.
.
.
.
Natan mengerjapkan matanya. Sinar mentari menyapa wajahnya menandakan waktu pagi telah tiba. Dengan kepala yang masih terasa berat Natan mencoba untuk mengingat apa yang telah terjadi semalam.
Ini kamarnya.
Baju tidur? Natan tidak merasa memakai ini kemarin malam.. Oh!
Aamon!?
Natan mengedarkan pandangannya. Mencoba mencari sosok yang membawanya semalam.
Nihil. Dia sendirian disana.
Sekilas Natan merasa kecewa. Apa yang perlu diharapkan? Ia memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Semabuk apa ia semalam? Apa ada momen yang terlewat semalam?
Pintu kamarnya terbuka. Sontak Natan menoleh. Wajah remaja itu tersenyum kembali usai melihat siapa yang mendatanginya.
"Selamat pagi, Natan." sapa Aamon dengan satu kantong plastik berukuran besar yang ia bawa.
Aamon berjalan mendekati Natan yang masih ter duduk lemas diatas kasur. Tangannya terulur menyentuh kening Natan mencoba mengecek apakah sang empu sedang sakit atau tidak.
Natan bersemu merah. Oh ya ampun, jantungnya berdegup sangat kencang.
"Apa ada yang sakit?" tanya Aamon.
Natan menggeleng. Aamon bangkit dari tempatnya. Ia berjalan menuju kantong plastik yang tergeletak di atas meja lalu mengambil sebungkus roti.
"Makan roti ini. Aku akan mengambilkan susu terlebih dahulu."
Natan menerima nya dengan senang hati, "Terimakasih."
Aamon, "Apapun untuk mu."
Setelah selesai melakukan kegiatannya. Aamon merebahkan dirinya di samping Natan, menyalurkan rasa kantuk nya yang masih terasa.
Natan, "Aamon... kau yang membawa ku kesini?"
Aamon mengangguk.
"Baju-ku.. kau yang-"
Aamon, "- baju mu kotor jadi aku ganti."
"Kau.. ah ya ampun."
Natan menutupi wajahnya karena malu. Ia tidak menyadari kejadian semalam, bahkan tidak mengingat bagaimana cara Aamon menggantinya.
Aamon tersenyum jahil, "Kau malu? Aku sudah melihat semuanya, apa ada waktu untuk malu sekarang?" godanya.
Natan memukul pelan wajah Aamon menggunakan bantal dengan wajah yang memerah, "Diam."
Aamon tertawa, merasa puas telah menjahili Natan, "Kau tidak mau bertanya apa yang terjadi semalam?"
Natan, "A-apa?" tanya Natan gugup.
Senyuman terukir di wajah Aamon, kini ia terlihat sangat senang, "Kau bilang aku tampan."
Natan memalingkan wajahnya karena malu, "Ada lagi?"
"Kau..."
"..menyukai ku."
• • ━━━━━━ ⛧ ━━━━━━ • •
Hari demi hari berlalu. Tanpa Natan sadari hubungannya dengan Aamon semakin dekat. Banyak waktu yang ia habis kan bersama Aamon, entah itu di lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] VESPERTINE
FantasyNatan bertekad untuk tidak membuka hati lagi setelah hubungannya dengan sang kekasih berakhir. Bagai pisau yang tertancap ribuan kali di tempat yang sama Natan harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya -, Ah, maksudku masa lalunya lebih memilih oran...