Luka Para Anak Manusia (2)

377 39 5
                                    

Sudah 3 Minggu Floran bekerja di sini, bahkan dia sudah mendapatkan ruangan karena bisa mengambil hati para senior.
Walaupun dia belum bertemu dengan Gracio, tapi ia yakin Gracio telah mendengar nama Alif Al-Katiri, seorang pegawai baru yang lihai dalam segala bidang.

Seperti biasa siang ini ia akan pergi makan ke kantin kantor memesan telor ceplok dan tempe orek.

"Oh iya mumpung di sini, nanti abis lu makan langsung ke gedung utama ya ke ruangan Pak Cio"

Sungguh terkejut sewaktu mendengar ini, penantiannya cukup besar untuk bertemu Gracio.

"Siap Ceu nanti saya habis ni makanan selesai langsung caps ke sana"

Dia segera menghabiskan makanan itu, dan berjalan sedikit cepat ke arah gedung utama.

Tapi apa daya saat memasuki gedung itu, dia melihat wanita yang menyakiti hatinya dan mendiang ayahnya.
Langkah kaki yang seawal berjalan cepat seketika dipaksa pelan dan lunglai saat ingatannya berputar.

Saat itu seorang anak kecil berseragam TK kotak-kotak merah putih begitu riang menuju rumah kontrakan yang cukup sederhana.

"Nanti Sore aku harus minta ke Ayah eskrim kan aku dapet 5 bintang" celotehan ria itu sangat amat menghiasi wajah polos dan lucunya itu.

"Trus bunda juga seneng nih" langka kecil kakinya trus membawa ia pulang sampai depan rumah.

Ia yang terbiasa dengan situasi rumah sepi itu
"Bunda lagi masak paling" gumam sang bocah kecil itu.

Namun rumah ini benar-benar sepi dia sudah berjalan di dapur tidak ada aktivitas memasak dari bundanya. Rumah ini hanya memiliki satu kamar, dia yakin kamar yang tertutup itu pasti ada orang. Dia buka pintu itu, dia bingung melihat sang Ayah berdiri menggantung dengan mata tertutup.

Ternyata air matanya masih menetes jika teringat hari itu.

"Aku pikir air mataku sudah habis yah" dia segera mengusap dengan kasar dan menuju ke ruangan Gracio yang berada di lantai Atas.

Setelah sampai ia masih yakin bahwa Shani Indira juga berada di ruangan itu.

Tangan yang awalnya ragu untuk mengetuk pintu, ia paksakan.

Ceklek suara pintu terbuka dan terdapat wanita yang melahirkan dia dari rahimnya.

"Masuk, bapak Cio ada di dalam sedang makan siang" Wanita itu menyambut dengan penuh senyum.

"Kamu tak mengenaliku ternyata" batin Floran.

Floran memasuki ruangan mewah itu, pemandangannya terarah pada foto keluarga kecil nan bahagia terpajang di tembok begitu besar.

"Itu istri Zee" batin Floran.

"Kau Si Alif itu ya" Suara tegas Gracio mengejutkan Floran.

"Ah iya pak saya Alif Al-Katiri pegawai baru" Ucapnya dengan sedikit menunduk.

Gracio pun langsung pergi untuk duduk di kursi kebesarannya itu sementara Shani masih berdiri memandang dengan sedikit aneh pegawai ini tapi tanpa dicurigai sang suami.

"Kenapa kau memilih perusahaan ku di saat kau bisa kerja di luar negeri"

Benar Gracio akan mengeluarkan pertanyaan ini. Sesuai tebakan Zafran.

"Jujur saya terinspirasi dari anda pak, saya dulu pengen sekolah hukum di UI eh tapi malah daftar ilmu komputer karena cuma bisa milih itu, dulu waktu jaman SMA nama bapak udah sering muncul diberbagai televisi dan Koran. Dan saya benar-benar pengen belajar dari bapak. Setelah perantauan saya yang cukup lama di luar negeri, saya putuskan buat balik eh perusahaan bapak buka lowongan yaudah saya daftar saya sesuai mimpi saya sewaktu SMA"

Gracio masih memandang sinis dari atas sampai bawah.

"Gajimu di sini kecil anak muda"
"Memang, gaji di sini 1/4 gaji saya di Amerika, tapi tak apa saya masih bujang dan saya bukan orang yang berambisi untuk kaya. Saya hanya manusia yang pergi kerja jam 9 pulang jam 5 sore. Kalau malam juga dugem"

Gracio terkekeh mendengar kalimat ucapan Alif Al-Katiri.

"menarik juga, kalau gitu kau boleh keluar"

Floran segera keluar ruangan dan melirik Shani Indira yang memperhatikan ia sedari tadi.

Rasa sakit itu trus ada dan menghantui pikiran itu. Dia segera pergi menuju toilet.

Di sini lah sang Tuan terlihat rapuh, luka masa kecil itu masih ada bekasnya walaupun telah sembuh.

"Ayah, Floran kangen"

Berita bunuh diri dari mendiang Vino Rajahala tersebar di mana-mana, banyak yang mengatakan bahwa Vino kelilit hutang dan ia frustasi ditinggal sang istri Shani Indira.

Floran kecil masih belum yakin jika ayahnya mempunyai hutang dan bunuh diri secara mendadak. Ada keyakinan yang tidak bisa ia katakan ke khalayak umum bahwa kematian sang Ayah tidak wajar.

Atas belas kasih para tetangga dan dinas sosial setempat Floran bisa hidup dan sekolah walaupun tetap kekurangan.

Saat ini ia telah menginjak SMP, selepas pulang sekolah ia selalu menyempatkan mengamen di pinggir jalan ataupun restoran.

"Yaelah masih dapet 5 ribu buat beli nasi Padang aja kurang" ucap Floran dengan mengeluh.
Namun matanya melihat sosok perempuan yang hampir 7 tahun tak pernah ia lihat. Kakinya langsung berlari untuk mengejar perempuan itu.
"Bunda, ini Floran bunda, bunda masih ingatkan aku supermen kecil bunda"
Floran memegang tangan Shani Indira. Wajah Floran penuh peluh dan kumel dengan seragam SMP yang putih tapi menguning.

"Maaf saya tidak kenal kamu dan jangan panggil saya bunda, anak saya cuma dia" Ya Shani menggendong balita perempuan.

Floran terdiam, dan sakit hati. Dia menunduk dan berputar balik pergi meninggalkan Shani Indira.

"Kau bukan bundaku, kau sekarang musuhku." ucap Floran sambil mengepal tangan.

__________

Memandang sebuah foto adalah cara mengungkapkan kerinduan. Bahkan keberadaan tubuh yang ia rindukan itu hilang terbawa ombak sang takdir.

"Pi, Evan kangen deh sama Papi"

Ya itu Evan Anton Ichwan, Sang Ayah meninggal terbawa ombak kala melakukan proyek tambang ilegal.

Suatu pagi yang cerah Evan dan Ibunya Cindy Hapsari sedang menikmati sarapan dikejutkan oleh pesan SMS

"Kami dari PT Tambang Emas Gracio mengabarkan bahwa bapak Jinan Ichwan meninggal dunia dikarenakan kecelakaan pekerjaan, soal tunjangan akan kami transfer segera mungkin"

Jika ditanya apa tunjangan itu ada? tidak bahkan Evan dan Cindy sudah mengurus hal itu dan yang mengejutkan bahwa suaminya dijebak dalam proyek emas ilegal. Cindy Hapsari tak bisa berkutik, ia sadar dalam dunia kapitalis ia yang ditindas. Dia tak punya kekuatan.

"Hallo mah" ucap Evan sambil mencium pipi sang mama.

"Dari mana kamu IP, seminggu ga pulang-pulang"

"Ya kerja dong makboss" bohong IP seminggu ini ia sibuk survei tempat guna aksi balas dendam itu.

"Kerja apa" Tatapan itu membuat bulu kuduk Evan merinding.

"Bantu temen SMK mah, dia kerja di pelayaran, Evan bantu benerin kapalnya di pulau seribu"

"Engga Ilegal kan IP"
Evan menghembuskan nafas dan segera berjongkok di depan Cindy yang sedang duduk sambil menggenggam tangan.

"Mah, apa yang dilakukan mendiang papa ga bakal Evan lakuin. Toh di sini yang salah bukan papa kan, papa dijebak juga kan"

Cindy mengusap kepala sang anak. Air matanya menetes kala mengingat mendiang suaminya.

"Mama tau IP, papa ga mungkin nerima kerjaan yang ilegal dan mama ga usah khawatir ya IP bakal kerja yang aman-aman aja"

"Janji ya sama mama kalau kamu harus selalu ada buat mama"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

 ASA RASA DAN KARSA.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang