19. Down With Fever

47 5 0
                                    

Shin Hye bangun lebih awal pagi itu dan langsung duduk di tempat tidur. Shin Hye menguap dengan malas sambil ia menoleh ke kiri dan kanan mencari suaminya, dan akhirnya melihat suaminya tidur di sofa dengan tangan dilipat di dada. Shin Hye tersenyum samar dan mendesah pada dirinya sendiri, sambil bangkit dari tempat tidur dan pergi untuk melihat Yonghwa yang kini masih tertutup matanya dan pasti masih ada di alam mimpinya. Itu hal langka bagi Shin Hye yang bangun sebelum Yonghwa, tapi sepertinya Yonghwa benar-benar lelah setelah kunjungan mereka ke Madison Square Garden dan Museum of Natural History kemarin. Ini sudah hari keempat mereka di New York, dan Shin Hye benar-benar mengalami hal yang menarik dari hari ke hari, karena selalu mendapatkan pengalaman baru saat dia pergi bersama suaminya. Yonghwa bahkan mengajak Shin Hye ke tempat yang paling tidak biasa dikunjungi, dan dia sudah tidak sabar untuk melihat apa yang akan dialaminya hari ini.

Shin Hye berjalan menuju kamar mandi sambil membawa handuk, celana jins pensil hitam dan kaos putih polos di tangannya, dia lalu dengan cepat masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya. Shin Hye menikmati waktu dengan memanjakan dirinya di dalam bak mandi, sebelum akhirnya ia benar-benar mandi, dan berjalan keluar dari kamar mandi setengah jam kemudian. Saat itu hampir jam 09:00 pagi dan Shin Hye sangat terkejut melihat suaminya masih terbaring di sofa. Shin Hye mendekat untuk melihat wajah suaminya. Yonghwa mengerutkan kening dan berkeringat pada saat yang sama.

Shin Hye tidak bisa menahan rasa khawatir pada Yonghwa.

“Yonghwa, bangunlah. Apa kamu baik-baik saja?”

“Mmm ..” Yonghwa mendengus malas dan membalikkan tubuhnya ke sisi lain, tidak ingin siapa pun mengganggu tidurnya.

Shin Hye mengernyit dan mulai berlutut di samping Yonghwa, lalu meletakkan telapak tangan di kening suaminya. Shin Hye tergagap pelan saat dia mengetahui suhu badan suaminya agak beda. Yonghwa sebenarnya panas badannya! “Kamu sedang demam!” Shin Hye bergegas berjalan menuju kopernya, dan menarik keluar handuk wajahnya, lalu masuk kembali ke kamar mandi untuk merendam handuk dengan air.

Shin Hye terus merasa khawatir saat ia berada di kamar mandi, dan terus melirik pada Yonghwa yang masih tidur di sofa. Shin Hye merasa jahat karena membuat Yonghwa tidur di sofa yang tidak nyaman sepanjang malam, tidak tahu kalau Yonghwa sebenarnya sedang demam. Beberapa saat kemudian, Shin Hye kembali ke sofa dan meletakkan handuk basah di kening Yonghwa. Shin Hye tetap berada di tempat yang sama sambil menatap suaminya yang sakit, yang jelas terlihat tidak sehat dilihat dari wajah Yonghwa yang berubah sedikit merah sekarang.

Shin Hye akan meninggalkan Yonghwa jadi Shin Hye bisa mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa saat tiba-tiba Yonghwa bangun dan duduk di sofa. Yonghwa menatap Shin Hye dengan kerutan masih terbentuk di keningnya dan mendesah berat.

“Aku baik-baik saja. Ayo, kita harus bersiap-siap untuk kegiatan hari ini.”

Shin Hye menggelengkan kepalanya tak percaya. “Micheoso? Kamu demam, Yonghwa. Kamu benar-benar harus beristirahat. Kita tidak akan pergi ke mana pun hari ini.”

“Aniyo, nan gwenchana. Aku sudah memesan tiket untuk kita pergi ke Coney Island [Coney Island (Pulau Coney) adalah sebuah semenanjung di wilayah paling selatan Brooklyn, New York City, AS yang memiliki sebuah pantai terkenal di Samudra Atlantik.]. Kita tentu tidak ingin terlambat. Beri aku waktu beberapa menit saja untuk aku mandi, oke?”

Yonghwa pelan-pelan meninggalkan sofa dan berjalan menuju lemari untuk mengambil kaos dan celana jins, tapi Shin Hye yang marah segera mendorong Yonghwa kembali ke tempat tidur dan melotot pada Yonghwa dengan api amarah di matanya. Shin Hye berdiri tepat di depan Yonghwa dengan tangan terlipat di dada.

“Kamu tidak akan pergi ke mana pun.”

“Tapi, Shin Hye-“

“Aku sudah bilang kita tidak akan pergi ke mana pun, oke? Kembalilah ke tempat tidur dan tidur Yonghwa. Aku tidak ingin keadaanmu memburuk terutama selama liburan kita.”

My Husband is A SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang