Bab : 12- I am happy, yes I am.

430 43 2
                                    

.

.

.

.

Selain Natan, hal yang sangat Aamon sukai adalah kopi buatan Gusion. Entah mengapa baginya kopi yang disuguhkan Gusion jauh lebih nikmat dari buatan nya sendiri.

Aamon curiga Gusion mencampurkan obat berbahaya didalam kopinya, "Kau tambahkan apa dalam kopi ini?"

Gusion, "Tidak ada." jawabnya dengan bingung. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk milik kakaknya. Aroma khas Aamon tercium semerbak ketika Gusion memasuki kamarnya.

Aamon menatap kopinya sesaat lalu melemparkan tatapan menyelidik ke arah adiknya, lalu tersenyum kecil, "Hm. Kopi ini enak." pujinya.

Gusion terkekeh. Jadi itu alasan Aamon bertanya, "Aku menambahkan sesuatu."

Aamon, "Apa itu? Tidak mungkin racun, kan?"

"Aku menambahkan sedikit kasih sayang." ujar Gusion seraya tersenyum geli. Sang empu menutupi wajahnya dengan bantal lalu menggosok gosok telinganya yang memerah.

"Lupakan!" lanjutnya.

Aamon tertawa geli melihat tingkah laku adiknya. Namun Aamon merasa senang, karena Gusion bukan lah orang yang jujur dengan perasaannya. Ini menjadi momen langka di pagi hari.

Gusion menatap langit langit kamar sesaat. Lalu Ia mengalihkan atensinya kearah Aamon yang terlihat sibuk kembali dengan laptop kerjanya.

"Ehm!" Gusion berdehem. Melihat Aamon yang melirik Gusion pun memberanikan dirinya, "Aku tau ini sedikit lancang. Tapi aku penasaran, bagaimana hubungan mu dengan Natan? Semua baik baik saja?" tanya nya dengan hati hati.

Benar saja. Mendengar hal itu membuat pikiran Aamon kacau sesaat. Sudah satu minggu setelah pertemuan terakhir nya dengan Natan, Aamon tidak bisa beristirahat dengan tenang.

Matanya terlihat lelah. Area bawah mata yang mulai menghitam menjadi saksi bisu. Sepertinya Aamon tidak cukup tidur beberapa hari terakhir ini.

Aamon menyesap kembali kopinya lalu menoleh, "Aku akan melakukan yang terbaik." senyuman kecil terlukis di bibirnya. Terlihat jelas Ia enggan mengatakan nya kepada Gusion.

Gusion menghela nafas. Ya.. Ia tau masalah ini hanya menyangkut tiga pihak. Aamon, Natan, dan Floryn. Walaupun Ia khawatir, Gusion tetap mempercayakan semua kepada kakaknya. Karena hanya itu yang perlu Ia lakukan saat ini.

Gusion, "Baiklah."

Merasa pekerjaan telah selesai, Aamon pun sedikit merapikan meja kerjanya. Ia bangkit dan mengambil kunci mobil yang tergeletak di samping Gusion berada.

Aamon, "Aku pergi."

Gusion, "Kemana kau akan pergi sepagi ini?"

Aamon yang sudah berada di depan pintu pun menoleh. Ia menjulurkan sedikit lidahnya dan memberikan ekspresi menjengkelkan, "Rahasia."

.

.

Bagiamana?

Bagaimana Aamon bisa berakhir disini?

Tujuan utamanya pergi hanyalah untuk mencari solusi. Namun kini Ia berada disini.

Aamon berdiri tepat didepan pintu ruangan Natan. Selayaknya anak kucing yang hilang arah dan mengharapkan kebaikan sang pemilik rumah.

Aamon diam mematung tanpa niat untuk mengetuk. Hanya sedikit lebih lama lagi setelah itu Ia akan pergi.

Merasa cukup lama berdiam diri Aamon pun beranjak untuk pergi. Namun niatnya tertahan ketika pintu itu berdecit dan membukakan dirinya.

[BL] VESPERTINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang