Unpopular Girl 13 : Christandito

191 18 0
                                    

Lagi dan lagi, Juan ingkar janji pada Rei. Rasanya ia sudah tak punya muka untuk menemui Rei. Ia menggenggam name tag pin milik Rei yang ia temukan di depan pintu ruang kebersihan kemarin. Ia sedang memikitkan apakah Rei melihatnya dengan Clary disana?

Entahlah ia begitu dilema saat ini, ia bingung haruskah ia kembali kepada Clary atau tetap bersama Reina. Pengecut, mungkin itu sebutan yang paling cocok untuknya saat ini, ia telah mempermainkan dua hati, disatu sisi ia mengagumi Rei disisi lain ia masih menaruh rasa pada Clary. Memang sebelumnya ia tidak terganggu dengan kembalinya Clary, tapi semakin hari intensitas pertemuan dengannya membuat hatinya goyah.

Juan masih termangu di dalam gazebo taman belakang rumahnya ini. Ia mengehela dan menghembus napas dengan berat. Di saat inilah ia perlu berbicara dengan kakeknya dan neneknya, namun sayang kakeknya sudah tiada. Biasanya ia akan selalu menumpahkan keluh kesahnya kepada mereka, hal ini yang membuat ia betah tinggal dengan mereka daripada orang keluarganya sendiri kecuali Mama dan Adik bungsunya. Ia sangat menyanyangi keduanya.

Saat ia sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh seseorang dengan cukup keras, sehingga membuat Juan sedikit terpekik

"Argh, Pah apasih! ", sungutnya sambil memandang sinis Papinya.

"Kalo dipanggil tuh nyaut", jawab mantab Papah Juan sambil sedikit menjewer kuping Juan.

"Gak Jelas", gumamnya hendak berdiri dari tempatnya.

"Mau kemana? Duduk!", perintah Arnold.

Juan yang ingin pergi dengan terpaksa mendudukkan diri ditempat semula. Ada jeda hening sesaat antara ayah dan anak disana. Keduanya hanya terdiam sambil memandangi kolam ikan koi didepan. Arnold sendiri juga menyadari kalau selama ini Ia kurang memperhatikan putranya ini. Jujur saja Arnold sedikit bingung bagaimana memulai percakapan. Ada hal yang harus ia bahas dengan putranya.

Juan yang semakin bosan akhirnya berdecak dan mencibir Papanya.

"Nah kan gajelas, ck", sangat tidak sopan memang tapi mau bagaimana lagi ia sudah terlanjur kesal dan pusing.

Ia sangat hapal, biasanya pembicaraan antar dirinya dan Papanya nanti ujungnya akan berakhir dengan perdebatan.

"Bentar, lagi mikir", kilah Arnold.

Nah kan mulai, menurut Amanda istrinya, Arnold dikenal cakap dalam berbisnis tapi payah dalam mengungkapkan perasaan dan kasih sayangnya.

'Astagaaa bapak e sopo ki', rutuk Juan dalam hati sambil memegang kepalanya yang mulai pening.

"Ekhm papa mau curhat", kata Arnold

Juan yang mendengar kalimat sakral itupun menoleh kearah papanya dengan mata membola terkejut. Sejak kapan Arnold Christandito yang angkuh sombong nan congkak ingin curhat.

" Waaah Daebaaak!!', seru Juan tiba-tiba sambil  berdiri dan menepuk kedua tangannya sehingga menghasilkan bunyi sekali tepuk yang nyaring.

"Hah?" bingung Arnold.

"Jadi gini, kamu nanti Papa jodohin sama anak temen Papa ya, soalnya papa kepingin punya cucu, yang comel-comel kaya Papanya Albert", ujar melas Arnold yang ngga banget menurut Juan.

Juan menggeleng heran, ini benar-benar papanya bukan? Cringe amat.

"Ih ogah!", tolak Juan.

Ya nggak maulah ini aja lagi bingung antara Clary dan Rei malah ketambahan jodoh-jodohan. Juan kembali diam menyimak papanya.

"Alaahh, jangan gitulaaah, anaknya baik lo, lugu, sopan, pekerja keras. Kalo fisik mah gampang nanti semakin dewasa makin paham, tapi anaknya gemoy kok, mirip Mamamu waktu muda", jelas papanya sambil mengerlingkan mata.

Juan memandangi papanya dan memutar bola mata malas.

"Kek papa tau banget anaknya", gumamnya.

"Taulah papa langganan di cafe tempatnya kerja", terang Arnold.

Juan mengernyitkan alis, sejak kapan anak teman Papanya bekerja di Cafe. Bukannya teman Papanya orang kaya semua, begitu pikirnya.

"Kalo mau nanti Papa ajak kamu kesana, kenalan dulu nggak papa, denger-denger dia mau ikut lomba animasi, keburu dia pergi ke Jepang kalau menang si hahaha",  jelas Arnold lebih lanjut.

"Iyaa iyaa", jawab singkat Juan.

Arnold mengangguk-anggukkam kepala, ia memandangi putrany, benar-benar fotokopian dirinya, ganteng, pinter jago olahraga pula, tapi seenggaknya anaknya ga brengsek kaya dia. Eh tapi malu-malunya mirip istrinya hehe...

Juan yang merasa ditatap papanya bergidik ngeri. Ga mungkin papanya lolicon plus guy suka sama anak sendiri kan?

"Apasih paaah?", tanyanya sewot karena risih diperhatikan intens seperti itu.

"Kamu ganteng nak", celetuk papanya

"Dih apaansih, iyyuh", sungut Juan.

Juan langsung melangkah terburu-buru menghindari kelanjutan percakapan gajelas unfaedah antara dirinya dan Papanya. Lebih baik ia melihat papanya yang seperti biasa, yang cuek dan irit bicara daripada bertingkah aneh seperti ini.

Sedangkan Arnold dibelakang sana terkekeh geli dengan melihat sikap putranya. Ternyata seru juga ngisengin anak sendiri. Dan yak, akhirnya Juan bersedia untuk dijodohkan mungkin itu pikirnya. Meski ia tahu kalau Juan terpaksa, tapi ini demi kebaikan anaknya. Ia juga tahu sebenarnya anaknya sedang bimbang dengan perasaannya. Ia tak mau putranya kembali dengan Clary anak mantan kekasihnya Vivianne.

Sedikit mengingat masa lalu, Ia dan Ibu Clary dulunya terlibat dalam hubungan perselingkuhan antara bos dan sekretaris disaat Istrinya sedang mengandung anak pertamanya yang berakhir keguguran. Niatnya hanya ingin main-main saja, tapi Ibu Clary terobsesi dengannya dan melakukan segala cara untuk mendapatkan Arnold dan Salah satunya menyewa orang untuk melukai
Amanda istrinya sehingga Amanda keguguran dan penuh luka.

Memang, Ia dan Amanda menikah tanpa cinta, tetapi ia menyayanginya layaknya saudara sendiri. Melihat Amanda yang terpuruk saat itu membuatnya merasa sangat bersalah.

"Kalau kamu sayang banget sama dia ayo kita pisah baik-baik, aku tahu kamu cinta banget sama dia, tapi ya janganlah begini sampai anakku gaada", begitulah kalimat Amanda saat itu ditemani dengan tangis pilunya, Selama ini Amanda tahu kalau Arnold menjalin hubungan dengan Vivianne, bahkan ia juga sempat memergoki mereka berlibur bersama dan sering menginap bersama. Ia sengaja menahan diri agar tidak berpisah dengan harapan Arnold akan berubah dan juga mencintainya.

Hingga pada akhirnya mereka resmi berpisah, karena dugaan kuat Vivianne hamil anak Arnold. Sampai dimana diacara pernikahan keduanya tiba-tiba David Suami Kakak sepupunya Marie datang dang mengaku kalau itu anaknya. Marie yang mendengar pernyataan itu pun hanya bisa mengelus perutnya yang membuncit dan menahan tangis.

Sampai beberapa bulan kemudian Marie dilarikan kerumah sakit karena keadaannya yang memperihatinkan. Hamil dengan keadaan stress, mau tidak mau membuatnya menjalani kehamilan dirumah sakit tanpa ditemani suami padahal Marie dan David tidak berpisah. David terlalu fokus pada istri keduanya. Saat itu hanya Ibu dan Amanda yang menemaninya, karena Om dan Tante, orang tua Marie sudah meninggal. Hingga dimalam itu, Marie dinyatakan meninggal bersama anak yang dikandungnya.

Mengingat itu semua, membuat lukanya kembali muncul. Meskipun dengan susah payah ia membangun kembali kepercayaan Amanda dan Mertuanya. Ia harus mendekatkan Juan pada gadis itu dan menjauhkannya dari Clarita. Ia juga tahu kalau Clarita di masa lalu selalu mempermainkahn hati anaknya dan Albert.

.
.
.

Akhirnya Mai ada mood buat ngelanjutin cerita ini hehehe
Jujurly Gais ini aku bingung sendiri sama tulisanku, niatku tuh pengen fokus ke momen 'hit point' antara ayah dan anak Christandito, tapi pas kubaca ulang malah jadi kecampur kenangan masa lalu ya hehehe
Okedeh next Mai usahain ga bakal campur aduk lagi tentang 'hit point', di bab selanjutnya
Terimakasih buat teman-teman yang sudah baca dan voment ya...
Maaf banget sering ga update sesuai jadwal ya temen-temen
Semoga di minggu depan Mai bisa double up tapi  Mai belum tau kapan harinya :)
Sampai ketemu di bab selanjutnya...

Unpopular Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang