obsessed?

112 6 0
                                        

Ardiaz menarik tangan Aira dengan sedikit kuat membuat Aira memberontak ingin di lepas, tapi Ardiaz semakin menguatkan genggamannya ia tidak sadar apa yang ia perbuat. Aira menahan sakit di pergelangan tangannya yang sudah di pastikan akan menimbulkan warna kemerahan.

Mereka sampai di luar bar, lebih tepatnya di samping parkiran mobil yang tidak ada orang yang lewat. Aira terus berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Ardiaz.

"Sakit pak." Lirihnya menahan sakit.

Ardiaz yang mendengar suara lirih itu seketika sadar dan langsung melepaskan cengkraman tangannya tadi. Ia lihat pergelangan tangan Aira yang sedikit merah lalu ia menarik nya ke arah bibirnya dan meniupnya. Aira yang di perlakukan seperti itu seketika tidak bisa bergerak, bukan karena salting tapi ia heran apa yang sekarang ada di depannya orang lain atau benar dosen nya yang terkenal dingin dan tidak pernah berdekatan dengan wanita.

"Maaf." Sesalnya selesai meniup tangan Aira. Aira tersentak dan melepaskan tangannya dari genggaman Ardiaz.

Aira tidak menjawab permintaan maaf Ardiaz, ia masih kesal karena Ardiaz sudah berani menarik tangannya hingga merah dan sedikit nyeri.

Ardiaz yang tau kalau Aira sedang kesal dengannya pun merasa bersalah. Ia benar benar tidak sengaja membuat tangannya merah atau bahkan sakit, tapi Ardiaz masih sedikit gengsi untuk minta maaf lagi.

Walaupun sedikit mabuk Aira masih dan akan mengingat kejadian ini besok pagi.

"Kenapa bapak tarik-tarik tangan saya?" Tanya Aira ketus menatap kesal Ardiaz.

Bukannya tampak seperti orang marah Aira lebih seperti anak kesel yang sedang merajuk karena tidak di belikan candy oleh orang tuanya. Sangat lucu.

"Kenapa kamu ada disini?" Bukannya menjawab Ardiaz malah bertanya kembali.

Kesal karena pertanyaan tidak di jawab, Aira hanya menjawab. "Bukan urusan bapak." Ketus nya lagi.

Iya juga. Itu bukan urusan dirinya kenapa ia sekarang sangat peduli dengan mahasiswi nya ini? Kalau boleh jujur Ardiaz emang menyukai mahasiswi yang ia kenal saat ia memasuki kelas nya waktu semester dua dan bisa di hitung berapa kali mereka bertemu selain di kelas. Tapi Ardiaz merasa memiliki ketertarikan kepada Aira, mahasiswi yang lumayan pintar.

"Saya tanya sekali lagi, kamu ngapain disini Aira Lee?" Tanya nya lagi menyebut nama lengkap Aira.

"Bapak kepo." Aira masih tetap tidak mau menjawab.

Mendengar itu Ardiaz maju selangkah ke arah Aira dan otomatis Aira ikut mundur sampai punggung Aira menabrak tembok pelan. Kedua tangan Ardiaz ia letak di samping kanan kiri bahu Aira agar yang empu tidak kabur.

"B-bapak m-mau ngapain?" Gugup nya sedikit takut.

Ardiaz menyeringai melihat ada ketakutan di mata Aira kepadanya pada saat seperti ini.

"Jawab pertanyaan saya." Ucap nya dengan wajah maju ke depan wajah Aira.

Aira menunduk tidak berani melihat wajah dosen freezernya itu. Tapi ia berusaha berani agar tidak dianggap penakut oleh Ardiaz.

"Saya hanya ingin." Jawab Aira berani sambil ikut menatap wajah Ardiaz.

Wajah mereka berdua sangat dekat hanya berjarak beberapa senti. Setelah mengatakan itu Aira di buat diam karena manik coklat nya tidak sengaja melihat manik hitam pekat milik Ardiaz. Mereka berdua sama-sama diam saling pandang sampai ada orang lewat yang tidak sengaja menabrak punggung Ardiaz dari belakang, karena tidak siap Ardiaz maju kedepan dan mencium kening Aira membuat Aira memejamkan matanya.

Ntah apa yang di rasakan kedua nya tetapi mereka berdua sama-sama merasakan jantung mereka yang berpacu dua kali. Cukup lama mereka dengan posisi itu sampai akhirnya Aira tersadar dan mendorong dada Ardiaz. Aira kembali sadar dari mabuk nya tadi.

SHE IS MINE (On-Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang