10. Late Night Conversation

46 8 0
                                    

Shin Hye tidak bisa tidur malam itu.

Dia terus memikirkan ciuman yang diberikan suaminya beberapa jam yang lalu saat mereka berdebat soal pemberian nama untuk bayi mereka, yang sekarang mereka panggil sebagai Hyejung. Dia menggigit bibir bawahnya saat ia merasakan hangat dan lembutnya ciuman itu masih terasa di pipinya yang halus. Ini benar-benar sudah lama sejak seseorang menciumnya seperti itu. Mungkin, itu saat sekolah menengah saat seorang pemuda menyatakan kalau ia menyukai Shin Hye dan memberi kecupan di pipinya. Alhasil dia menolak pemuda itu dengan menuangkan segelas air di atas kepalanya.

Sejujurnya, Shin Hye sudah lupa bagaimana wajah pemuda itu. Oh, demi Tuhan Shin Hye ! Kamu pernah merasakan ciuman yang lebih baik dari pada itu! Dia mengingatkan dirinya saat ia memeluk Hyejung lebih dekat dengannya dan melihat Hyejung yang tidur.

Shin Hye memandang Hyejung, yang kini tidur dengan tenang di sampingnya, dan dia merasa balita itu terlihat begitu sempurna dalam pelukannya. Hyejung memiliki rambut yang sangat lembut dan pipinya sangat bulat seperti ikan gembung, dan dia memiliki sepasang mata yang sangat indah yang benar-benar sangat mirip dengan Yonghwa, kalau dipikir-pikir.

Shin Hye tersenyum pada dirinya sendiri dan mulai mengelus-elus alis Hyejung. “Kamu cantik malaikat kecil. Kenapa seseorang membuangmu? Kamu begitu sempurna.”

Shin Hye terus berbicara dengan bayi itu walaupun Hyejung tidak bisa mengerti apa yang Shin Hye ucapkan, tapi rasanya begitu menyenangkan bisa mempunyai seseorang untuk diajak bicara. Shin Hye selalu merasa kesepian saat dia ada di rumah saat Yonghwa tidak ada, dan dia merasa kalau ide membawa Hyejung pulang ke rumah mungkin akan membawa kebahagiaan baginya.

“Kamu tahu, appa-mu sebenarnya memberiku ciuman pertamanya sejak kami menikah sebulan yang lalu. Apa appa-mu … apa dia menggodaku?”

Shin Hye menggigit bibir bawahnya saat dia memikirkan kemungkinan Yonghwa menggodanya. Ada terlalu banyak hal yang Yonghwa lakukan hari ini yang terdengar begitu berbeda dan aneh bagi Shin Hye. Yonghwa tidak lagi memanggil Shin Hye dengan nama saja, kadang-kadang memakai ‘sweetheart‘ dan bahkan ‘honey‘ untuk memanggilnya, dan walaupun rasanya begitu aneh, itu tidak seburuk yang Shin Hye pikirkan. Shin Hye sebenarnya menyukainya saat Yonghwa tanpa sadar memanggilnya ‘sweetheart‘ dan ‘darling‘.

Saat ia masih ada jauh di dalam pikirannya sendiri, Shin Hye seketika tertidur dengan Yonghwa masih berada dalam pikirannya. Shin Hye merasa dia sudah tertidur selama berjam-jam, dan mungkin bangun keesokan paginya untuk mempersiapkan diri untuk bekerja, tapi dia benar-benar salah. Dia terbangun saat mendengar Hyejung mulai menangis di tengah malam, dan dengan grogi duduk di tempat tidur dan menoleh untuk melihat bayinya yang menangis keras sambil mengoncangkan tubuhnya dari kiri ke kanan.

“Hei, ada apa sayang? Wae gurae? Malaikat kecilku, kenapa kamu menangis?”

Shin Hye bertanya saat Hyejung terus menangis dengan keras, dan Shin Hye bingung pada awalnya apa yang harus dilakukan untuk menghentikan tangisan Hyejung. Shin Hye menarik Hyejung ke dalam pelukannya, dan berjalan keluar dari tempat tidur dengan tubuh yang sangat lelah. Shin Hye menyalakan lampu meja dan mulai mengayun dari kiri ke kanan untuk menidurkan Hyejung lagi, tapi Hyejung menolak untuk tidur.

Hyejung terus menangis lebih keras dari sebelumnya, dan Shin Hye tidak tahu cara lain selain meminta bantuan suaminya. Shin Hye bergegas berjalan menuju kamar Yonghwa, mengetuk pelan di pintu dan pelan-pelan memutar gagang pintu, dan menyelinap mengintip ke kamar suaminya.

“Yonghwa?” Shin Hye memanggilnya dan dia berjalan mendekat ke tempat tidur Yonghwa dan dengan lembut menggoncang bahu Yonghwa untuk membangunkannya dari tidur.

My Husband is A SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang