16. Goodbye, Hyejung

47 7 1
                                    

Shin Hye menggigit bibir bawahnya saat dia berjalan keluar dari bandara malam itu, dan melihat suaminya sudah menunggu di depan mobilnya, di pintu masuk utama, bersama Hyejung dalam pelukannya. Shin Hye hanya diam berdiri dan memandang Yonghwa yang melepas kacamata Rayban-nya dan tersenyum pada Shin Hye. Ini pertama kalinya Yonghwa memutuskan untuk mengantar Shin Hye bekerja hari itu, dan bahkan datang untuk menjemputnya di bandara saat ia pulang kerja. Shin Hye mengambil napas dalam-dalam, dan mencoba menahan kegembiraannya saat ia berjalan menghampiri Yonghwa yang sudah berdiri di samping pintu.

“Kamu sudah lama menunggu?” Shin Hye bertanya dan tersenyum pada Hye Jung, sebelum menjulurkan lengannya untuk meraih bayi perempuan itu.

“Tidak, aku baru saja tiba sekitar lima belas menit yang lalu. Ayo kita pergi untuk makan malam, mau kan?”

“Kita makan di luar hari ini? Aku kira kamu tidak suka makan di luar.”

“Ayo kita makan di di restoran favorit-ku. Karena kamu juga terlihat sangat lelah.”

Yonghwa tersenyum dan meraih tas Shin Hye, sebelum berjalan ke mobil dan membuka pintu untuk Shin Hye. Dengan malu-malu Shin Hye berjalan ke kursi belakang dan duduk bersama Hyejung di pangkuannya. Shin Hye melihat Yonghwa menutup pintu untuknya dan cepat-cepat pergi ke kursi pengemudi untuk menghidupkan mesin. Mobil itu mulai memasuki jalan sekali lagi, dan Shin Hye terus melirik diam-diam pada suaminya yang kini fokus pada jalanan.

“Karena saat ini kamu sedang libur, aku berpikir apa tidak masalah kalau aku mulai mengambil jadwal penerbangan internasional lagi, saat kamu menjaga Hyejung di rumah.” Shin Hye memulai percakapan setelah lama terdiam.

Yonghwa terkekeh. “Kamu minta izin padaku?”

“Tidak! Maksudku .. yang aku maksud .. Aku hanya minta .. pendapatmu! Kalau kamu merasa tidak setuju, maka aku hanya akan bekerja di penerbangan domestik seperti biasanya. Selain itu, kita masih harus menjaga-“

“Aku tidak keberatan Shin Hye. Aku tidak akan ikut campur dalam jadwal kerjamu. Kamu boleh terbang ke mana pun yang kamu ingin dan kapanpun yang kamu inginkan. Pastikan saja kamu akan kembali padaku di malam hari.”

“Kembali padamu.” Shin Hye mengulangi perkataan Yonghwa.

“Ya, kembali padaku.”

Shin Hye melihat ke bawah ke lantai dan tersenyum sendiri sambil terus menghibur Hyejung-nya, dan ia sedang dalam pemikiran yang dalam saat tiba-tiba mobil berhenti, dan Yonghwa mematikan mesin. Mereka tiba di restoran Cina favorit Yonghwa, dan Shin Hye terkekeh pelan saat ia berjalan keluar dari mobil dengan Hyejung dalam pelukannya. Bayi itu sibuk bermain dengan kancing baju Shin Hye dan mungkin sedang meminta susu. Shin Hye beralih melihat suaminya dan tertawa lagi.

“Apa kita akan makan jjamppong [A/N: JJampong = mie kuah pedas Korea yang menggunakan campuran seafood, daging sapi dan sayuran] hari ini?” Shin Hye bertanya dengan senyum di wajahnya.

Yonghwa juga tertawa. “Aku sangat ingin makan jjamppong sepanjang hari. Apa kamu tahu cara memasak jjamppong? Itu akan jadi sebuah keajaiban kalau kamu tahu cara memasak jjamppong Shin Hye!”

“Haha, sangat lucu Yonghwa. Tapi, bagaimana dengan Hyejung? Aku tidak membawa susunya bersamaku dan aku rasa dia sudah lapar.” Dilihat dari cara bayi itu berusaha membuka kancing seragamnya, dan Shin Hye bersumpah dia melihat suaminya menyeringai padanya. Shin Hye memutar matanya kesal dan bersikap seperti tidak ada yang terjadi.

“Geogjeongmal, Shin Hye. Aku sudah menyiapkan susunya sebelum aku datang untuk menjemputmu. Ada di dalam tas di kursi belakang. Bisakah kamu membantuku mengambil tas itu?”

“Deh.“

Shin Hye mengangguk dan cepat kembali ke mobil untuk mengambil susu Hyejung, sebelum berjalan menghampiri suaminya sekali lagi. Mereka berjalan berdampingan masuk ke dalam restoran yang penuh dengan banyak pengunjung, dan Yonghwa dengan cepat mendapatkan meja untuk mereka, tepat di samping jendela. Yonghwa membuat pesanan, dua mangkuk jjamppong untuk dirinya sendiri, jjajangmyeon [A/N: jjajangmyeon = mie Korea dengan saus pasta kacang kedelai hitam] untuk Shin Hye, dan dua porsi pangsit, dan ayam asam manis, lalu beralih lagi melihat istri dan bayi perempuannya.

My Husband is A SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang