kinara

5.3K 273 68
                                    

.

.

.

Semenjak kejadian beberapa bulan lalu, Mark jadi sangat amat protektif pada Jung Haechan. Ia tak akan membiarkan sang istri sendirian di tempat sepi atau ramai sekalipun.

"Sayang udah siap belum?" kepala Mark menyembul dari balik pintu kamar dan bisa langsung melihat si manis sedang merapikan seragam di depan cermin.

"Sebentar lagii"

"Udah cantik, ayo sarapan dulu"

Haechan mengerutkan kening lalu berbalik menghadap sang suami yang masih pada posisi awal, "Melk order makanan lagi ya?"

Si dominan menggeleng, berjalan mendekati istri nya untuk merapikan sedikit anak rambut yang berantakan. Ia meraih pinggang Haechan untuk masuk kedalam rengkuhan nya lalu memberi kecupan hangat di pipi.

"Tadi aku sempetin beli bubur nya mang Ari pas kamu belum bangun"

"Kan Echan udah bilang masak aja Melk"

"Ga boleh, orang lagi hamil juga"

"Masak doang ga bakal buat Echan capek ishh" bibir Haechan langsung mengerucut sebal karena larangan Mark, padahal memasak adalah salah satu keahlian dan juga hobi nya.

Si dominan malah terkekeh gemas melihat wajah sang istri, ia mencuri satu kecupan di bibir merah itu, "Iya deh aku bolehin masak tapi kalo capek udahan ya?"

Senyum lebar langsung mengembang di wajah manis milik Jung Haechan, "Hehe terimakasiih Melky"

Mark hanya mengangguk membalas senyum sang istri sembari mengelus punggung sempit nya, "Makin mbul kamu, sesak ya seragam nya?"

"Iyaa Melk, lihat kancing nya udah mau lepas" Haechan sedikit menjauh untuk menunjukkan satu kancing di bagian tengah.

"Sebentar aku punya satu seragam putih gini satu lagi" si dominan menjauh menuju walk in closet dan mulai mengobrak-abrik isi nya. Tidak lama kemudian ia kembali membawa seragam putih yang hampir mirip dengan milik Haechan.

"Pake ini aja biar ga sesak"

"Tapi itu ada logo Unser Stolz nya, ada nama Melk juga"

"Gapapa sayang, kalo ada yang protes bilang ke aku"

Si manis hanya diam saat Mark melucuti baju nya dengan cepat. Pria dominan itu sejenak menunduk dan memberi banyak kecupan pada perut buncit Haechan sebelum memakaikan baju seragam milik nya sendiri.

"Nyaman kan?"

"Huum! yang ini lebih nyaman, wangi Melk"

Si alis camar terkekeh lalu mengecup bibir berisi sang istri, "Luka nya udah di obatin belom babe?"

"Udah, salep yang dikasih dokter Doy bagus, luka nya jadi cepet kering"

Namun senyum Haechan luntur saat menyadari satu hal yang membuat ia merasa insecure akhir-akhir ini. Luka di kaki memang cepat mengering, tetapi bekas nya seakan tak mau hilang. Haechan sudah mencoba banyak salep ataupun obat agar kekurangan di tubuh nya itu tersamarkan namun semua sia-sia.

Bahkan terkadang si manis berfikir bahwa Mark sudah tidak lagi menyukai tubuh nya.

"Hey? kenapa? kok cemberut gitu? nggak mau bubur nya mang Ari? yaudah kalo git-"

"Nouu, Echan mau, ayo sarapan abis itu berangkat sekolah"

"Iyaa nanti pulang sekolah ketemu adek kan?"

"Eh? oh iya Echan hampir lupa!"

Memang hari Jumat ini adalah jadwal check up kehamilan. Usia kandungan Haechan sudah memasuki awal trisemester kedua yang artinya sudah 4 bulan pria manis itu hamil.

Feind. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang