Unpopular Girl 12: Feeling Lonely

191 20 0
                                    

Seharian ini Rei tidak mengikuti pelajaran, masih setia dengan kursinya yang menemani disini. Biarkan saja lagian tidak ada yang peduli, tidak ada satupun yang mencarinya, ia sendirian tidak ada teman, tidak ada yang membela. Bahkan ia lupa kalau ada janji temu dengan Juan.

Ia menghela napas dan kemudian melihat jam yang ada dipergelangan tangan tangan kirinya, kurang lima belas menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Ia segera merapihkan diri karena setelah ini ia akan ada briefing mengenai perlombaan animasi yang akan ia ikuti.

Rei mulai merapihkan bajunya yang kusut, dan memperbaiki tatanan rambutnya. Kemudian ia membasuh wajah dan menepuk-nepuk pipi bulatnya, kemudian meyakinkan diri mempersiapkan mental. Setelah dirasa siap, ia keluar dari toilet sambil membawa kursinya tadi. Ia melihat sekelilingnya nampak sepi.

Sambil menunggu bel pulang sekolah ia mampir ke taman belakang dekat toilet, sangat sepi karena taman ini nyaris tak pernah dikunjungi para murid. Konon katanya disini ada penunggunya, bodoamatlah pikirnya. Mungkin ia akan menunggu setengah jam lagi, sampai benar-benar sepi. Kemarin ia sempat membuka pesan dari grup chatnya kalau briefing akan diadakan jam empat nanti.

Belum lima menit ia duduk, ia mendengar suara-suara ghaib. Bukan, bukan suara tertawa mbak kun, ataupun bisikan. Ini lebih horor. Suara dua orang yang  sedang ewh, kalian tau kan apa yang Rei maksudkan?.

"Astaga Ya Tuhaan ada bisikan-bisikan setan", gumamnya.

Karena didera rasa kepo akut, akhirnya ia mencari sumber suara itu. Ia berjalan mendekati ruang alat kebersihan yang ada di pojok sebelah toilet. Pintu ruangan tersebut sedikit terbuka, ia mengintip diantara celah itu. Reina semakin menajamkan pendengaran dan penglihatannya, dan gotcha! tepat didepan sana dibalik kelambu putih sepasang kaum muda sedang asyik bercumbu ria. Reina semakin membulatkan matanya, ia sangat mengenal siluet si cowok, meski baru beberapa hari ini dekat tapi Rei tipe orang yang akan langsung mengingat orang yang 'agak' dekatnya.

Reina meringis dalam hati, ternyata semua cowok sama saja batinya. Ada baiknya ia segera pergi dari sini karena semakin lama ia memandangi mereka semakin membuatnya apa ya? cemburukah, atay marahkah? ah sudahlah, memang sedari awal hubungan diantara keduanya tak pernah ada kepastian. Ia memundurkan langkah pelan dan segera membalikkan badan dan menjauh dari tempat itu.

Sambil mempercepat jalannya ia berkomat-kamit...
'Bego banget lu Rei', batin Reina mengumpati dirinya sendiri sambil menitikkan air mata.

Rei segera enyah dari sana, namun sayang ia melupakan kursi miliknya dan name tag pin miliknya yang tak sengaja terjatuh.

.
.

Sesampainya Rei di ruang kelas, ternyata masih ada dua orang disana. Rei tak jadi masuk, ia masih merasa malu karena kejadian tadi pagi. Ia memutuskan untuk menunggu diluar hingga mereka keluar kelas. Rei masih bisa mendengar percakapan mereka.

"Kin, jadi pacar gua yuk?", ungkap hati si cowok, Albert.

"Ehm gimana ya Al hehe", jawab ragu Kinan.

Percakapan itupun menjadi canggung, diluar sana ada Reina yang senantiasa mendengar. Ia meremas roknya. Ternyata benar, sepertinya Tuhan menakdirkan dirinya agar sendirian.

"Gua tahu, lo suka Juan kan? dan soal Rei tadi itu semua ulah lo kan?", tanya Albert.

Albert mengamati gadis cantik didepannya ini. Kinan terkejut, bagaimana Albert bisa tahu. Albert tersenyum maklum.

"Tenang aja gua gabakalan ngadu atau ikut campur, gua tau lo salah tapi gua terlanjur sayang, dan cinta sama lo, asal jangan kelewatan lagi kaya tadi. Oh ya soal Rei gua anggap temen aja kok ga lebih, dan Juan, dia belum move on sama cinta pertamanya asal lo tau.", jelas Albert berusaha meyakinkan Kinan.

Kinan memdengarkan dengan baik, sambil mempertimbangkan.

" Oh ya satu lagi, Juan sama Rei cuma sekedar terikat hubungan pacaran karena taruhan.", jelas Albert lebih lanjut.

Kinan memandang Albert, ia tak menyangka Juan tak sebaik dengan apa yang ia pikirkan.

"Okee kita coba", putusnya.

"YEEES!!", teriak bahagia Albert mengepalkan tangan keatas.

"Yuk, aku antar pulang", tawar Albert.

Kinan mengangguk, ia mengulurkan tangannya kepada Albert meminta untuk digandeng. Albert menerima uluran tangan Kinan. Mereka keluar kelas sambil bergandengan tangan, tak lupa Albert menyelipkan lelucon kecil. Mereka berdua meninggalkan kelas.

Disisi lain, Rei benar-benar hancur. Ternyata ia memang polos nyerempet bego. Ia menganggap semua orang baik, ya nggak semua juga sih. Maksudnya orang yang 'agak dekat' dengannya baik. Karena sudah tidak kuat dengan fakta yang ada, ia pun menangis sesegukkan disana.

Reina melangkahkan kaki memasuki ruang kelasnya. Ia memasukkan asal perlatan sekolah yang sempat ia keluarkan tadi pagi. Sekali lagi ia harus membenahi diri. Ia tidak boleh bolos briefing untuk lombanya nanti. Ia bertekad untuk menang dan segera pergi ke Jepang.

Reina masih mengingat pengumuman yang disampaikan Pak Gunawan kepala sekolahnya, bagi siswa-siswi yang menang lomba animasi internasional, akan berpindah sekolah di SMA Jepang yang memang bekerja sama dengan Universitas Kyoto, yang mana siapa saja yang memenangkan lomba, bisa bersekolah setara SMA disana sekaligus mengikuti kegiatan perkuliahan. Jadi ada kemungkinan nanti mereka bisa lulus SMA dan kuliah berdekatan atau bahkan bersamaan.

"Oke Rei fokus-fokus supaya menang dan cepet-cepet keluar dari rumah juga, inget cita-citamu jadi animator terkenal, famous, banyak duit bisa jajan cilok tusuk isi daging siram kuah kacang punya kang Uut sepuasnya mwehehe", ujarnya menyemangati diri sendiri. Rei memang anak ajaib moodnya bisa berubah secepat kilat dan jangan lupa ia orangnya optimistis.

Memikirkan kebahagian itu semua yang akan ia dapat terutama dibagian akhir, membuat perut Rei keroncongan, ia menemukan bungkusan jajan plastik lumayan besar yang diletakkan seseorang dibawah mejanya. Ada note kecil disana.

'Buat Rei dari Al :)', begitu isi tulisan disana.

'Preet' cibir Reina dalam hati, ia mengambil bungkusan itu dan memeriksa isinya...

''ada coklat, roti manis, susu, chiki jumbo, wiih dimsum sama risol mayo mantaaabb, terus permen karamel uwaaaahh'' gumam Rei dengan mata berbinar-binar sambil mengabsen satu-satu isi didalamnya.

Meskipun masih sebal, karena sayang jajan dan lapar, akhirnya ia memutuskan membawa mereka semua, kasihan kan gaada yang makan. Dengan melangkahkan kaki riang, ia berjalan meninggalkan ruang kelas dan menuju ruang pertemuan.

.
.
.

Yuhu...
Enjoy your reading guuys
See u...
Kamsahamnidaa
arigatogozaimasu
Jangan lupa voment dan follow yaakk😉

Unpopular Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang