𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐗 : 𝐋𝐈𝐓𝐓𝐋𝐄 𝐅𝐔𝐍

2.3K 328 24
                                    

(Name) memandang langit malam itu yang disinari bintang, beserta dengan tiga bola yang jaraknya berjauhan, mengeluarkan pancaran warna ungunya, ikut serta menyinari langit.

Gadis itu memikirkan kata-kata temannya tadi. Terkadang, (Name) menendang batu kerikil yang dipijaknya itu, karena kesal. Belum lagi, ia baru terpikir dengan kata-kata yang seharusnya ia katakan pada mereka.

(Name) merasa ocehannya tadi membuat mereka diam karena mereka bingung harus menjawab apa. Gadis itu kembali menendang kerikil, kali ini lebih keras dengan sedikit jeritan. Entahlah, rasanya dia sedang gereget.

Gadis itu berjongkok dan memegang rambutnya frustasi, ingin sekali ia berkata tentang kata-kata yang baru saja ia rangkai dan yang baru terpikir itu ke teman-temannya. Namun, sudah lewat scene itu, tentu tak bisa mengulang.

Punggungnya itu tiba-tiba menerima sentuhan lembut dari seseorang, "(Name), Mianhae .." ucap Yojung, ikut meringkuk di samping kiri (Name).

(Name) menoleh, "Kenapa meminta maaf?" Tanyanya bingung. Yojung hanya senyum tertekan, melihat ke arah tanah yang mereka pijak. "Karena tak membantumu untuk menjelaskan kepada mereka soal surat wasiat itu."

Gadis yang mendapat jawaban itu hanya membalas Yojung dengan senyum lembutnya, lalu menggeleng. "Maksudku, mereka kenapa mengungkit soal posisi kita.." Ujar (Name), ketika Yojung menatapnya bertanya-tanya, mengapa gadis itu kesal.

Yojung hanya terdiam. (Name) yang tak dapat jawaban dari Yojung melanjut, "Mereka mengatakan aku adalah Sodaejang, Kamu banjang. Persetan dengan Sodaejang dan Banjang. Apa hubungannya? Mereka kira kita atasan komandan pleton yang tinggal protes pada Letnan Lee agar beliau membatalkan operasinya dan memulangkan kita?!" Gadis itu mengatakannya sembari memainkan batu kecil, lalu melemparnya ke depan dengan kesal.

Yojung kembali tersenyum tertekan. Suara langkah kaki menginterupsi kedua orang itu. (Name) melihat ke belakang, itu Jangsoo. Lelaki itu berjalan ke arah samping (Name), membuat gadis itu berada di tengah-tengah, "Gwenchana?" Jangsoo bertanya pada keduanya.

(Name) mendongak pada Jangsoo, lalu memalingkan wajahnya. Dari gerak-gerik gadis itu, Jangsoo bisa paham bahwa (Name) masih kesal. Yojung kembali senyum simpul dengan tertekan. "Sejujurnya, aku menjadi ketua kelas untuk catatan siswa."

(Name) menoleh pada Yojung, mendengar apa yang dikatakannya. "Pada awalnya, aku tidak punya pertimbangan untuk rasa tugas atau tanggung jawab."

Jangsoo di sebalah kanannya bersuara, "Dengan selisih satu suara saja, Kamu menjadi banjang, dan aku wakilnya. Apa kamu masih ingat?"

Yojung menatap Jangsoo, (Name) ikut mendongak pada Jangsoo yang berdiri, "Aku baru menyadari betapa beruntungnya aku, karena aku tak bisa melakukannya sebaikmu."

Yojung mendengar itu senyum, menghela napas dan melihat langit. "Lalu aku? Aku bukan siapa-siapa di kelas tiba-tiba terpilih jadi kapten pleton. Terlebih, aku tak yakin aku benar-benar bergaul dengan baik dengan lainnya." Ujar (Name), setelah mendengar percakapan itu.

Yojung menatap (Name), dan tersenyum geli. "Aku ingat, waktu itu Komandan pleton bilang kalau kau pasti bisa sebaik ayahmu. Mungkin karena kamu juga anak dari seorang militer." (Name) mendengar itu menghela napas, "Apa itu membuatku spesial?"

Jangsoo menunduk, menatap ke (Name) yang meringkuk di samping kirinya, "Namun, kamu juga sekretaris di kelas. Tentu Komandan pleton bisa memercayaimu." (Name) mendengar itu mengerutkan keningnya.

"Hm? Sekretaris? Sejak kapan? Tugasnya apa?" Tanya (Name), sembari berdiri. Yojung ikut berdiri, menatap Jangsoo dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Jangsoo menatap (Name), "Kamu tak tahu?" (Name) membalas dengan gelengan penuh ragu.

𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 | 𝗗𝘂𝘁𝘆 𝗔𝗳𝘁𝗲𝗿 𝗦𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang