"Ayo kita perbaiki ini semua, kumohon percaya padaku kali ini, Natan. Aku tidak akan meninggalkan mu."
"Benarkah?"
"Ya, sungguh."
"Kau berjanji?"
"Aku janji."
Deg!
Pupil matanya membulat tatkala memimpikan itu semua. Natan diam sejenak sebelum akhirnya jiwa itu kembali pada kenyataan pahitnya. Ah sial.
Jantungnya berdegup kencang, nafasnya saling mengejar tak karuan. Tanpa sadar air mata nya pun keluar kembali.
Natan, terbangun dari mimpi indahnya.
Ia menangis, "Mengapa jadi seperti ini?"
• • ━━━━━━ ⛧ ━━━━━━ • •
"Ada yang ingin kau ceritakan?"
Gusion memulai percakapan tiba tiba, entah apa yang Gusion pikirkan sehingga bertanya seperti itu.
Natan, "Apa maksudmu?"
Gusion menghela napasnya, "Natan, aku bukan lah orang bodoh. Apa idiot itu menyakitimu?"
"Xavier, namanya Xavier."
Gusion mendengus. Mendengar namanya saja cukup membuatnya mual. Mana sudi dia memanggil nama Xavier dengan benar. Walau begitu ia tetap melanjutkan introgasi nya, "Apa dia mengkhianatimu? Jika kau mengatakan iya, aku akan menghajarnya detik ini juga." Oh, Gusion sangat amat kesal.
Natan tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang satu ini, "Ya, sejujurnya.. Kami sudah berakhir."
"Mn!?"
Gusion terbelalak mendengar jawaban Natan yang sebegitu santainya. Ya walaupun dia sendiri menantikan ini, namun tetap saja... Mengapa!?
Gusion terlewat menggunakan suara tingginya, "Apa katamu!?"
Natan sesegera mungkin menutupi mulut Gusion dengan roti yang sedang ia pegang. Tidak sopan. Itu salah Gusion sendiri.
"Kecilkan suaramu! Kita sedang dikantin!" tegur Natan.
Sang empu sibuk mengunyah roti yang ada di mulutnya seraya memberi isyarat agar Natan bercerita.
"Kemarin dia mengakhiri semuanya.." Natan mencoba menjelaskan.
Gusion, "Oh? Hapa Halashannya?"
"Kau selalu mengatakan Xavier bodoh, sekarang kau yang terlihat bodoh. Habiskan dulu roti itu, baru berbicara."
Gusion diam beberapa detik upaya menelan makannya.
"Jadi... Apa katanya?" lanjut Gusion.
Natan menatap sayu, "Aku rasa-"
"- dia berselingkuh?" potong Gusion.
Sepertinya sang empu berambut putih itu kehilangan kesabaran, ia memukul kepala Gusion cukup keras. Ya.. Cukup keras!
"Ack! Kau tau itu sakit!"
Natan membenarkan posisi duduknya, mencari titik ternikmat untuk duduk sebelum menceritakan semuanya.
"Jangan potong ucapanku." tegas Natan.
"Ya, ya, ya aku mengerti. Jadi apakah dia berselingkuh sungguhan? Sudah kuduga, dasar bajingan tua!" ucap Gusion kesal.
"Oh ayolah, bukan itu alasannya." Natan hampir menyerah menghadapi pikiran buruk Gusion kepada Xavier.
Gusion, "Bukan? Lalu apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] VESPERTINE
FantasyNatan bertekad untuk tidak membuka hati lagi setelah hubungannya dengan sang kekasih berakhir. Bagai pisau yang tertancap ribuan kali di tempat yang sama Natan harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya -, Ah, maksudku masa lalunya lebih memilih oran...