Unpopular Girl 14: Calon Mantu

189 17 3
                                    

Setelah berbagai kejadian yang membagongkan kemarin-kemarin, Rei tidak mau ambil pusing. Ia bertekad akan fokus pada dirinya sendiri

"Fokus kerja gausah drama"

Setuju kan?
Nah Rei lagi part time ditempat Bang Gab, disini Rei sebagai pelayan cafe. Weekend kali ini seperti biasa cafe super ramai. Selain tempatnya cozy ada band live music yang personelnya kece-kece, salah satunya Kak Damar idola Rei.

Duh ngeliatin cowok cakep lagi nyanyi sambi ngegitar beuh, mayan nih makin semangat beberes meja. Hal ini terbukti, saking semangatnya ngeliatin Kak Damar, Rei nggak sadar ngepel lantai dari depan panggung sampe pintu masuk sampe kinclong. Dia ngejagreg (berdiri mematung) plus melongo disamping pintu masuk sambil megang gagang pel dan senyum-senyum sendiri.

Bak gayung bersambut, di depan sana Kak Damar juga bales senyumnya Rei. Mereka memang dekat seperti halnya kedekatan Reina dan Bang Gab. Hingga suara bel pintu masuk menginterupsi kegiatannya...

Kriingg

Dengan sigap Rei membalik badan dan mempersilakan tamu.

"Selamat siang, selamat datang di Nosta Cafe", ucapnya tak lupa tersenyum ramah.

"Haloooo Rei, seperti biasa ya makanannya, om dilantai atas", ucap pria dewasa pelanggan setia di Cafe ini.

"Siap pak bos", balas Rei sambil memposisikan diri hormat.

Pria itu berjalan melewati Rei, menuju spot favoritnya di lantai atas. Tak lupa ia memperhatikan setiap sudut ruangan dan furniture yang ada disini. Benar-benar aestetik dan diletakkan secara sempurna. Jelas saja, Gabriel sendiri adalah mahasiswa arsitektur dan desain interior, pasti mempertimbangkan banyak hal, dimulai dari jenis material yang digunakan hingga tata letak furniture.

Dilain tempat, Rei menunggu pesanan milik seseorang yang ia sebut Pak Bos. Ia mengamati Mas Adam, mas koki tampan idaman pelanggan. Setelah menunggu beberapa saat, ia segera mengantarkan makanan ini ke lantai atas.

Reina agak kerepotan menaiki tangga, maklum ia tipe orang yang jarang olahraga jadi agak ngos-ngos an kalo nganter pesenan ke lantai atas, biasanya Gritte sih yang bantuin.  Tetapi kali ini dia ada kegiatan modeling. Ketika menapaki beberapa anak tangga terakhir, tiba-tiba ia tersandung...

"Eh eh eh", paniknya.

Untung saja, ada orang dibelakangnya yang membantu Rei, ia menghela napas lega, hampir saja ia terjatuh. Ia ingin berterimakasih kepada orang yang membantunya, setelah ia memposisikan dengan benar ia berbalik, ia tersentak...

"Hati-hati Rei", ucap sesorang didepannya tersenyum.

Ternyata Juan orang itu,

"Ya, terimakasih ya", balas Reina segera berlalu mengantar pesanan yang ia bawa.

Juan tersenyum kecut akan sikap Rei. Tapi ia sadar diri bahwa Reina begitu juga karena dirinya. Juan senang setidaknya ia bertemu Reina hari ini. Ia datang kesini karena diminta Papanya untuk bertemu dengan gdis yang akan di jodohkan papanya. Setelah semalaman berpikir, ia memutuskan untuk mengikuti permintaan papanya. Ia juga berpikir sebelum ia benar-benar menerima 'perjodohan' ini, setidaknya ia akan meminta maaf atas kelakuannya selama ini pada Rei.

Juan menuju tempat duduk pojok dekat jendela, disana papanya sedang berbincang seru dengan Reina. Ia tersenyum melihatnya, andaikan saja Reina yang disana yang menjadi jodohnya. Lekas Juan menggeleng, mengenyahkan pikiran gila itu.

"Pah", panggilnya

"Oh nak, yuk duduk", pinta Arnold

"Ya", balasnya.

Sedang Rei yang masih berdiri di sekitaran meja Arnold memperhatikan interaksi ayah dan anak ini.

'Oh my, Juan manggil Pah, bapaknya dong tapi emang mirip sih', tanya Reina dalam hati.

Christandito, ya Reina baru ingat kalau nama belakang Juan adalah Christandito jadi ya mungkin saja kan kalau mereka adalah ayah dan anak. Reina sedikit berdeham dan ingin pamit.

"Ehem, anu permisi..", belum selesai ia berucap, terpotong oleh interupsi Arnold

"Eh duduk Reina, duduk dulu, ada yang mau om bicarain hehe", perintah Arnold sambil menggeser kursi untuk Reina.

Reina sudah overthinking kemana-mana, apa ia telah berbuat salah?, apa Juan menceritakan tentang dia dan dirinya?, apakah nanti ia akan dikeluarkan dari sekolah?, ah atau papa dan mamanya akan dipecat?.Mengingat bahwa yang di depannya ini adalah pemilik sekolah sekaligus perusahan tempat papa dan mamanya bekerja. Reina sungguh deg-deg an sampai tak sadar menautkan tangan gelisah.

Pemandangan ini tak luput dari perhatian Juan dan papanya. Buah tak jatuh dari pohonnya, bukannya kasihan justru mereka menahan geli melihat tingkah gadis gendut ini. Arnold yang sudah tersadar menengok putranya, sepertinya benar kalau anaknya ini suka dengan Reina, cuma Juan belum memahami betul apakah Ia benar-benar suka atau hanya sekedar tertarik saja pada Reina. Justru ini kesempatan besar bagi Arnold untuk menjodohkan keduanya.

Arnold kemudian menyenggol lutut sang anak sambil menaik turunkan alis menggoda Juan. Juan yang dibegitukan pun mendelik tak terima. Ia sedikit mendengus akan polah papanya yang aneh.

"Jadi gini ya Reina sayangku cintaku, jadi papah...",

"Preettt", sela Juan cepat-cepat

"Berisik, hehe maaf ya Rei", desis Arnold sambil senyum dibuat-buat.

Ingin rasanya ia mengembalikan Juan keperut istrinya. Ia lupa sang istrinya pernah bilang tak hanya paras yang menurun ternyata sifat menyebalkan yang dimilikinya juga menurun ke Juan. Dalam hati Arnold meminta semoga jiwa brengseknya tidak menurun ke anaknya.

"Jadi Rei, kamu mau nggak jadi mantu om", tanpa babibu Arnold menodong Rei dengan pertanyaan itu.

Reina terkejut,

"Hah", hanya itu yang mampu ia utarakan.

Sedang Juan yang duduk disampingnya hanya senyum-senyum, akhirnya yang dimaksud papanya adalah Reina. Memang benar kata mamanya kalau papanya itu random tapi bikin melting hehehe.

"Anu gimana ya om hehe, maaf tapi Reina nggak bisa, lagipula Juan udah punya pacar,  Reina gamau dianggap jadi perebut, Terus Rei juga masih banyak hal yang mau Rei lakuin om, Reina juga masih sekolah. Jadi maaf om, Reina nggak bisa, permisi", Setelah menolak Reina buru-buru pamit, tak lupa ia sedikit membungkukkan badan sebagai salam.

Baru beberapa langkah, Rei kembali membalik badan...

"Dan lagi om, Reina cuma orang biasa, Rei juga nggak pinter bahkan sering dapat nomer belakang. Reina juga nggak cantik dan nggak bisa dandan, takutnya nanti malah malu-malu in om hihihi", jelas Reina lebih lengkap dan malu-malu,  kemudian kembali lagi kebawah untuk bekerja.

Skakmat, Juan kembali ditolak. Pupus, hilang sudah senyum cerah Juan tadi. Arnold hanya tersenyum maklum, jelas cewek seperti Reina memang sulit didapatkan. Ia jadi ingat masa-masa mengejar Amanda, percis seperti yang dialami pria muda Christandito ini.
'Hah jadi kangen Amanda, dah lama nggak disayang-sayang', batinnya

.
.
.

Tenang mantemanku...
Masih ada lanjutannya ya...
Tungguin aja...
See ya...

Unpopular Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang