23 - Rasa Suka

38 27 0
                                    

"Darwin, Kevita! Ada kiriman untuk kalian." Panggil Paman dari luar. Suaranya sangat bersemangat bagi pria paruh baya yang sudah berusia 50 tahun.

Aku segera memenuhi panggilan itu dan meninggalkan cucian baju. Aku dan Darwin berpapasan di ruang keluarga, dia baru keluar dari kamar Paman. Saking semangatnya, kami saling berebut sandal untuk menyusul Paman di depan toko. Persaingan untuk memperebutkan sandal ini sampai dorong-dorongan. Paman tertawa melihat kami yang sudah bisa bertengkar lagi.

Dua surat datang dengan lambang Elite University yang telah kami tunggu-tunggu. Kami menerimanya masing-masing dan bersamaan membuka isinya. Kubuka perlahan dengan penuh hati-hati, mata kami sama-sama terbelalak melihat hasil yang kami terima.

"Lu-lus." Suaraku bergetar. Badanku pun ikut gemetaran, aku gak menyangka berhasil diterima di universitas kelas dunia. Kertas di tanganku pun ikut bergerak-gerak. Aku hampir meledak bagai roket saking bahagianya.

Darwin menatap ayahnya, tersenyum. Secara gak langsung dia seperti mengucapan terima kasih sebesar-besarnya yang tersirat dari tatapannya. Ayahnya yang hanya pengusaha buah kecil-kecilan itu sangat berharap kalau ungkapan dari sorot mata putranya itu juga sebuah kabar gembira, sama sepertiku.

"Gak lulus." Kata itulah yang terucap, harapan masuk Elite University pupus sudah. Namun, kulihat Darwin tetap tegar dan merelakan apapun hasilnya. Paman mencoba terus memberi dukungan pada putranya dan gak lupa memberi selamat padaku.

"Selamat ya." Darwin juga memberikan kalimat itu. Aku melihat kekecewaan di dalam mata Darwin walaupun dia menutupinya. Aku juga ikut kecewa dengan tidak diterimanya Darwin di Elite University. Hal yang paling kurindukan adalah bersaing untuk menjadi yang terbaik di sekolah.

"Makasih." Aku menanggapi.

============

Toko buah Paman adalah toko buah terkenal di Pasar Penintan. Bahkan orang luar kota pun mengetahui toko ini. Kini Paman sedang mengalami perkembangan pesat dalam menjalankan bisnis yang sudah dijalaninya selama 30 tahun itu. Pelayanan yang baik dan buah yang segar menjadi alasan orang-orang belanja buah disini.

Setelah ujian, aku dan Darwin mempunyai waktu lebih untuk bekerja di toko. Tapi hari ini Darwin tidak bisa lama membantu di toko. Siangnya dia akan kembali ke asrama. Hanya tersisa beberapa hari lagi dia tinggal di sana. Mungkin dia sudah mulai berkemas untuk keluar. Bicara soal asrama sekolah, aku gak pernah sekali pun kesana. Kudengar gak banyak siswa yang tinggal di sana.

Siang ini, toko buah mulai sepi. Aku bisa beristirahat sembari tetap menunggu toko. Nenek pergi menghias bunga di rumah Hana, sementara Paman sedang mengantarkan pesanan ke restoran. Sejak insiden tersesat itu, Paman gak lagi memintaku menemani Darwin atau Paman untuk mengantar buah. Kalau ada Darwin, dialah yang akan mengantarnya sendirian.

Aku membunuh waktu dengan membaca panduan mahasiswa baru Elite University. Isi panduannya dibuat katalog. Potret kampusnya, prestasinya, kegiatan mashasiswanya, dan fasilitas asramanya membuatku gak sabar untuk kesana.

Siang ini walaupun banyak orang yang berlalu lalang, gak ada satu pun yang mampir ke toko. Aku tidak mempromosikan toko karena aku sedang sibuk membaca.

Setelah cukup lama toko sepi pelanggan, ada satu pengunjung mendatangi toko. Dia melihat-lihat buah, kemudian matanya menemukanku yang sedang membaca. Senyumnya merekah mempunyai sebuah arti.

"Ck. Mau apa kemari?" Seketika aku memperlihatkan sikap dinginku.

Arvin datang. Katanya dia sengaja mampir untuk bertemu denganku. Selama sibuk mempersiapkan ujian seleksi, aku jarang bertemu dengannya.

The Roots of Feelings [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang