6. Back To Work

55 9 1
                                    

Shin Hye merasa berada di neraka selama hampir satu minggu saat ia pertama kali pindah ke kondominium Yonghwa di Myeongdong. Shin Hye pikir dia bisa mengendalikan Yonghwa, tapi Yonghwa sepertinya lawan yang tangguh bagi Shin Hye, bahkan Yonghwa tidak mendengarkan apa pun yang Shin Hye inginkan, untuk Yonghwa kerjakan. Sebaliknya justru Shin Hye yang harus mendengarkan Yonghwa, harus bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapannya, dan melakukan semua tugas rumah tangga sendirian, dan Shin Hye yakin dia akan mati dalam seminggu lagi jika Yonghwa terus mengomel padanya seperti ini . Pernah suatu hari saat Yonghwa meminta Shin Hye untuk mengikutinya ke pasar tradisional, untuk membeli ayam, daging dan juga seafood, jadi Shin Hye dapat memasak semua bahan makanan itu untuk Yonghwa, dan Shin Hye hampir pingsan saat Yonghwa memintanya untuk menyentuh salah satu ikan yang masih hidup di wadah penampung.

Shin Hye berteriak pada Yonghwa dan terus melompat ke sana ke mari untuk menghindari jalanan kecil yang kotor, dan bau yang tidak enak dari semua penjual ikan dan tukang daging.

Itu sebabnya Shin Hye sangat senang saat Yonghwa mengatakan padanya di suatu malam, kalau Yonghwa akan kembali ke base camp-nya dan akan berada di sana paling tidak selama dua atau tiga minggu. Yonghwa sedang sibuk mengemasi semua barang-barangnya ke dalam tas tentaranya, dan Shin Hye hanya duduk di sofa sambil menonton tv di ruang tamu, bahkan tidak berniat untuk membantu suaminya di kamar. Saat Yonghwa berjalan ke ruang tamu dan mendesah tak percaya, Shin Hye mengerutkan kening pada Yonghwa dan hanya mengangkat bahunya.

"Apa?" Tanya Shin Hye tak merasa bersalah.

“Kamu istriku, Shin Hye. Bukankah seharusnya tugasmu untuk membantuku mengepak tasku?”

“Oh, tolong. Jangan bersikap seperti kamu tidak tahu bagaimana cara melakukannya sendiri. Kamu telah melakukannya dengan baik, bahkan saat aku belum ada di hidupmu, dan sekarang kamu mengatakan kalau kamu ingin aku mengepak tasmu untukmu?”

“Seriuslah, Shin Hye?”

“Aku sibuk.”

“Sibuk dengan apa?”

“Kamu tidak bisa melihat kalau aku sedang menonton tv? Aish, jinja. Kamu hanya merusak suasana hatiku. Aku mau tidur sekarang. Aku harus pergi kerja pagi-pagi besok, jadi jangan repot-repot membangunkanku untuk membuat sarapan, karena aku tidak akan melakukannya untukmu.”

Yonghwa mendesah sangat putus asa, saat ia melihat istrinya berjalan menjauh darinya, dan berjalan menuju kamar tidurnya yang berada di depan kamar Yonghwa. Ya, mereka tidur di kamar yang berbeda sejak hari pertama Yonghwa membawa Shin Hye pulang ke rumahnya, dan walaupun Yonghwa bersikeras pada Shin Hye untuk tidur bersama dengannya di kamar yang sama, Shin Hye terus mengatakan kalau tidak mungkin bagi Shin Hye untuk berbagi tempat tidur dengan Yonghwa. Hal itu terlihat seperti Shin Hye merasa muak dengan hanya memikirkan tidur di ranjang yang sama dengan tentara rendahan, dan Yonghwa ingat dia begitu marah pada Shin Hye malam itu, sehingga dia memutuskan untuk tidak bicara dengan Shin Hye setelah makan malam.

Setelah mematikan tv dan lampu di ruang tamu, Yonghwa berjalan menuju ke kamar tidurnya dan menutup pintu di belakangnya. Yonghwa mandi dengan cepat dan merebahkan diri di tempat tidur dengan rambutnya yang masih basah, dan tubuhnya yang masih berbalut handuk putih. Yonghwa mendesah berat saat ia memikirkan tentang pernikahannya dengan Shin Hye. Yonghwa terus bertanya-tanya apa Shin Hye memperlakukannya dengan buruk seperti ini hanya karena Shin Hye benar-benar berpikir kalau Yonghwa seorang tentara rendahan, dan kalau Yonghwa tidak dapat dibandingkan dengan dirinya. Shin Hye satu-satunya putri dari keluarga Park, pemegang saham utama dari Bandara Internasional K, dan Yonghwa hanya seorang tentara berpangkat rendah bagi Shin Hye.

Shin Hye berpikir kalau Yonghwa tidak akan pernah cocok untuknya dalam kehidupan apa pun yang mereka jalani.

Saat pikirannya melayang jauh, memikirkan kehidupan pernikahannya dengan Shin Hye yang baru saja berjalan selama tiga minggu, ia mendengar dering telepon, dan itu membuatnya tersadar dari lamunannya untuk sementara waktu. Yonghwa berbalik untuk melihat teleponnya yang masih berdering, dan meminta dia untuk mengangkatnya secepat mungkin, dan walapun dia terlalu malas untuk berbicara dengan siapa pun malam itu, ia masih beranjak bangun dari tempat tidur untuk meraih teleponnya dan mengangkat panggilan tersebut.

My Husband is A SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang