Enam Belas

808 75 34
                                    

️⚠️ WARNING ⚠️

⚠️ BAB INI SEDIKIT BANYAK MENGANDUNG ADEGAN PEMBUNUHAN

●●●

Matahari terlihat masih lama menampakkan diri namun si gadis malah terusik dari tidurnya akibat pergerakan pelan namun berkala dari seseorang di samping nya.

"Kenapa sih?" gumam Nala yang terusik lalu memiringkan tubuhnya ke arah Duke dengan tangan kiri sebagai bantalan.

Nala mendapati Duke yang bergerak gelisah dan tak menyadari dirinya yang terusik.

"Kenapa sayang?" tanyanya tak sadar dengan suara serak khas seseorang bangun tidur.

Duke menoleh kaget. "Sayang-- ah lupakan, saya membangunkanmu?"

Nala menggeleng. Tangannya mengelus lengan berotot Duke membuat pria itu ikut memiringkan tubuhnya ke arahnya.

"Saya tidak bisa tidur" kata Duke lelah.

"Ada yang sakit?" tanya lagi Nala dengan mata mengerjab.

"Saya rasa.. kepala saya" jawab Duke ragu.

Seakan mengerti, tangan Nala yang tadi mengelus lengan beralih ke kening Duke. Jari jempol dan telunjuknya mulai mengurut kening dan sekitar alis.

"Udah tidur" suruhnya pada pria itu yang langsung memejamkan mata. Duke tersenyum tipis, kedua tangannya yang menganggur memeluk perut ramping Nala dan menariknya lebih dekat.

●●●

Di sebuah rumah kecil yang jauh dari perkampungan, terdapat satu orang wanita muda yang terus menangis meronta ronta bersama satu orang pria yang tersenyum menyeringai melihat aksi itu.

Air mata si wanita terus bercucuran di tambah keringat dingin yang sudah membasahi rambut cantiknya, "tolongg saya.."

Plakkk

Si pria tanpa kata menampar pipi si wanita membuat si wanita semakin menangis kencang.

"TOLONG LEPASKAN SAYA!" teriak wanita itu sambil menangis histeris.

Tak kunjung usai dengan tangisannya membuat si pria merasa geram,
"AKU BILANG DIAM JALANG!" bentak si pria.

"Sa-saya bukan wa-nita seperti itu.." kata si wanita menggeleng sesegukan berusaha melepas lilitan tali yang mengikat tubuhnya.

"Tolong tuan, tolong lepaskan saya.. saya janji akan memberikan apapun--"

Si pria menggertakkan giginya lalu tersenyum mengerikan, tangannya mengambil sebuah palu karatan yang berada di meja.

"Kau berjanji akan memberikan apapun kepadaku?" tanya si pria berjongkok di hadapan si wanita.

"Ja--janji tuan" jawab si wanita ketakutan.

"Aku tak yakin kau mampu memberikannya" ujar si pria lalu menarik tangan kiri wanita itu dan menempelkannya pada ubin lantai. Si wanita menggeleng ketakutan.

"S-saya akan men-cobanya tuan!" kata si wanita dengan cepat meski sesegukan.

"Kalau begitu, keluarkan lidahmu" perintah si pria yang masih tersenyum setan membuat si wanita terdiam.

Si pria yang memang sudah tak punya hati itu memukul kuat jari manis dan kelingking si wanita dengan palu di genggamannya.

"AKHHH S-SA-SAKITTT.."

"Jangan terus menangis! membuat telingaku sakit saja!" hardik si pria lalu mendorong kasar kening si wanita dengan palu karatannya.

"Cepat! aku bilang keluarkan lidahmu!" si pria kembali mengulangi perintahnya.

DUCHESS REYNA [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang