.
.
.
.
Kicauan burung terdengar samar. Angin pagi menghembus pelan menyapa sekujur tubuh Natan, kini sang empu tengah diam termenung diatas kasurnya. Sudah pukul 9 pagi, jika diperhatikan dengan teliti bajunya sudah tertata rapi, wangi khas nya pun tercium ditiap sisi, tak lupa rambut yang sudah Ia tata sedemikian rupa.
Seharusnya Natan sudah pergi melakukan aktivitas rutinnya. Pergi bekerja seperti remaja pada umumnya. Namun beberapa menit yang lalu, atasannya atau yang kerap kali ia panggil Julian sempat menghubungi nya.
Di percakapan singkat nya, Julian memberitahukan bahwa Natan memiliki waktu libur selama dua hari. Jujur saja Natan tengah kebingungan saat ini. Darimana Ia makan nanti malam dan malam yang akan datang?
Lamunannya buyar seketika usai ponselnya bergetar untuk kedua kalinya. Jari lentiknya mengambil benda pipih tak bernyawa itu dengan gestur malasnya, lantas membaca nama yang tertera dengan teliti.
Aamon.
Seketika sikap malas-malasan nya lenyap ditelan bumi. Matanya berbinar seraya mencari posisi ternyaman untuk merebahkan tubuhnya.
Natan tak langsung menjawab panggilan Aamon. Ia membiarkan nya bergetar selama beberapa waktu. Sengaja, tengah mempersiapkan kata kata untuk menyambut sang pujaan hati.
'Natan?' suara yang sangat Ia rindukan menyapa kembali indera pendengarannya.
Kalau di ingat ingat, sudah berbulan-bulan lamanya Aamon menghilang. Bukan tanpa alasan, sejujurnya Aamon memang tengah sibuk mengelola perusahaan milik Valentina. Dengan paksaan pastinya.
Natan, "Ya, ini aku. Ada perlu apa?"
Terdengar kekehan kecil dari seberang sana.
'Sudah lama kita tidak bertemu. Kau tidak merindukan ku, hm?' Aamon tersenyum.
Natan memutar bola matanya malas, "Tidak. Aku sibuk." Bohong. Senyuman kecil terukir dibibir Natan.
'Kasar sekali. Sepertinya beruang kecilku semakin nakal, ya?'
Natan memanas, "Kau ini! Berhenti omong kosong!" ujarnya dengan nada sedikit kesal.
Tak apa. Tidak ada yang melihat wajah mu, batin Natan.
Aamon tertawa puas, merasa gemas dengan tingkah Natan. Gemasnya, monolog Aamon.
Natan, "Kau mengatakan sesuatu?"
'Tidak, tidak.'
Natan, "Baiklah. Jadi, ada perlu apa tuan Paxley?"
'Ah benar, hampir saja aku lupa. Ayo ikut denganku malam ini, oke?'
Natan, "Aku? Kemana?"
"Ikut saja denganku, tunggu aku jam 8."
•
"Mau sampai kapan kau diluar? Ayo masuk."
Suara Aamon mengejutkan Natan. Ia menoleh, menatap siluet pria yang sangat ia kenali tengah berdiri didepannya, mata biru itu menatap Natan dengan lekat hingga sang empu merasa gembira.
Sudah lama sekali Natan menunggu hari ini, ingin rasanya ia memeluk Aamon dan mengatakan betapa ia merindukannya. Heh, ini semua akan tetap menjadi khayalan.
Keduanya segera berjalan memasuki mobil. Aamon mulai mengendarai mobilnya dengan kecepatan normal, melewati tiap deretan perumahan yang tertata rapi di pinggir kota.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] VESPERTINE
FantasyNatan bertekad untuk tidak membuka hati lagi setelah hubungannya dengan sang kekasih berakhir. Bagai pisau yang tertancap ribuan kali di tempat yang sama Natan harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya -, Ah, maksudku masa lalunya lebih memilih oran...