have a crush?

125 8 0
                                    

Aira Lee gadis manis pemilik lesung pipi yang dalam, kulit putih susu dan hidung mancung serta bibirnya pink alami jangan lupakan senyum manisnya.

Tapi saat ini senyum itu tidak terlihat karena wajah nya sekarang seperti kepiting rebus, sangat merah karena menahan amarah.

Dirinya melangkah ke arah kantin fakultas yang memang sudah di tunggu kedua sahabatnya sedari SMP sampai di universitas walaupun satu diantaranya berbeda jurusan.

Dengan langkah nya yang cepat karena faktor kesal ia akhirnya sampai meja kantin yang udah di isi dua orang perempuan yang lagi memakan pesanan mereka.

TAKKK

Aira yang baru datang langsung menggebrak meja membuat kedua sahabatnya yang sedang menguyah dibuat kaget dan tersedak.

"Ukhuk...Ukhukkk. G-gila Lo!?" Ucap sahabatnya terbata karena tersedak kuah bakso. Cepat-cepat dia mengambil minum pesanannya.

"Lo kenapa Ra?" Tanya yang satu nya lagi setelah menetralkan pedas di dadanya.

"Kalau Lo ada masalah cerita ke kita jangan kayak orang kesetanan" kesal Sally yang terbatuk tadi.

Setelah sadar apa yang dilakukannya kepada sahabat nya Aira segera minta maaf. "Sorry guys gue gak sengaja" maaf nya masih dengan wajah kesal.

"Kenapa wajah Lo? Kusut banget." Tanya Anna pemasaran.

"Oh iya tadi Lo jumpai pak Ardiaz kan? Dia ngapain Lo lagi?" Tanya Sally heboh.

"Nah itu dia. Gue lagi kesel banget sama tuh dosen masa bisa-bisanya dia nyuruh gue jadi asisten dia. Kalau gue gak mau nilai gue bakal E di matkul dia. Aira menjelaskan apa yang ia bicarakan dengan dosen freezernya tadi.

Sally maupun Anna sama-sama menampilkan wajah terkejut, tapi setelah itu mereka menampilkan wajah curiga.

"Kenapa wajah Lo berdua begitu?" Tanya Aira kesal melihat wajah sahabat nya.

"Gue curiga deh kalau pak Diaz itu sebenarnya naksir sama Lo" celetuk Sally tiba-tiba.

"GILA LO!" Bantah Aira tidak terima dengan apa yang di ucapkan Sally.

"Tapi gue sedikit setuju sama ucapan Selly, Ra." Kata Anna setuju akan ucapan Selly.

"Gila Lo berdua. Gak mungkin tuh dosen freezer suka sama gue yang notabene nya masih mahasiswi baru." Jelasnya menolak apa yang di ucapkan kedua sahabatnya.

"Jodoh gak ada yang tau Ra." Dari mereka bertiga Anna lah yang paling dewasa.

"Gak mungkin. Emang Lo berdua tau pak Ar masih sendiri mungkin aja dia udah punya istri." Ucapnya percaya diri.

"Lo gak tau Ra? Kalau pak Diaz itu masih sendiri bahkan rumornya bilang dia gak pernah dekat sama cewek." Jelas Selly memberitahu Aira.

"Lo tau dari mana Sell?" Tanya Anna.

"Lo gak lupa, gue Selly sih ratu segala ketahuan akan isi fakultas" sombong nya sambil mengibaskan rambut ke belakang.

Aira dan Anna sama-sama berakting ingin muntah mendengar ucapan Selly.

"Jijik Sell. Jejilio gue denger Lo ngomong begitu." Aira bergeser lebih dekat ke arah Anna.

"Lo kira gue kuman" kesal Selly melihat Aira.

"Udah. Lo berdua ribut mulu." Kedai Anna pusing. "Jadi gimana? Lo beneran jadi Asdos pak Diaz?" Tanya Anna memastikan.

"Hm. Lo berdua pasti tau jawabannya. Walaupun gue nolak pasti tuh dosen bakal tetap sama keputusannya." Pasrah Aira. Percaya lah setelah ini hidupnya akan lebih menderita berada disekitar dosen freezer itu atau sebaliknya.

"Yaudah Lo yang sabar mungkin emang takdirnya Lo begini." Peluk Selly menenangkan sahabatnya itu.

"Iya Ra. Gue tau Lo pasti kuat." Ikut memeluk Aira dari sebelah kanan.

Jadilah saat ini mendadak mereka seperti Teletubbies.

Setelah acara pelukan Anna menyudahinya karena sebentar lagi kelas nya akan di mulai. Oh iya, Aira dan Selly berada di satu fakultas yaitu Psikologi sedangkan Anna berada di fakultas management.

"Kalau gitu gue ke kelas dulu ya, bentar lagi dosennya masuk" pamit Anna yang di angguki Aira dan Selly.

"Hati-hati Na, Kita tunggu disini sampai Lo selesai." Jawab Aira lalu diangguki Anna setelah itu dia pergi menuju kelasnya.
.
.
.
.

🐰

Di ruangannya, seorang pria tampan sedang berkutat dengan laptop di depannya sedang memeriksa hasil nilai dari mahasiswa nya sesekali dia juga meriksa file yang dikirim oleh sekretarisnya yang bukan lain sahabat nya sendiri.

Tengah asik meriksa dan melihat satu persatu nama serta nilai mahasiswa nya, fokusnya dibuat buyar saat membaca satu nama mahasiswi yang akhir-akhir ini membuat dirinya sering senyum sendiri. Tidak biasanya ia bersikap seperti itu. Yang bisa membuatnya tersenyum hanya bunda dan kedua adik kembarnya saja. Tapi sekarang? Gadis itu sudah berhasil mencair kan es yang ada di dirinya. Siapa dia? Aira Lee. Ya, yang sedang dipikirnya sekarang wajah polos Aira tadi saat berada di ruangannya.

"Hebat kamu Ai. Kamu berhasil buat hati saya berdetak kencang walaupun hanya membaca nama kamu." Ucapnya sendiri menatap nama sang mahasiswi di layar laptop.

Tanpa mereka berdua sadari mereka memiliki nama panggilan sendiri yang orang lain tidak pernah memanggil nama itu. Aira yang memanggil Ardiaz dengan Ar, dan Ardiaz yang memanggil Aira dengan Ai. Sangat cocok bukan?

Walaupun dirinya belum sepenuhnya menyadari telah jatuh cinta kepada Aira tapi ia akui dia sangat senang kalau berlama-lama berada di dekat Aira. Ntah kapan perasaan itu muncul tapi ia tidak perduli, apa yang sudah masuk kedalam kehidupannya akan menjadi miliknya bagaimanapun caranya.

Karena asik melamun dan memikirkan Aira, Ardiaz sampai tidak mendengar kalau handphone nya sedari tadi berdering tanda ada panggilan masuk. Di dering ketiga kali baru ia tersadar dan mengangkat sih pemanggil.

"Halo. Katakan." Ucapnya to the point dengan lawan bicaranya.

"Yaelah, santai bro. Gue nelpon bukan mau kasih laporan kantor." Ucap seseorang dari sebrang sana.

"Lalu?" Tanya nya lagi. Seperti ini lah Ardiaz sih dingin dan irit bicara.

Terdengar helaan nafas lelah dari sebrang Ardiaz. "Sumpah ya Yaz kesel banget gue liat Lo. Sahabat Lo lagi galau juga" kesal sih penelpon. Yang tak lain adalah sahabat Ardiaz sekaligus sekertaris nya di kantor.

"Buruan. Kalau gak gue tutup." Ucapnya sedikit kesal.

"Eh, eh. Jangan elah, oke gue kasih tau. Gue tau Lo sahabat gue yang paling baik dan paling kaya gue mau Lo temenin gue malam ini ke club biasa tempat gue kalau lagi galau." Katanya panjang dengan suara memohon.

Ardiaz yang mendengarnya menghela nafas lelah. Sudah ia duga kalau sahabatnya ini ingin mengajaknya ke tempat haram itu lagi. Bukan hanya sekali tapi sudah sering dirinya kesana kalau tidak menemani sahabatnya minum atau menjemput sahabatnya itu karena pingsan kebanyakan minum.

Tanpa basa-basi Ardiaz mengiyakan ajakan itu sebelum ada drama yang lain. "Oke. Gue temenin." Final Ardiaz.

Marsel Wijaya, sih sahabat sekaligus sekretaris Ardiaz yang selalu mendukung dirinya sedari mereka SMP sampai saat ini. Dari semua teman Ardiaz, Marsel lah yang paling tulus berteman dengan nya tanpa embel-embel anak konglomerat. Sampai akhirnya sewaktu kuliah Ardiaz menjadikan Marsel sebagai tangan kanannya di perusahaan.

Hai hai haiii....
Apa kabar semua? I hope kalian semua dalam keadaan sehat. Dan setia baca cerita aku sampai selesai...

Thanks for your support guyss...
Don't forget to give me like and positive comments:)

SHE IS MINE (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang