"Keli" ucap Olla dengan bergetar dan berkaca-kaca. Apalagi ditambah ia membaca nama identitas orang tua.
"Kenapa sudah tau?" Callie pun akhirnya memberanikan diri dia sudah tidak tahan. Dia sudah tau Olla bahkan nama Olla tercantum jelas di akta kelahirannya dan wajah Olla masih terpampang nyata di sebuah foto pernikahan yang dipajang di dinding rumahnya. Ya Azizi tak sejahat itu untuk merahasiakan siapa ibu kandung anaknya.
"Kamu udah gede keli bahkan tinggi kamu udah setara dengan bunda" Tak henti-henti Olla memperhatikan Callie.
"Rambut kamu bagus Kel"
"Mata kamu indah nak"
Callie rasanya ingin marah dan mengatakan kenapa wanita ini tega meninggalkan dia dan ayahnya. Tapi ia selalu ingat kata-kata Azizi
"Yang salah itu ayah nak, bunda mu itu pergi karena ayah jika suatu saat kamu bertemu jangan pernah kamu marah dan membentaknya apalagi membencinya."
"Miss alangkah baiknya segera kita bahas apakah saya mendapatkan biaya tambahan akademik mengingat saya baru 6 bulan saja menjadi murid disini" ucap Callie dengan dingin dan tatapannya menatap meja, dia belum berani beradu tatap dengan bundanya.
Olla paham melihat gestur tubuh Callie, tapi ia masih bersyukur Callie tau tentang dirinya. Mengingat setiap malam ia selalu berpikir apakah Azizi akan menyembunyikan identitas dia kepada Callie.
"Ah iya saya sampai lupa" ucap Olla sambil menghapus air mata yang sedikit terjatuh.
"Nilai UTS kamu bagus sekali, bahkan kamu atlet lari wow bunda ga nyangka kamu seorang atlet lari. Untuk itu kamu tidak usah ada tambahan biaya"
Callie hanya mengangguk dan sedikit lega ayahnya tak akan gila kerja.
"Callie, bunda boleh peluk kamu nak?"
"Maaf saya harus kembali ke kelas Miss. Oh iya terimakasih atas semuanya." Callie pergi dan meninggalkan Olla.
------------------------------------------
"Akhirnya Azizi Aksan kamu mau jadi chef full time"
Kali ini Azizi telah berasa di ruang manager. Sesuai perintah Callie.
"Butuh waktu yang lama saya membujuk kamu sekarang kamu mau kenapa? Biaya anak makin mahal ya" ucap manager itu dengan sedikit bercanda.
"Hahaha iya pak saya udah ga bisa idealis kalau yang nyuruh anak perempuan saya."
"Saya paham memang ayah dan anak perempuan seperti itu contohnya saya. Dulu saya perokok berat istri dan dokter berkali-kali memarahi saya tapi ga saya gubris tapi pas anak perempuan saya yang remaja menasehati bahwa ia masih ingin melihat ayahnya di hari pernikahannya eh saya langsung belajar mengurangi rokok dan syukurnya udah berhenti"
Benar kata manager itu, Dia tak bisa memaksa fisiknya untuk bekerja keras dia masih ingin menjadi saksi pernikahan Callie. Dia ingin melihat siapa yang akan merebut posisi laki-laki yang ia miliki di hati Callie.
"Nah sama pak, saya juga masih ingin melihat anak saya menikah bahkan saya pengen lihat cucu-cucu saya" timpal Azizi.
"Emang ya Zee kita patut bersyukur punya anak perempuan. Kalau saya ga punya anak perempuan pasti hidup saya ga sebahagia ini""Iya pak begitu juga saya dia adalah tujuan hidup saya. Bahkan alasan saya untuk semangat hidup."
Manager itu tersenyum melihat Azizi. Dia tau tentang luka Azizi, menjadi orang tua tunggal dengan mempunyai anak perempuan itu sulit sekali.
"Maaf, Zee kenapa kamu ga menikah lagi?"
Pertanyaan yang selalu ia dengar selama 10 tahun terakhir ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASA RASA DAN KARSA.
FanfictionMaaf aku tidak bisa menghadang deru ombak takdir itu -Azizi Aksan Asadel Jika kamu tidak bisa menghadang ombak takdir itu seharusnya dulu aku bisa berenang sendiri melawan ombak takdir itu -Febriolla Sinambella Dan percayalah aku yang sebenarnya ten...