Special Part 2

67 6 1
                                    

Saat Yonghwa bangun pagi itu, dia berharap bisa melihat wajah istrinya yang cantik sedang tidur di sampingnya. Dia selalu senang bila dia bisa bangun setiap hari sebelum istrinya, jadi dia benar-benar bisa melihat kecantikan Shinhye. Dia menyukai setiap hal mengenai istrinya, dan dia suka saat Shinhye akhirnya selalu ada di lekukan lehernya dengan lengan yang telentang di atas dadanya. Namun pagi itu, dia disambut oleh tiga setan kecil yang melompat di atas tempat tidur.

Yonghwa tertawa tak percaya sambil menarik selimut untuk menutupi bagian bawah tubuhnya, saat Ju Ahn dan Ju Hwa dengan nakal menariknya. Dia tidak mengenakan apa-apa, akibat dari bercinta semalam yang penuh gairah dengan Shinhye. “Ya Tuhan, kalian bertiga. Biarkan appa tidur lagi.” Kata Yonghwa sambil menarik ketiga putranya dan mendekap mereka dalam pelukannya.

Hae In tertawa keras saat ayahnya mulai menggelitiki lehernya. “Jangan, Appa. Appa harus bangun sekarang. Omma menyuruh kami membangunkan Appa untuk sarapan atau omma akan marah pada Appa.” Kata anak laki-laki berusia lima tahun itu lalu memeluk leher ayahnya erat.

“Omma-mu selalu marah padaku.”

“Appa, omma bilang kalau Appa akan mengajak kami keluar untuk belanja persiapan Natal hari ini!”

“Ya, benar. Pohon Natal seperti apa yang kamu inginkan tahun ini?”

“Yang besar!”

“Apa kalian benar-benar akan terlambat sarapan lagi hari ini? Hae In, ajak adik kembarmu ke lantai bawah dan bersiap-siap untuk sarapan. Biarkan aku menghadapi appa-mu yang bangun terlambat hari ini.”

Yonghwa menyeringai saat melihat Shinhye berdiri di ambang pintu, terlihat jelas masih memakai gaun malamnya dengan kardigan panjang di atasnya. Shinhye membalas seringai suaminya dengan senyum kecil saat dia mengantar ketiga anaknya keluar dari kamar tidur utama, dan mengatakan pada mereka untuk menunggu di meja makan. Shinhye berjalan menghampiri suaminya yang kini duduk di tempat tidur dengan selimut yang masih menutupi bagian bawah tubuhnya. Dia tertawa kecil saat duduk di samping suaminya, lalu Yonghwa menariknya untuk berciuman.

Yonghwa menggigit bibir bawah Shinhye dan mengerang di dalam tenggorokannya. “Kamu harusnya sudah membangunkan aku, Sayang. Aku bisa membuat sarapan di tempat tidur untuk kita.” Kata Yonghwa sambil memberi satu kecupan terakhir di bibir istrinya lalu mencium di antara alis Shinhye.

Shinhye tersipu. “Kamu terlihat sangat lelah. Aku tahu kamu lelah.” Kata Shinhye saat Yonghwa mencondongkan badan untuk menciumnya lagi dan mereka terhanyut dalam kebahagiaan sejati. Saat mereka menghentikan ciuman itu lagi, dia menatap mata Yonghwa dan menempelkan keningnya di kening suaminya.

“Jadi, hari ini belanja untuk Natal, huh?”

“Kamu janji pada anak-anak, Yeobo.”

“Aku tahu. Tentu saja aku ingat.”

“Kita belum membeli pohon Natal. Hae In sudah berbicara tentang pohon Natal impiannya pada teman-temannya di TK. Lebih baik kamu menepati janjimu.”

“Oke, Sayang. Kita akan membeli pohon Natal yang besar seperti yang Hae In inginkan.”

“Kalau begitu, pakai celanamu.”

Yonghwa menarik Shinhye untuk satu ciuman terakhir sebelum melepaskan istrinya, dan dia segera memakai bokser,kaos serta celana basket pendeknya yang dia pakai tadi malam. Dia meraih tangan Shinhye lalu mereka berjalan kembali ke dapur dan duduk di meja makan. Shinhye menuangkan kopi ke cangkir Yonghwa lalu menggoreng beberapa teri dan lauk lainnya untuk Yonghwa. Sangat mudah menyiapkan makan untuk Ju Ahn dan Ju Hwa karena selera makan mereka mirip dengan Shinhye.

Sepotong roti bakar sederhana atau sereal cukup untuk si kembar tetapi tidak untuk Hae In. Sekarang dia menjadi sangat mirip seperti Yonghwa. Si kembar mengikuti karakter ibu mereka sementara Hae In jelas mengikuti ayahnya. Yonghwa selalu tahu kalau Hae In memang benar kloningnya. Saat Shinhye mengatakan padanya kalau putra pertama mereka mengikuti setiap geraknya, dia pikir itu terlalu dini untuk menyimpulkannya.

My Husband is A SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang