Dia memiliki keinginan untuk kabur dari dunia nyata. Hingga kemudian, mengakhiri hidupnya sendiri menjadi pilihan terakhir yang ia pilih.
Namun, sepertinya surga maupun neraka tidak mau menerima jiwanya dan malah melemparkannya ke dalam tubuh seora...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading
....
"Masuklah, sepulang sekolah nanti kakak akan datang menjemputmu bersama dengan ibu. Kita akan makan siang bersama dan jalan-jalan bertiga."
Leno mengusap poni Louis yang membungkukkan sedikit tubuhnya untuk melihat dirinya yang berada di dalam mobil karena adiknya itu sudah keluar dari mobil.
"Baiklah. Aku akan menghubungi kakak saat jam pulang sekolah nanti." Louis tersenyum manis, lalu berpamitan untuk masuk ke dalam gerbang sekolahnya seraya melambai kecil pada kakaknya.
Leno terkekeh, melihat kepergian adiknya dengan tatapan lembut.
Setelah memastikan Louis benar-benar sudah masuk ke dalam gerbang sekolah, laki-laki itu kemudian juga memilih pergi dari sana dengan mobil miliknya.
....
"Kapan kakakmu kembali dari luar negeri?" Axvel bertanya pada Louis.
Saat ini, Louis dan keempat sahabatnya sedang berada di kantin untuk makan siang setelah bel istirahat berbunyi 10 menit yang lalu.
Seraya mengaduk makanannya, Louis menjawab. "Kemarin."
Varon memperhatikan luka di sudut bibir Louis, alis laki-laki itu menyerngit. "Ada apa lagi dengan bibirmu?" Ia bertanya dingin.
Ini sudah kedua kalinya mereka melihat luka di sudut bibir Louis semenjak pemuda itu tidak lagi memakai masker. Tidak tahu apakah saat pemuda itu masih memakai masker ia juga pernah memiliki luka di sudut bibirnya seperti itu.
"Kemarin, ada perempuan yang menyatakan perasaannya padaku di luar sekolah. Lalu, tiba-tiba saja mantan perempuan itu datang dan memukul wajahku. Mengira bahwa aku adalah alasan mengapa perempuan itu memutuskan hubungan dengannya." Louis menjelaskan dengan santai.
Pemuda itu berbohong dan bahkan mampu merangkai kejadian yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Deven mendengus geli dan berkata. "Dulu alasan bibirmu terluka karena salah memegang tangan perempuan hingga dia menampar wajahmu. Lalu, kali ini kau ditampar oleh mantan perempuan yang menyatakan perasaannya padamu? Mengapa hidupmu penuh dengan hal-hal sial seperti itu?"
Louis mengangkat bahunya. "Bagaimana aku bisa tahu?" Lalu ia melanjutkan. "Sudahlah, lupakan saja. Ini tidak sakit sama sekali, besok kupastikan ini sudah sembuh dan tidak akan meninggalkan bekas luka." Ujarnya berusaha menenangkan sahabat-sahabatnya.
Satu hal yang Louis ketahui mengenai para sahabatnya ini, mereka begitu menyayangi dan sangat peduli padanya. Luka kecil saja mereka bisa sangat mengkhawatirkan dirinya. Oleh karena itu, Louis berbohong mengenai kekerasan yang di alaminya di rumah yang disebabkan oleh ayahnya sendiri. Karena, si pemilik tubuh pun sepertinya juga menyembunyikan hal tersebut dari para sahabatnya selama ini. Jika tidak, bagaimana mungkin para sahabatnya ini tidak tahu alasan mengapa pipi dan sudut bibirnya selalu terluka beberapa hari ini.