𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐗𝐕𝐈 : 𝐃𝐔𝐓𝐘

1.9K 258 10
                                    

(Name) melihat ke arah meja di depannya. Tak lama kemudian ia memalingkan pandangannya ke kamera Kimchi yang berada di atas meja. "Rasanya, cepat sekali waktu berjalan. Aku merasa seolah kemarin, kita baru saja diserang bola-bola itu dan masih ketakutan."

Kimchi menginterupsi, "Kau takut dengan bola kecil itu saat pertama kali? Aku kira tidak karena kamu handal dalam memakai senapannya." Lelaki berperawakan nobita mengintip sedikit, kala gadis yang sedang ia wawancarai itu tak terlihat karena kameranya.

Empu yang mendengar itu terkekeh, lalu membenarkan posisi duduknya. "Semuanya pasti takut. Kamu juga melihat aku dilahap bola besar, bukan? Yah, aku tentu harus bisa handal dalam menggunakan senapan, itu membantuku menjaga kalian."

"Juga, aku selalu menembak bola-bola itu dengan takut. Beberapa waktu saat kita masih lemah-lemahnya, aku terus menembak namun meleset karena panik. Haha, terutama aku sedang menjaga Yojung juga. Kalau pun berhasil, mungkin keberuntungan? Entahlah."

Gadis itu menghela napas, mengingat masa dimana mereka pertama kali dikejar. Kimchi memasang raut iba, "Maaf, soal kamu dilahap waktu itu.."

(Name) mengangkat alisnya, kemudian tersenyum. "Haha, apasih, Kimchi? Bukan salahmu toh. Setidaknya aku masih hidup sekarang, kan?"

╾╼

Pikiran (Name) tiba-tiba teringat dengan memori drama yang kini ia masuki itu. Scene ini.. Hana masuk ke dalam list Tim pencari, namun dia berpura-pura sakit. Kehadirannya pun digantikan oleh Soonyi yang seharusnya berjaga.

Scene yang ia pikirkan pun terjadi. Sebelum mereka berangkat untuk melaksanakan misi setiap tim masing-masing, mereka mencari kehadiran gadis berambut coklat gelap itu.

(Name) mengernyitkan alisnya. Ia kini berpikir, saat mereka pergi nanti, Junhee, Deokjoong, dan Hana akan bertemu dengan beberapa siswa SMA Sains.

Berpikir lagi, protofon yang dirusak oleh Soocheol ia sembunyikan tadi pagi sebelum semuanya bangun. Berharap agar tidak ketahuan apa yang membuat alat itu rusak.

Lalu soal mutilasi suara untuk pemilihan. Pulangnya nanti, mereka akan berdebat soal ini karena Soonyi menemukan kertas pemilihan miliknya yang berada di kantung celana militer Soocheol yang meninggal.

Pemikirannya kembali bercabang. Jika ia berhasil menyelamatkan Soocheol, maka perdebatan soal itu tak akan pernah ada. Jika ia tidak berhasil, setidaknya ia harus meminta agar kertas pemilihan Soonyi di buang ke tempat yang tidak akan diketahui oleh yang lain.

Tetapi, tetap saja ia memprioritaskan keselamatan Soocheol.

Gadis itu sudah hancur ketika tahu bahwa dirinya tak sanggup menyelamatkan wali kelasnya, atau bahkan Letnan Lee. Ah, mengingat ledakan waktu itu saja membuat dadanya sesak.

Mata sang gadis menatap Yojung yang berbicara pada anak kelasnya. Gadis yang ditatap itu tak tahu bahwa (Name) mengetahui apa yang terjadi di balik pemilihan suara itu. Sekalipun Jangsoo. Atau bahkan Soocheol dan Ilha yang merusak protofon.

Ia harus tetap merahasiakan ini. Dirinya ingin melindungi keempat orang yang berkhianat itu yang mereka sendiri anggap bahwa niat mereka itu lebih baik dari pada anak kelas yang lain.

Entahlah, (Name) sendiri bingung harus berada di pihak siapa. Kalau gadis itu tak mengetahui bahwa Yojung, Jangsoo, Ilha, dan Soocheol berkhianat, pasti juga ia berada di pihak anak kelas lain. Meski pilihannya adalah menetap daripada pulang.

Matanya berganti menatap tangannya, membuka telapak tangannya, dan membaliknya. Sudah berapa kali ia merasakan ini, Derealized.

Gadis itu sampai sekarang masih tak percaya jika ia berada di dunia itu. Namun pikiran ia sendiri saat melihat orang-orang di sekitarnya yang mati di hadapannya karena bola itu menyadarkannya, bahwa ia memang berada disitu.

𝐂𝐇𝐀𝐍𝐆𝐄 | 𝗗𝘂𝘁𝘆 𝗔𝗳𝘁𝗲𝗿 𝗦𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang