My Husband is A Soldier

30. My Husband Is A Soldier [End]

Empat bulan kemudian ..

“Jadi .. tinggal beberapa minggu lagi, huh?”

Yonghwa tersenyum pada istrinya yang kini sibuk berjalan bolak-balik dari tempat yang satu ke tempat lainnya di taman baru mereka. Ya, mereka sudah pindah ke rumah baru mereka bulan lalu saat Yonghwa akhirnya mendapatkan cuti selama satu bulan yang sudah dia ajukan beberapa bulan yang lalu. Dia mengambil cuti hanya untuk memastikan kalau dia akan ada di sana saat Shin Hye melahirkan, dan yang akan merawat istrinya nanti setelah melahirkan anak pertama mereka.

“Deh.” Shin Hye hanya menjawab pendek sambil tetap sibuk berjalan dari satu tempat ke tempat lainnya sambil tangannya membelai dengan lembut perutnya yang sekarang sangat terlihat besar.

“Kamu masih takut huh, Shin Hye?”

“Bagaimana kalau iya?” Shin Hye mengerucutkan bibirnya pada Yonghwa dan melipat tangannya di dada saat ia berjalan menghampiri suaminya dan duduk di pangkuan Yonghwa. Dia melingkarkan tangannya di leher suaminya masih dengan bibir cemberut di wajahnya, yang tidak pernah hilang.

Yonghwa segera melingkarkan lengannya di pinggang Shin Hye dan mencium pipi kanan istrinya penuh cinta. “Baiklah, kamu ingat hari pernikahan kita, kan?”

“Tentu saja aku masih ingat hari pernikahan kita Yong. Bagaimana aku bisa lupa?”

“Sudah satu tahun berlalu sejak saat itu, huh? Demi Tuhan, kamu sangat cantik di hari itu. Saat kamu berjalan menuju ke pelaminan, aku terpaku dengan kecantikanmu. Tapi, juga ada sesuatu yang lebih membuatku hampir menangis. Apa kamu tahu apa itu?”

“Apa itu?” Shin Hye hampir menangis.

“Aku ingat saat kamu menolakku di SMA dulu. Semua penghinaan yang kamu berikan padaku saat pertemuan pertama kita di kafe, di Myeongdong, dan bahkan saat kamu menyiramkan secangkir kopi di kepalaku.”

Shin Hye menangis. “Yong.”

“Aku hampir menolakmu saat itu. Tapi, aku ingat betapa polos dan manisnya Shin Hye yang dulu saat aku menyatakan perasaanku di SMA. Aku tahu dia ada di suatu sisi yang terpendam di dalam dirimu, dan aku sangat ingin kamu mengatakan ya saat aku memintamu untuk menikah denganku tapi kamu tidak melakukannya. Kamu sangat membenciku sampai sama sekali tidak ingin melihat wajahku.”

“Yong, kenapa kamu mengatakan semua ini? Aku minta maaf yeobo, aku benar-benar minta maaf. Aku mohon jangan bicara soal ini lagi Yonghwa. Aku mencintaimu.”

Yonghwa tersenyum dan menggelengkan kepalanya sebelum meraih tangan istrinya dan mencium punggung tangan Shin Hye dengan penuh cinta. Yonghwa mengabaikan permintaan Shin Hye dan terus berbicara soal pertemuan pertama mereka. “Aku juga mencintaimu yeobo. Apa kamu ingat saat kita membawa Hyejung ke rumah kita dan merawatnya? Senyumanmu mengatakan semuanya. Kamu akhirnya melakukan sesuatu untuk dirimu sendiri, kamu melawan rasa takutmu dan menaklukkannya, Shin Hye. Dan, di sinilah kita .. akan mempunyai seorang anak.”

Shin Hye tertawa dan menghapus air matanya saat suaminya tersenyum padanya dan mendekat untuk mencium keningnya. “Kamu selalu membuatku menangis, Yong.”

“Kita akan menaklukkan rasa takut itu bersama, oke yeobo?”

Shin Hye tersenyum manis dan pelan-pelan menganggukkan kepalanya, lalu dia melingkarkan tangannya di leher Yonghwa dan bergerak lebih dekat untuk memberi ciuman lembut di bibir suaminya. Dia menarik diri beberapa saat kemudian dan cekikikan. “Sejak kapan kamu selalu berkata benar? Aku sangat mencintaimu Yonghwa.”

“Aku juga mencintaimu Shin Hye.”

Malam itu, Shin Hye sedang tertidur nyenyak di pelukan Yonghwa saat tiba-tiba dia sekilas merasakan sakit yang luar biasa di bagian bawah perutnya. Dia segera bangun dan mengerutkan kening pada dirinya sendiri saat ia menoleh pada suaminya, lalu membentuk senyum tipis setelah melihat ekspresi Yonghwa yang tenang. Dia pikir itu hanya kontraksi otot biasa tapi saat dia menyadari tempat tidurnya basah karena sesuatu yang seperti cairan, sebuah pemikiran muncul dalam benaknya. Apa air ketubanku baru saja pecah? Dia berkata pada dirinya sendiri dan dengan lembut menyenggol lengan suaminya.