Chapter 12

449 53 2
                                    

Chapter 12

Mencemaskan Fourth membuat Gemini sulit tidur, dan rasa-rasanya ia baru terlelap sejenak ketika suara berderit nenbuatnya terjaga. Ia terbaring di kegelapan, menatap buta pada langit-langit, telinganya berusaha mendengarkan suara yang paling pelan. Langkah kaki? Seseorang di anak tangga, dan siapapun itu ia tidak ingin sampai terdengar. Sembari Berhati-hati agar Max tidak terbangun, Gemini turun dari tempat tidur, mencari-cari bajunya, lalu cepat-cepat berpakaian. Kemudian ia berjalan tanpa suara menuju Lorong.

Seberkas Cahaya temaram menerpa koridor di depan Gemini, sinarnya datang dari kamar Fourth. Pintu kamarnya setengah terbuka. Sesampainya di depan celah, Gemini merentangkan tangan pada daun pintu dan membukanya lebih lebar. Fourth tidak ada, sepreinya berantakan, seolah-olah Fourth gelisah dalam tidurnya, tapi Fourth tidak ada disana sekarang. Tidak terlihat juga Cahaya lampu dari bawah pintu kamar mandi yang tertutup.

Karena cemas, Gemini pun turun ke lantai bawah. Thomas masih bertengger di atas rak, sudah tidur nyenyak sekarang, tapi Fourth tidak terlihat dimana-mana. Tepat ketika Gemini membalikkan badan hendak kembali ke lantai atas, lagi-lagi ia mendengar suara berderit. Karena baru saja tadi ia duduk di ayunan bersama Fourth, ia dapat mengenali suara rantai yang bergesekkan dengan mata kait. Apa-apaan itu? Ini bukan jam yang wajar untuk Fourth duduk-duduk di luar.

Ketika Gemini melangkah ke luar menuju beranda, ia melihat Fourth duduk membungkuk di kursi ayunan, dengan siku di atas lutut dan kedua tangan menopang kepala. Gemini pun berbaik dan kembali ke dalam apartemen untuk mengambil sehelai selimut. Ketika ia kembali dan menyampirkannnya di bahu Fourth, Fourth mendongak dan menatapnya. Lalu Fourth kembali ke sikapnnya yang murung.

Gemini duduk di samping Fourth, "Mimpi buruk?"

Suara Fourth terdengar samar ketika ia menjawab. "Aku sering bermimpi buruk, mimpi yang sama, berulang-ulang."

Gemini hampir saja bertanya mimpi buruk apa yang dialami Fourth, tapi mengingat semua yang Fourth ceritakan padanya kemarin, ia rasa ia sudah tahu. Lex. Memikirkannya langsung membuat otot-otot Gemini mengencang. Bajingan itu sudah membuat Fourth menderita.

"Mau membicarakannya?"

Tanpa mendongak. Fourth menggelengkan kepala. Tapi kemudian ia angkat bicara juga. "Aku merasa begitu tersesat dalam mimpi-mimpiku, Gem."

"Tersesat bagaimana sayang?"

"Sulit untuk dijelaskan. Bukan tersesat secara fisik dan mencoba mencari jalan keluar. Bukan seperti itu. Tapi lebih secara emosional. APa kau pernah berada di Tengah Lorong cermin di pasar malam?"

"Pernah, dulu sekali."

"Dalam mimpiku, aku berada di Tengah-tengah Lorong cermin. Aku berlari dari cermin satu ke cermin lainnya, kalut ingin menemukan jalan keluar, dan Lex tertawa karena aku tak bisa menemukannya." Fourth mengigil, selimut yang ia kenakan di bahunya ikut bergetar. "Tapi bukan itu bagian yang mengerikan."

Kedengarannya sudah cukup mengerikan di telinga Gemini. "Kalau begitu apa?"

"Bukan bayanganku yang ada di cermin-cermin itu." Kata Fourth lemah. "Aku berlari di cermin sat uke cermin lain, tapi bayanganku selalu bayangan orang asing, seorang wanita yang belum pernah kulihat. Aku jadi sangat ketakutan, dan Lex semakin keras tertawa. Aku terus berpikir, "Aku ada di sini. Aku ada di suatu tempat di sini, tapi aku tidak ada disana." Suara Fourth melemah menjadi cicitan lirih yang nyaris menghancurkan hati Gemini. "Sebanyak apapun cermin yang kutatap. Bayanganku tidak ada disana. Kurasa aku terus mengalami mimpi yang sama, lagi dan lagi, karena aku tahu, jauh dilubuk hatiku, kalau aku tidak akan pernah benar-benar pulih sampai aku menemukan jalan keluar."

[Completed] The Northern Star | GeminiFourthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang