menjadi focus utama perhatiannya saat ini. Helaian-helaian Panjang rambut lurusnya jatuh ke depan wajahnya kala ia membaca bagian dari lowongan kerja melalui internet di ponselnya. Ia sudah mengganti nomor dan simcard agar tidak terlacak jejaknya dari Lex. Sejauh ini, lowongan yang benar-benar ia anggap menarik hanyalah posisi staf pembukuan di sebuah perusahaan. Lowongan lain entah tidak menarik atau membutuhkan Pendidikan yang tidak dimilikinya. Tapi ia tetap menandai kemungkinan-kemungkinan suram itu. Uang yang dipinjamkan kepadanya oleh teman-temannya, akan segera habis. Bekerja menyajikan hamburger mungkin tidak begitu menarik, tetapi 40 jam seminggu dengan upah minimum akan membantu membayar sewa dan beberapa tagihan lainnya.

Petang begitu cepat tiba di balik jendela, mengisi ruangan dengan bayang-bayang kebiruan malam di awal bulan Juli. Meskipun sudah satu setengah minggu berada di Bangkok, Fourth masih merasa takjub dengan betapa cepat malam tiba di sini setelah matahari terbenam di balik awan. Ia ulurkan tangannya ke belakang dan menyalakan lampu langit-langit, lalu kembali ke tugasnya mencari pekerjaan melalui ponselnya. Ia juga sesekali mengikuti perkembangan terbaru dalam penyelidikan misteri menghilangnya dirinya yang masih terus berlanjut.

Memikirkan itu membuat Fourth tersenyum. Dalam kasusnya, pepatah lama yang mengatakan bahwa setiap orang memiliki masa jayanya masing-masing terbukti benar. Sepanjang masa pernikahannya, ia selalu bersimbah keringat setiap kali Lex ada di rumah. Tidak pernah tahu kapan hal-hal sepele akan menyulut kemarahan suaminya itu. Sekarang Lex yang tidak bisa tenang. Ketika seorang suami menghilang tanpa jejak, maka biasanya sang suamilah yang pertama kali dicurigai. Kasihan sekali. Reputasi baik Lex kini terkena dampaknya. Meskipun para penegak hukum belum mengatakannya secara lantang, mereka jelas-jelas tidak percaya seorang pemuda yang sehat dan bugar terjatuh ke laut tanpa ada yang mendorongnya.

Oh ya, kini Lex harus bertanggung jawab. Itu perubahan keadaan yang tak terduga yang tidak Fourth antisipasi namun tak bisa ia sesali. Memang sudah sepantasnya. Sebesar apapun masalah yang dialami Lex, Tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan ketakutan yang pria itu timbulkan pada dirinya dan mungkin orang lain. Walaupun sangat tidak terpuji, Fourth merasa puas melihat suaminya yang tampan dan penipu itu bergerak-gerak gelisah saat menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para wartawan. Seorang jurnalis cemerlang menggali informasi mengenai dua pernikahan pertama Lex, dan sekarang sudah menjadi bahan gossip entertainment dan juga pembaca berita utama bahwa istri-istri Lex sebelumnya meninggal dunia secara misterius dan mewariskan uang dalam jumlah yang sangat banyak padanya. Rasakan itu, Lex.

Bagi Fourth, meninggalkan apa yang tersisa dari harta kekayaan ayahnya sangatlah sulit. Ayahnya telah bekerja keras seumur hidup demi uang itu, dan Lex Vongphipat tidak berhak memilikinya satu sen pun. Tetapi mengabaikan fakta tentang kedua istri Lex sebelumnya lebih menganggu pikiran Fourth. Pernah di tengah kemarahan brutalnya, Lex telah mengakui pada Fourth bahwa ia telah membunuh istri-istrinya terdahulunya karena mereka ingin menceraikannya. Pada saat itu, Fourth berharap Lex hanya berbohong untuk menakut-nakutinya. Takkan pernah kubiarkan kau meninggalkanku. Lebih baik aku melihatmu mati. Tetapi arsip berita lama di internet menyiratkan bahwa pengakuan Lex mungkin benar adanya. Istri pertama Lex meninggal dunia karena penyakit tak berkesudahan yang membingungkan para dokternya. Akibat racun yang tidak terdeteksi, mungkin? Istri kedua Lex tewas dalam kecelakaan mobil karena remnya blong di tingkungan jalan pegunungan saat sedang hujan badai. Kecelakaan atau disengaja? Fourth punya alasan kuat untuk curiga bahwa suaminya telah membunuh kedua Wanita itu dan mengambil alih warisan mereka. Jika memang demikian, maka Lex pantas merasa gelisah. Tak ada kemalangan yang terlalu buruk bagi pria itu jika dia telah mengakhiri hidup dua Wanita muda yang sehat walafiat.

[Completed] The Northern Star | GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang