Park-Ssaem kembali ke kelas. (Name) yang tadinya ingin memberi tahu Kimchi tentang apa yang akan dibicarakan Park-Ssaem pun kembali duduk. Ia meminta Kimchi untuk mengobrol nanti.
"Anak-anak ..."
"Penerimaan bergilir dibatalkan."
Satu kelas pun bertanya-tanya. Merasa aneh pada pengumuman mendadak ini. Terkecuali untuk Ilha dan Heerak yang senang.
Satu kelas pun kembali ricuh. Park-Ssaem meminta agar kembali mendengarkan, karena CSAT tetap dilakukan sesuai jadwal. Tetapi satu kelas masih ricuh.
Karena itu, Park-Ssaem menyalakan TV yang berada di ujung kelas. Di TV itu, ada Menteri Pertahanan Nasional yang merilis pernyataan mengenai pasukan cadangan pelajar.
Menteri Park Sang-Man disana membicarakan tentang bola ungu itu yang sudah setahun disana tapi tak dikenal dan tidak diketahui tingkat ancamannya. Jadi, Selain personel militer yang bertugas, yang akan menjadi pasukan cadangan adalah pria dan wanita dewasa yang berumur 24 tahun seluruh kelas 12 akan dikerahkan.
"Kita?"
"Kelas 12?"
"Bagaimana dengan CSAT?"
"Apa yang terjadi pada kita?"
"Diamlah agar aku bisa mendengarkan dengan baik."Menteri Park Sang-Man disana melanjut, "kami tidak punya pilihan, selain membatalkan penerimaan masuk ke semua universitas dan perguruan tinggi untuk tahun 2023.
Murid kelas 12 akan menerima pelatihan militer setelah kelas reguler mereka. Pemerintah telah memutuskan untuk memberi poin ekstra kepada murid yang setuju menerima pelatihan militer."
Park-Ssaem mematikan TV-nya. Satu kelas masih mengecoh dan bertanya-tanya. Park-Ssaem pun memukul meja dengan buku.
"Seperti yang kalian dengar, akan ada pelatihan militer selain kelas biasa. Pemerintah bilang, bahwa kalian masuk ke dalam kategori cadangan. Kalian pasukan cadangan, jadi ga perlu khawatir."
(Name) yang mendengar itu justru panik dalam hatinya. Mereka menetap di rumah, atau di sekolah, pasti ada kemungkinan jika bola itu jatuh ke rumah mereka atau ke sekolah. Belum lagi nanti ke depannya, bola akan jatuh di sekolah mereka.
Ah, memikirkannya saja sudah membuat hati (Name) bergetar. Jadi seperti tak ada harapan selain bertahan melindungi diri sendiri.
"Yojung, bagikan ini."
"Ne."Ini dia. Formulir Persetujuan untuk ikut Militer. (Name) ingin segera bilang pada Park-Ssaem bahwa ia sudah disetujui, namun ia juga sedikit ragu akan ke depannya nanti.
"Apa yang terjadi pada murid yang tidak menandatangani-nya?"
"Entahlah, tapi itu akan digantikan dengan pembelajaran jarak jauh."Anak-anak lainnya mulai membanjiri pertanyaan pada Park-Ssaem. Park-Ssaem akhirnya berbicara agar tidak terlalu mengkhawatirkannya dan belajar dengan giat.
Saat ini, kelas masih hening. Otak mereka masih bertanya-tanya. (Name) yang melihat ini adalah kesempatan sebelum Park-Ssaem pergi dari kelas.
(Name) pun mengangkat tangannya pelan, "Park-Ssaem?". Mungkin karena hanya (Name) yang bersuara, membuat satu kelas menoleh padanya. Park-Ssaem yang mendengar itu bertanya, "Wae?"
(Name) masih sedikit ragu. Ia sedikit meremas kertas formulir itu, lalu ia menyodorkan kertas itu kembali ke Park-Ssaem. "Ibuku sudah menyetujuinya. Jadi ibuku bilang tidak perlu ditandatangani."
Park-Ssaem yang mendengar itu berjalan ke meja (Name). "Sudah menyetujuinya?" Tanyanya, lalu mengambil kertas formulir (Name). Yang ditanya mengangguk, "ibuku juga ikut militer, jadi beliau sudah tahu akan hal ini dan meminta padaku bahwa beliau menyetujuinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 | 𝗗𝘂𝘁𝘆 𝗔𝗳𝘁𝗲𝗿 𝗦𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹
Fiksi Penggemar𝐁𝐨𝐨𝐤 𝐈 : 𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 "𝑫𝒖𝒕𝒚 𝑨𝒇𝒕𝒆𝒓 𝑺𝒄𝒉𝒐𝒐𝒍 𝒘𝒊𝒕𝒉 𝑹𝒆𝒂𝒅𝒆𝒓„ "𝘛𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘪𝘯𝘥𝘪𝘷𝘪𝘥𝘶 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘺𝘢. 𝘏𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘪𝘵𝘢." - 𝘓𝘦𝘵𝘯𝘢𝘯 𝘓𝘦𝘦 Namanya Jeon (Name). Gadis SMA yang entah bagaimana, masuk...