.
.
.
.
Natan berjalan mendekati Vale dengan langkah yang pasti. Mereka bertukar pandang sejenak, lalu Vale memiringkan sedikit kepalanya dengan ekspresi bingung, "Ada yang ingin kau tanyakan?"Natan mengangguk pelan. Ada yang menggangu nya selama beberapa hari terakhir. Lebih tepatnya selama dua hari yang lalu. Saat dalam perjalanan menuju Cafe tempat Ia dipekerjakan, Ia melihat mobil mewah yang terparkir di halaman depan. Natan bingung. Bahkan tanda di pintu masih menunjukkan bahwa Cafe masih belum siap untuk beroperasi.
Dengan langkah ragu Natan mulai mendekat. Namun sebelum sampai disana, Ia melihat seorang pria dengan setelan jas hitam baru saja melewati pintu masuk. Siapa dia batinnya.
Dengan insting nya Natan pun bersembunyi, Ia menatap kepergian mobil itu tanpa berkedip sekalipun. Hingga akhirnya Ia kembali pada kehidupan nyata nya, "Tunggu. Mengapa aku bersembunyi?" monolog nya.
Natan bukanlah orang yang suka mencampuri urusan seseorang. Namun kali ini Natan perlu memastikan sesuatu, "Vale." panggilnya.
Merasa namanya dipanggil Vale pun semakin keheranan, "Ya?"
Natan, "Kau lihat pria mencurigakan beberapa hari lalu bukan?"
Vale terdiam sejenak. Ia mencoba mengingat kembali siapa yang dimaksud oleh Natan, hingga akhirnya Ia ber-oh ria, "Aku melihatnya."
Natan melihat keadaan sekitar. Lalu Ia mendekatkan dirinya dan membisikkan sesuatu di telinga Vale, "Apa Julian bertengkar dengannya?"
Sebagai lawan bicara yang tak tahu apa-apa Vale hanya bisa mengernyitkan dahinya, "Aku tidak tau, Natan. Tapi aku merasa sedikit aneh setelah kedatangan nya."
Natan, "Sungguh? Apa itu?"
Vale menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya dengan berat, "Kau tau? Omzet kita mulai menurun, aku hanya merasa ini tidak seperti biasanya. Lihatlah kondisi Julian, Ia terlihat sangat stress karna hal ini."
Natan mengangguk pelan, "Itu sebabnya aku bertanya. Julian terlihat sedikit tertekan, aku menghawatirkan nya."
Vale menepuk pundak Natan dengan pelan seraya tersenyum tipis, "Tanyakan saja padanya."
Sebelum itu, Natan meletakkan lap yang sempat digunakannya untuk membersihkan beberapa meja, lalu mencuci tangannya hingga bersih.
Ia berjalan dengan langkah pelan, hingga akhirnya Ia berdiri didepan pintu ruangan Julian berada. Natan mengetok pintu itu dengan ketukan santai, "Julian. Apa kau sibuk?"
Tak ada jawaban dari dalam. Natan pikir Julian sedang beristirahat sementara waktu, jadi Ia memutuskan untuk mengurungku niatnya.
Hingga akhirnya pintu itu terbuka dengan celah yang kecil, "Masuk lah, Natan." titah Julian.
Natan pun mengikuti perintahnya. Ia melihat Julian yang menduduki kembali kursi kerjanya. Untuk sesaat Natan merasa kasihan. Tatapan Julian terlihat sangat lelah, kantong matanya pun mulai menghitam, Ia yakin Julian tidak tidur semalaman.
Julian tersenyum tipis, "Ada apa Natan?"
Natan, "Aku tidak ingin berbasa basi, Julian. Apa ada yang mengganggu mu akhir akhir ini?" tanya nya.
Julian tak langsung menjawab. Ia menggeleng pelan lalu tersenyum kikuk, "Aku tak mengerti maksudmu. Tapi, aku baik baik saja."
Natan, "Bohong. Hanya untuk kali ini saja. Tolong katakan padaku apa yang terjadi padamu? Apa karena pria itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] VESPERTINE
FantasyNatan bertekad untuk tidak membuka hati lagi setelah hubungannya dengan sang kekasih berakhir. Bagai pisau yang tertancap ribuan kali di tempat yang sama Natan harus menerima kenyataan bahwa kekasihnya -, Ah, maksudku masa lalunya lebih memilih oran...