Bab 11 : Patah

1.1K 107 2
                                    

"Ga buang!!" seru Raka kepada Arga.

Arga menoleh ke arah Mala yang terlihat sedih. Arga tidak enak hati jika melakukan hal yang disuruh Raka.

"Kenapa dibuang? Gue ga kasih racun kok" ujar Mala sambil tersenyum meski hatinya sedikit sakit, tapi Mala bisa mengatasinya karena ia tau inilah konsekuensi mendekati Raka.

"Pergi!!" suruh Raka dengan mata masih menatap layar ponselnya.

Mala kemudian pergi meninggalkan kotak makan di meja Raka.

"Rak mending lo makan deh kasian cewek itu udah bikin buat lo" bujuk Arga dengan sedikit takut.

Raka melirik lagi kota itu kemudian melirik ke arah Arga dengan tatapan tajam.

"Lo aja!!" jawab Raka.

"Dia bikin buat lo bukan buat gue"

"Bacot!!" sarkas Raka.

Arga terdiam tidak mau berbicara lagi karena Raka sudah mengelurkan kata-kata itu. Bisa-bisa nanti mulutnya dirobek oleh Raka.

"Kalo lo ga mau buat gue aja sini" sahut Dito di belakang Arga.

Arga menoleh ke belakang "Lo mau ini?" tanya Arga. Dito menganggukkan kepalanya.

"Bikin sendiri sono gue kan dikasih Raka. Kalo ga minta bikinin sama cewek tadi, siapa namanya?"

"M_M_ Mala nama cewek tadi" jawab Dito maningat-ingat namanya.

Arga asik memakan sandwich yang di bawakan Mala.
Dito kemudian menoyor kepala Arga dari belakang.

"Tadi lo nyuruh Raka buat makan, sekarang palah lo yang makan!" keluh Dito.

"Sayang kan To kalo dibuang mubazir"

Dito merebut kotak makan itu dan mengambil sandwichnya.

Di hari keduanya Mala tetap tidak berhasil meluluhkan hati Raka.

DAY III

Sepulang sekolah Dewi mengajak Mala pulang bareng menggunakan motornya.

"Main dulu yuk La" ajak Dewi sambil menjalankan motornya.

"Kemana??"

"Cafe aja gimana??" saran Dewi.

"Boleh, udah lama nih ga ke cafe" Mala menyetujuinya dan mereka berdua berangkat menuju cafe.

Sesampainya di cafe.

"Silahkan mbak ini daftar menunya" ucap seorang pelayan di cafe itu.

Mala dan Dewi melihat-lihat daftar menu.

"Saya mau mille crepes coklat satu sama minumnya jus mangga"

"Kalo saya kentang goreng satu sama minumnya jus strawberry" sambung Mala.

"Baik ditunggu pesanannya" ucap pelayan yang kemudian pergi.

Setelah beberapa saat pesanan mereka pun datang, tidak lupa mereka mengucapkan terima kasih.

Saat sedang asik menikmati kentang goreng Mala melihat Raka dengan gitarnya naik ke atas panggung bersama bandnya.

"Sungguh kebetulan yang sangat luar biasa" takjub Mala karena dirinya tidak tau akan bertemu Raka di cafe itu.

"Kebetulan apa??" tanya Dewi yang sibuk mengotak-atik makanannya.

Mala menggerakkan kepalanya memberi isyarat kepada Dewi. Dewi kemudian menoleh.

"Wahh luar biasa" ucap Dewi yang ikut terkejut.
"Jadi rencana lo apa??" timpal Dewi.

"Kalo kasih bunga aja gimana?"

"Bisa dicoba meski gue ga yakin dia mau nerima"

Setelah manggung Raka bersama bandnya duduk di salah satu meja cafe.

Mala kemudian mendekatinya sambil membawa bunga.
Lalu menyodorkannya kepada Raka tanpa berucap.

"Buat gue La?" tanya Vano yang selalu ada dimana-mana.

"Bukan" Mala menggelengkan kepalanya. Dan terus menyodorkannya kepada Raka.

Raka yang melirinya kemudian langsung berdiri.

"Ga jelas lo!!" ucap Raka pergi meninggalkannya.

Di hari keempat pun Mala masih gagal membuat Raka tertarik padanya.

Begitupun hari-hari berikutnya.

Mala berpikir dirinya selama ini hanya membuang-buang waktu dan berencana akan langsung confess saja kepada Raka.

Mala berjalan menuju kantin sekolah dan tidak sengaja melihat Raka tengah duduk di bangku taman. Menurut Mala inilah saat baginya untuk mengakui perasaan.

Mala berjalan perlahan dari belakang bangku yang diduduki Raka mulai mendekatinya. Tiba-tiba seorang perempuan datang dan langsung duduk disamping Raka. Terlihat juga perempuan itu mencium pipi Raka dan dibalas juga ciuman itu oleh Raka.

Mala seketika lemas melihat pemandangan yang baru saja dilihatnya ia pun berbalik dan berlari menuju kelas sambil meneteskan air matanya.

Mala masuk ke kelas dan langsung menundukkan kepala di meja sambil menangis. Dewi yang melihatnya kemudian mendekati Mala.

"Lo kenapa La??" tanya Dewi memegang bahu Mala.

Mala mengangkat kepala dan menggelengkannya degan air mata yang mengalir di wajahnya kemudian menunduk kembali.

"Siapa yang bikin lo nangis ngomong sama gue!" tanya Dewi yang sedikit emosi melihat Mala menangis.

Mala hanya diam dengan rasa sakit yang ia rasakan, perasaannya saat ini ga karuan.

Dewi yang tidak mendapatkan jawaban dari Mala langsung keluar untuk mencari jawabannya sendiri.

"Lo tau ga Mala kenapa??" tanya Dewi kepada dua orang siswi yang tengah duduk di koridor.

"Ga tau tapi dia lari dari arah taman" jawab seorang siswi yang diiyakan siswi satunya.

Dewi langsung pergi ke taman dan melihat perempuan bersandar di bahu Raka. Dewi kemudian mendekatinya untuk melihat siapakah perempuan itu.
Ternyata perempuan itu adalah Manda ketua cheerleader juga teman sekelas Raka.

Dewi kini tau alasan Mala menangis dia menduga Mala melihat Raka bersama Manda. Dewi kembali ke kelas untuk menenagkan Mala.

Sepulang sekolah, Mala langsung masuk ke kamarnya dan membanting tubuhnya telungkup di kasur dan kembali menangis dengan bayang-bayang kejadian yang terus terlintas di pikiran Mala.

"Gue nyerah" ucap Mala pasrah akan semuanya karena kini ia tau siapa perempuan itu seperti yang diceritakan Dewi kepadanya.

......................


Di pagi harinya, Mala bersiap-siap untuk ke sekolah seperti biasa, dirinya tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan hingga lupa akan sekolahnya meski pun begitu hatinya masih sedikit sakit.
Mala berjanji akan fokus pada belajarnya saja karena tiga hari lagi ujian kenaikan kelas akan dimuali.

Keceriaan Mala hilang saat sampai di sekolah. Dirinya hanya diam dengan tatapan yang kosong sambil berjalan ke kelasnya.

Saat berjalan Mala berpapasan dengan Raka, Dito dan Arga. Tatapan keduanya bertemu tapi hanya sebentar karena Mala mengalihkan tatapannya.

"Hai" sapa Arga yang tidak dihiraukan Mala yang langsung berjalan melewati Raka.

Bersambung...

AMALA  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang