Bab : 15- Welcome home

395 53 2
                                    

.

.

.

.

Dibawah derasnya hujan yang mengguyur kota Moniyan, Aamon masih bisa melihat para warga yang berlalu-lalang dengan bebas dari kaca jendelanya. Kebanyakan dari mereka akan mencoba untuk menepi, namun tak sedikit pula yang sengaja membasahi dirinya dan bermain-main sejenak.

Aamon memijat ujung kepalanya. Matanya melirik kearah jam yang melingkar sempurna pada pergelangan tangannya. Lalu Ia mendesah pelan.

15.20 pm

Kepalanya terasa pening. Suasana hatinya pun sedang kacau. Hal ini tentu merepotkan baginya, karena semakin banyak hal-hal yang Ia pikirkan secara bersamaan.

Sebenarnya Aamon merasa gelisah selama beberapa hari terakhir. Tentu saja alasannya karena sang ibu yang sudah tertangkap basah mencampuri kehidupan pribadinya.

Namun disisi lain Ia merasa lega. Setidaknya tidak ada kabar buruk yang sampai ke telinganya selama tiga hari terakhir ini. Itu tandanya tidak ada yang mengganggu Natan termasuk ibunya sekali pun.

Aamon tidak yakin Natan akan segera memberitahukan kedatangan Valentina. Ia pasti akan menyembunyikannya seperti terakhir kali. Jadi Aamon memerintahkan beberapa penjaga untuk mengawasi Natan secara diam-diam. Mereka ditugaskan untuk mengikuti kemanapun Natan pergi dan melaporkan setiap orang yang datang mengunjunginya.

Namun suasana damai yang Aamon pikirkan tak bertahan lama.

Aamon terkejut tatkala ponsel nya berdering nyaring. Tangannya langsung menyambar benda pipih tak bernyawa itu dengan tergesa-gesa, "Tigreal. Ada apa?"

'Maaf karena sudah mengganggu waktumu. Saya ingin melapor, tuan. Nyonya besar datang untuk berkunjung.'

Aamon, "Apa!?" Ia melonjak kaget dari duduknya, "Apa ibu sudah masuk?" sambungnya.

'Sudah, tuan.'

Aamon, "Aku ingin kau memastikan keadaan Natan. Aku akan sampai dalam 10 menit."

.

.

Angin berhembus dengan kencang. Hujannya pun menghantam tanah dengan ganas. Namun hal itu tak mampu menghentikan Aamon.

Mobil hitamnya menerjang jalanan dengan gesit. Jalan yang licin, bajunya yang basah pun tak Ia perdulikan.

Hanya satu yang ada dibenaknya saat ini.

Temui Natan dengan segera.

Kedua kaki jenjangnya melangkah dengan cepat kala mobilnya sudah berada pada tempatnya. Ia tak memperdulikan jasnya yang sudah setengah basah karena mencoba untuk menerjang hujan.

Tigreal berlari menghampiri. Para penjaga yang berada diluar pun membungkuk memberi hormat.

Aamon, "Apa Natan baik baik saja?" tanya nya saat menaiki anak tangga.

Tigreal yang berjalan membuntuti tuannya mengangguk pelan, "Tak ada kontak fisik." ucapnya singkat.

Aamon berhenti sejenak saat sampai di bordes tangga. Ia mengambil kesempatan untuk menghirup oksigen sebanyak yang Ia bisa.

Melihat tuannya yang tak bergerak untuk sejenak Tigreal pun menjadi khawatir, "Ada apa tuan?" tanyanya memastikan.

Aamon menoleh. "Tolong tunggu aku diluar."

Tigreal mengangguk patuh- sedikit membungkuk sebagai tanda hormatnya, "Dimengerti."

Aamon berjalan setengah berlari. Tiap langkahnya pun menimbulkan suara yang cukup keras saat melewati lorong. Nafasnya berhembus tak beraturan. Dadanya pun naik turun dengan cepat.

[BL] VESPERTINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang