bukan taruhan

4.4K 269 5
                                    

.

.

.

Berpikir si dominan selesai setelah Haechan berkata 'ya' adalah kesalahan besar. Mark terus menyusu pada nipple pacar nya hingga beberapa jam kemudian baru berhenti.

"Susu nya enak hehe"

Si alis camar terkekeh lalu sedikit menjauhkan tubuh agar bisa melihat wajah cantik dibawah nya dengan jelas. Haechan benar-benar memasang tampang kesal dan malah membuat Mark semakin melebarkan senyum karena gemas.

"Awas lo anjing"

"Mau kemana?"

"Pulang lah, tolol amat pake nanya"

"Makan dulu ya?"

"Ga laper"

"Beneran?"

"Bener-"

Ucapan si manis terpotong karena perut nya tiba-tiba berbunyi begitu keras tanda bahwa cacing-cacing di dalam sana meminta jatah makan.

"Yakin ga laper?"

Haechan memalingkan wajah tak ingin menatap sosok yang baru saja berganti status menjadi pacar nya, "Brisik"

"Ayo makan, tapi gue kemaren cuma kepikiran beli mie instan, mau order aja?"

"Nggak"

"Yaudah ayok, sakit nggak itu?"

"Pikir sendiri"

Haechan mendesis ketika tangan Mark mengusap pelan tonjolan di dada nya, "Emhh.."

"Sorry"

Mark segera mengecup kedua nipple Haechan perlahan. Lalu berjalan ke arah lemari untuk mengambil dua setel piyama berwana merah maroon karena baju mereka berdua sudah sangat kotor penuh bercak darah dan tanah akibat melawan Einheit di waktu yang berbeda.

Si dominan sengaja memakaikan Haechan baju piyama yang kebesaran hingga bisa menutupi kedua tangan si manis. Lucu sekali.

"Kok bisa cantik banget?"

"Anak nya si Johnny"

"Pacar siapa?"

"Pacar nya monyet"

"Mulut nya babe"

Mark kecup bibir Haechan sebelum menggendong nya menuju dapur di lantai satu. Si dominan menaruh tubuh pacarnya di meja pantry lalu berjalan kearah lemari untuk mengambil dua mie instan.

"Ini gimana cara nya?"

"Jangan! udah biar gue aja"

Haechan mulai merebus air di panci berukuran sedang lalu berdiri di samping Mark. Ia buka dua bungkus mie kemudian menuangkan semua bumbu ke dalam satu mangkok karena mereka memutuskan makan bersama.

"Chan, sini gue bantuin"

"Ngga usah tangan lo banyak dosa"

Si dominan mengerucutkan bibir lalu beralih memeluk pacar nya dari belakang. Ia kembali memberikan banyak kissmark di tengkuk Haechan saat si manis sedang mengaduk mie.

"Ntar kalo taruhan nya udah selese bilang"

"Gue ngga jadiin lo bahan taruhan."

"Trus?"

Mark tidak menjawab, ia hanya menatap Haechan yang sedang menuangkan mie ke dalam mangkok. Setelah itu mereka berjalan menuju sofa depan televisi untuk makan larut malam.

Hanya keheningan yang menemani acara makan mereka berdua di jam 01.17 am. Tidak ada niatan untuk menonton film atau hanya sekedar mengobrol hingga mie di mangkok habis tak bersisa.

Feind. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang